Pencemaran Laut Akibat Limbah Industri: Ancaman bagi Ekosistem dan Kehidupan

Berbagai macam bentuk kehidupan bergantung pada lautan, yang membentuk lebih dari 70% permukaan Bumi. Namun, pencemaran yang ditimbulkan oleh berbagai aktivitas manusia semakin membahayakan kelangsungan ekosistem laut.

Limbah industri merupakan salah satu kontributor terbesar pencemaran laut. Efek negatif dari pencemaran laut ini berdampak pada ekosistem laut, kehidupan laut, dan manusia yang bergantung pada sumber daya laut.

Hingga saat ini, sektor industri dapat menghasilkan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) atau disebut toxic and hazardous waste. Logam berat, sianida, pestisida, cat dan pewarna, minyak, pelarut, dan bahan kimia berbahaya lainnya merupakan contoh sampah B3 yang dihasilkan oleh industri. Sampah ini memiliki pengaruh negatif yang jauh lebih besar terhadap lingkungan dibandingkan jenis sampah lainnya jika tidak dikelola dengan baik(Kurniawan, 2019).

Kerusakan karang merupakan salah satu dampak yang terjadi akibat pencemaran laut oleh limbah industri. Kerusakan terumbu karang dapat mengancam biota laut yang hidupnya bergantung dengan keberadaan terumbu karang, seperti sebagai tempat pemijahan, mencari makan, dan berlindung.

Tidak hanya biota laut saja, rusaknya terumbu karang juga memberi dampak pada sektor ekonomi masyarakat nelayan setempat, dikarenakan terumbu karang merupakan habitat ikan, sehingga kerusakan terumbu karang dapat menyebabkan penurunan jumlah ikan tangkap yang mengakibatkan hasil tangkap menurun pula dan berdampak pada pendapatan sumber ekonomi (Inggeni1 et al., 2021).

Selain itu pencemaran laut yang disebabkan oleh limbah industri yang mengandung logam berat dapat mengancam kehidupan biota laut khususnya pada kelompok krustasea. Menurut Yalcin dkk. (2008), logam berat dapat berpindah dari lingkungan ke organisme dan kemudian dari satu organisme ke organisme lainnya melalui rantai makanan.

Biota laut (udang, kerang, dan kepiting) yang mencari makan di dasar perairan akan memiliki peluang yang sangat besar untuk terkontaminasi logam berat karena logam berat yang ada di dalam air pada akhirnya akan tenggelam dan mengendap di dasar perairan. Hal ini menimbulkan risiko bagi warga sekitar, terutama bagi mereka yang mengkonsumsi makanan laut yang telah tercemar logam berat(Utami et al., 2018).

Pada 2016, seorang nelayan menyeret tubuh paus pilot (Globicephala macrorhynchus) yang terdampar di pantai Randupitu, Probolinggo, Jawa Timur. Sekitar 32 paus pilot terdampar di pantai. 22 di antaranya berhasil digiring kembali ke laut namun 10 ditemukan tewas. / Foto: Greenpeace / Dasha Timur

Dalam situasi lain, laut beracun atau “red tide” juga dapat disebabkan oleh limbah industri yang dibuang ke laut. Red tide terjadi ketika alga beracun tumbuh terlalu banyak hingga mencapai tingkat yang berbahaya sebagai akibat dari tambahan nutrisi dari limbah industri.

Masuknya limbah yang mengandung nutrien ini akan meningkatkan jumlah plankton yang mengakibatkan blooming. Selain mengancam kehidupan laut, red tide juga dapat berdampak buruk pada sektor pariwisata dan ekonomi lokal yang bergantung pada keindahan dan keberlimpahan laut.

Pemerintah harus mengambil peran proaktif, baik melalui perundang-undangan atau cara lain, dalam mencegah dan mengatasi limbah industri. Masalah perizinan adalah cara lain bagi negara untuk mengambil perannya dalam memerangi pencemaran laut.

Pemerintah menggunakan izin sebagai langkah hukum preventif dan alat administratif untuk mengatur perilaku masyarakat. Namun Industri harus menerapkan prosedur dan teknologi ramah lingkungan untuk mengurangi timbulan limbah dan memastikan bahwa limbah ditangani dengan benar sebelum dibuang ke laut.

Selain itu, meningkatkan kesadaran dan pendidikan publik tentang masalah ini sangat penting untuk meminimalkan pencemaran laut. Masyarakat dapat mengambil tindakan untuk meminimalkan konsumsi barang-barang yang dibuat oleh industri yang berbahaya bagi lingkungan dan mendukung inisiatif pengelolaan limbah yang lebih baik setelah mereka memiliki pemahaman yang lebih baik tentang dampak berbahaya dari sampah industri terhadap laut dan kehidupan laut (Tangel, 2019).

Pemerintah, industri, dan masyarakat luas harus secara serius menangani masalah utama pencemaran laut yang disebabkan oleh limbah industri. Kita tidak dapat melestarikan keberlanjutan sumber daya laut untuk generasi mendatang tanpa tindakan bersama untuk melindungi habitat laut yang tak ternilai harganya dengan meningkatkan pengelolaan limbah sebelum dibuang ke laut dan mengubah perilaku konsumen.***

Baca juga: Melampaui Batas: Memahami Dampak Krisis Iklim Terhadap Kesehatan Lautan Global

Editor: J. F. Sofyan

Artikel Terkait

Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

Overfishing dan Kekeringan Laut

Peningkatan suhu global menyebabkan peningkatan penguapan air dari permukaan laut, yang pada gilirannya meningkatkan konsentrasi garam dalam air laut. Kekeringan laut terjadi ketika air laut menguap lebih cepat daripada yang dapat digantikan oleh aliran air segar, seperti dari sungai-sungai atau curah hujan. Akibatnya, air laut menjadi lebih asin dan volume air laut berkurang.

Tanggapan