Penerapan Kampung Ikan Berbasis Teknologi Hatchery dalam Optimalisasi Percepatan Kemandirian Pangan Perikanan Nasional

kampung ikan

Masyarakat Ekonomi ASEAN adalah sebuah integrasi ekonomi ASEAN dalam menghadapi perdagangan bebas antar negara-negara ASEAN. Seluruh negara anggota ASEAN telah menyepakati perjanjian ini. MEA dirancang untuk mewujudkan Wawasan ASEAN 2020.

Dalam menghadapi persaingan yang teramat ketat selama MEA, negara-negara ASEAN diharuskan mempersiapkan sumber daya manusia yang trampil, cerdas, dan kompetitif.

Dalam beberapa hal, sektor perikanan Indonesia dinilai belum siap menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN. Banyak nelayan yang merasa ragu dengan kesiapan Indonesia dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN, hal ini diakibatkan karena rendahnya kualitas sumberdaya manusia dalam sektor perikanan Indonesia.

Dalam kekhawatiran mengenai terhantamnya sektor-sektor usaha perikanan dalam negeri, sebagaimana yang pernah terjadi akibat hubungan bilateral Indonesia dengan China. Hingga saat ini, China mampu menguasi pasar domestik termasuk dalam sektor perikanan Indonesia yang pada akhirnya dapat mengganggu stabilitas perekonomian pangan perikanan nasional.

Selain itu, pengembangan perikanan di Indonesia masih mengandalkan usaha penangkapan ikan di laut. Walaupun produksi perikanan di Indonesia masih menunjukkan peningkatan rata – rata 5,54% per tahun yaitu dari 4.012,8 ribu ton pada tahun 2009 menjadi 4.471,2 ribu ton pada tahun 2011, namun ada beberapa daerah penangkapan yang menunjukkan gejala over fishing misalnya perairan sekitar selat malaka dan perairan pantai utara jawa.

Dengan berkembangnya teknologi penangkapan ikan yang semakin intensif dan penambahan armada perikanan yang cenderung meningkat dari tahun ke tahun, peningkatan produksi perikanan tangkap di Indonesia pada suatu saat akan mendekati titik jenuh. Produksi perikanan laut di Indonesia masih mendominasi total produksi perikanan yaitu sebesar 77,30 persen atau sebesar 3.274,8 ribu ton pada tahun 2010.

Untuk memenuhi kebutuhan produksi perikanan yang terus meningkat tersebut dan menjaga supaya kegiatan penangkapan ikan laut di Indonesia tetap berkelanjutan, sudah saatnya produksi perikanan beralih dari usaha penangkapan ke usaha perikanan budidaya.

Usaha tersebut dapat diterapkan melalui metode budidaya berbasis manajemen kampung ikan dengan menggunakan teknologi hatchery baik di perairan tawar, payau maupun di laut guna percepatan kemandirian pangan perikanan nasional dalam menghadapi masyarakat ekonomi ASEAN.

Pentingnya Penerapan Manajemen Kampung Ikan Berbasis Teknologi Hatchery

Pembangunan manajemen kampung ikan berbasis teknologi hatchery di Indonesia dilakukan selain bermanfaat untuk meningkatkan produksi guna memenuhi kebutuhan konsumsi ikan per kapita penduduk Indonesia yang selalu meningkat, juga memenuhi permintaan pasar dunia dan memanfaatkan potensi sumberdaya alam yang tersedia serta mempersiapkan kestabilan perekonomian perikanan nasional menghadapi masyarakat ekonomi ASEAN.

Di samping itu pembangunan manajemen kampung ikan berbasis teknologi hatchery di Indonesia dapat memberikan kesempatan bagi para nelayan Indonesia dalam rangka pengentasan kemiskinan serta agar dapat memenuhi kebutuhan  permintaan pasar dunia terhadap setiap spesies ikan segar maupun hidup dalam jumlah yang banyak, di Indonesia sangat sulit diproduksi bila mengandalkan ikan tersebut diperoleh dari hasil penangkapan.

Untuk dapat memenuhi permintaan pasar dunia tersebut, baik jenis, ukuran, maupun jumlah yang dibutuhkan relatif sama dan seragam, hanya dapat dihasilkan bila ikan tersebut dibudidayakan menggunakan teknologi hatchery secara terkontrol. Mengingat harga ikan konsumsi yang spesiesnya sama dan ukurannya seragam baik dalam kondisi segar maupun hidup mempunyai harga yang cukup tinggi, sehingga pengembangan budidaya ikan berbasis teknologi hatchery di Indonesia dapat meningkatkan devisa negara.

Gagasan: Langkah Strategis Kesiapan Kemandirian Pangan Perikanan Indonesia dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN

Indonesia harus mulai mempersiapkan diri agar tidak menjadi sasaran masuknya  produk-produk negara anggota ASEAN. Indonesia perlu belajar dari pengalaman  pelaksanaan free trade agreement (FTA) dengan China, yang mengakibatkan China mampu menguasi pasar domestik termasuk dalam sektor perikanan Indonesia yang pada akhirnya dapat mengganggu stabilitas perekonomian pangan perikanan nasional.

Tidak ada pilihan lain selain menghadapi dengan percaya diri bahwa bangsa Indonesia mampu dan menjadi lebih baik perekonomiannya. Dalam keikutsertaan Indonesia dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN, beberapa langkah strategis yang perlu dilaksanakan oleh pemerintah dalam sektor usaha perikanan yakni:

  1. perlu meningkatkan perlindungan terhadap konsumen
  2. memberikan bantuan modal  bagi pelaku usaha budidaya perikanan mikro, kecil dan menengah
  3. memperbaiki kualitas produk budidaya perikanan dalam negeri
  4. memberikan label SNI bagi produk perikanan dalam negeri guna menjamin mutu ikan bebas patogen dan penyakit

Dalam sektor nelayan Indonesia perlu meningkatkan kualifikasi keterampilan nelayan, meningkatkan mutu SDM serta pemerataannya dan memberikan kesempatan yang sama kepada semua nelayan dalam hal pengembangan SDM. Selain itu, perlu adanya sosialisasi kepada nelayan secara luas mengenai adanya Masyarakat Ekonomi ASEAN sehingga mampu menumbuhkan rasa percaya diri dan nelayan Indonesia akan mampu menghadapi berbagai macam tantangan yang nantinya akan dihadapi pada saat MEA dibuka.

Apabila nelayan Indonesia mempunyai daya saing yang kuat, persiapan yang matang, sehingga produk-produk perikanan dalam negeri akan menjadi tuan rumah di negeri sendiri dan sektor perikanan Indonesia mampu memanfaatkan kehadiran, untuk kepentingan bersama dan untuk kemakmuran rakyat Indonesia.

Mekanisme Penerapan Manajemen Kampung Ikan Berbasis Teknologi Hatchery

Gambar 1. Desain Ilustrasi Manajemen Kampung Ikan Berbasis Teknologi Hatchery

Pembangunan manajemen kampung ikan berbasis teknologi hatchery guna mempersiapkan Indonesia menghadapi  Masyarakat Ekonomi ASEAN dan pasar Internasional harus memiliki pula tujuan yang jelas dan harus mencapai kesejahteraan bagi nelayan serta pembangunan perikanan yang berkelanjutan. Hal tersebut dapat dicapai antara lain melalui :

  • aquabisnis
  • pemanfaatan keanekaragaman hayati biota aquatik
  • pemanfaatan peluang pasar

Selain itu harus diperhatikan sumberdaya manusia yang dapat mempercepat pembangunan perikanan, SDM tersebut meliputi pemerintah pusat, pakar perguruan tinggi, mahasiswa, penyuluh perikanan dan nelayan.

Model manajemen kampung ikan berbasis teknologi hatchery dengan menerapkan beberapa tahap kegiatan yang menjadi bagian dari model penerapanya salah satunya yaitu nelayan yang menjadi target pemberdayaan masyarakat pesisir harus diperkenalkan sistem kerja teknologi hatchery dan diberikan sosialisasi untuk memperkuat pemahaman terhadap sistem manajemen kampung ikan untuk lebih profesional guna memiliki daya pasar yang kuat dan meningkat.

Dengan demikian, inovasi nelayan itu sudah lebih dewasa dan bisa lebih bersaing di area pasar bebas yang nantinya akan menjadi pintu masuk pasar internasional. Para nelayan memiliki produktivitas yang meningkat sehingga akan memperkuat jaringan pasar juga hubungan antara satu kabupaten dan kabupaten lain untuk membentuk jaringan pasar yang lebih kuat.

Hal itu bisa dicapai jika nelayan memiliki kemampuan salah satunya yakni adanya pembelajaran penerapan teknologi aquakultur dan kewirausahaan yang dibangun dari diri sendiri sehingga ilmu pengetahuan dan teknologi hatchery skala kecil dapat diterapkan dengan mudah.

Definisi hatchery sebagai usaha dimana biaya modal dan teknologi dapat terjangkau dengan biaya yang relatif rendah, dan terfokus pada aspek hatchery (pemeliharaan larva) dan pendederan untuk produksi benih.

Hatchery skala kecil tidak mencakup penanganan induk akan tetapi mencakup pengadaan telur-telur yang sudah dibuahi atau larva hasil penetasan dari hatchery yang lebih besar.

Hatchery ikan skala kecil dioperasikan di wilayah Asia Tenggara, termasuk Indonesia, Malaysia, Thailand, Philipina, Vietnam dan Cina. Salah satu kisah sukses teknologi hatchery adalah hatchery skala rumah tangga (HSRT) yang terdapat dibagian utara Bali.

Teknologi ini dikembangkan oleh Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut Gondol Bali dan dengan pesat diterapkan oleh nelayan – nelayan setempat yang awalnya ingin mengadakan diversifikasi usaha dari perikanan budidaya secara tradisional ke perikanan budidaya skala industri seperti tambak dan keramba jaring apung.

Sampai tahun 2005, terdapat lebih dari 2.000 unit (1unit =2 tangki pemeliharaan larva) hatchery skala kecil di Bali, menghasilkan benih berbagai jenis ikan laut termasuk ikan bandeng dan beberapa spesies kerapu.

Salah satu keuntungan hatchery skala kecil adalah dapat dengan mudah diadaptasikan untuk budidaya berbagai spesies ikan laut, payau dan tawar.  Suatu unit hatchery skala kecil yang khas terdiri dari beberapa komponen berikut:

Gambar 2. Konstruksi Hatchery Skala Kecil
  • 4 tangki pemeliharaan larva dalam ruangan dengan kapasitas 10 m³
  • 1 penyaringan dari pasir 8-10 m³
  • Tangki produksi pakan alami (2-6 unit masing-masing untuk mikroalga dan zooplankton, dengan kapasitas 10 m³ dan 5 m³).
  • Sistem suplai air dengan pertukaran air yang teratur.

Peralatan, Desain dan Pengaturan Hatchery Skala Kecil

Pemilihan Lokasi

Lokasi yang cocok untuk hatchery ikan skala kecil harus memiliki karakteristik berikut:

  • Sumber air yang baik air laut maupun air tawar
  • Infrastruktur yang baik seperti jalan, listrik dan suplai air tawar
  • Bebas dari polusi limbah rumah tangga ,industri, perikanan dan pertanian.
  • Terletak di daerah dimana dukungan teknis dapat diperoleh dari pemerintah atau pusat-pusat penelitian.

Sewaktu pemilihan lokasi untuk hatchery skala kecil sangat penting untuk menghindari hal-hal berikut ini:

  • Suplai air laut yang berkualitas jelek atau terpolusi (sangat keruh, kandungan nutrient yang tinggi, salinitas yang bervariasi akibat aliran air tawar)
  • Lokasi hatchery yang dekat dengan lokasi hatcheri lain, karena dapat menyebabkan: 1) Pencemaran setempat hatchery dapat membuang limbah yang kaya akan nutrien. 2) Penularan penyakit dari satu hatchery ke hatchery lain, baik melalui kontak secara langsung maupun melalui buangan dari hatchery
  • Daerah rawan terjadi konflik kepentingan antar masyarakat atau pengguna sumberdaya tersebut

Deskripsi Tangki

Bagian ini menggambarkan tipe-tipe tangki utama dalam hatchery skala kecil. Tangki dimaksud adalah tangki saringan pasir, tangki larva dan tangki untuk pakan hidup.

Peralatan Dan Perlengkapan Hatchery

a) Pompa Air

Terdapat dua tipe pompa air yang dibutuhkan untuk pengoperasian hatchery skala kecil. Satu pompa dengan tenaga 5 hp yang dibutuhkan untuk memompa air laut ketangki saringan pasir. Ada pula pompa tenggelam untuk mengalirkan air dalam system hatchery, jika dibutuhkan, misalnya untuk memindahkan mikroalga untuk kultur rotifer.

b) Sistem Aerasi

Blower udara umumnya digunakan untuk menyediakan aerasi dalam hatchery. Pada hatchery skala kecil, biasanya menggunakan blower udara 100 watt dan 1 unit cadangan walaupun yang satunya masih jalan.

c) Pakan Hidup dan Buatan

Bagian ini memaparkan tipe pakan hidup yang digunakan dalam hatchery skala kecil di dalamnya termasuk mikroalga, zooplankton dan misid.

Analisis Usaha

Komponen ini menyangkut semua pengeluaran infrastruktur dari pengembangan teknologi hatchery. Setiap komponen umumnya memiliki masa pakai lebih dari satu tahun dan digunakan untuk menghasilkan pendapatan bagi pengembangan hatchery. Komponen yang dimaksud yakni :

Modal Investasi Harga ( Rp )
Tangki Larva Dan Rotifer Beratap Rp. 600.000.-
Tangki Mikro Alga Rp. 300.000
Pompa Tenggelam Rp. 500.000,-
Blower Udara 100 watt Rp. 450.000,-
Pompa Air Laut Rp. 1.000.000,-
Pipa PVC Rp. 200.000,-
Total Biaya Rp. 3.050.000,-

Keuntungan Hatchery

Kepopuleran teknology hatchery disebabkan oleh keuntungan-keuntungan antara lain sebagai berikut :

a) Modal usaha yang rendah

Investasi untuk pembangunan teknologi hatchery relatif rendah. Sebagai contoh, di Indonesia modal usaha untuk konstruksi sebuah hatchery skala kecil hanya membutuhkan modal ± Rp. 3.000.000,-

b) Konstruksi sederhana

Konstruksi hatchery relatif sederhana dan tidak mahal. Satu unit paling tidak terdiri dari dua tangki pembesaran larva (6-10 m³), satu penyaring air dari pasir, dua tangki untuk mikroalga (10-20 m³) dan dua tangki untuk zooplankton (5-10 m³). Pembuatannya juga tidak begitu sulit, mesin yang digunakan hanyalah blower, pompa air dan generator.

c) Mudah dalam pengoperasian dan pengelolaan

Karena konstruksinya yang relatif sederhana, maka hatchery sangat mudah untuk dikelola dan kurang memerlukan keahlian yang khusus bagi pekerja atau pengelola untuk mengoperasikan sistem tersebut

d) Fleksibilitas

Pengoperasian hatchery bersifat fleksibel dan dapat digunakan untuk berbagai jenis ikan laut, payau dan tawar. Banyak hatchery di Indonesia yang pengoperasiannya berubah-ubah antara komoditi ikan air payau ataupun laut sesuai dengan permintaan pasar global.

e) Pengembalian modal yang cepat

Karena modal dan biaya operasinya rendah, maka pengembalian modalnya relatif cepat. Kajian ekonomi hatchery skala kecil di Indonesia mengindikasikan bahwa 7 dari 11 hatchery yang disurvei membutuhkan waktu pengembalian modal kurang dari satu tahun

KESIMPULAN

Usaha budidaya perikanan dengan menggunakan teknologi hatchery berhasil dengan baik bila dilakukan dengan melihat aspek kesesuaian lahan, konsep tata letak teknologi hatchery, ketersediaan akses bahan produksi seperti bibit ikan, pakan dan obat-obatan, segmentasi dan strategi pemasaran.

Selain itu, setiap investasi yang cukup besar untuk usaha aquakultur berbasis teknologi hatchery akan dikembangkan dengan pola kemitraan agar dapat memperluas kesempatan usaha dan memperlancar pemasaran hasilnya.

Pelaksanaan kebijaksanaan tersebut diupayakan untuk dapat memberikan kepastian usaha dan keamanan investasi di bidang usaha budiaya perikanan. Untuk mencapai maksud tersebut peran sistem informasi budidaya perikanan yang dikelola dengan menejemen yang modern akan sangat mendukung keberhasilan pengembangan aquabisnis yang berdaya saing global dan berkelanjutan

SARAN

Perlu adanya pengelolaan kelembagaan sektor kelautan dan perikanan yang baik dan optimalisasi pengelolaan usaha perikanan budidaya bagi masyarakat lokal secara terpadu dan berkelanjutan.

Perampingan birokrasi khususnya Kementerian Kelautan Dan Perikanan baik itu di tingkat pemerintahan pusat maupun provinsi sehingga strategi pembangunan manajemen kampung ikan berbasis teknologi hatchery dapat terfokus dan berjalan dengan baik.

Baca juga: Ikan Laut Sangat Baik untuk Kesehatan, Tetapi… ?

Editor: J. F. Sofyan

Foto Thumbnail: Sergio Salazar / Greenpeace

Artikel Terkait

Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

Overfishing dan Kekeringan Laut

Peningkatan suhu global menyebabkan peningkatan penguapan air dari permukaan laut, yang pada gilirannya meningkatkan konsentrasi garam dalam air laut. Kekeringan laut terjadi ketika air laut menguap lebih cepat daripada yang dapat digantikan oleh aliran air segar, seperti dari sungai-sungai atau curah hujan. Akibatnya, air laut menjadi lebih asin dan volume air laut berkurang.

Tanggapan