Menghadapi Pseudo-science dan Disinformasi Krisis Iklim di Masyarakat

Publik saat ini banyak menerima disinformasi mengenai berbagai hal, salah satunya tentang fenomena perubahan iklim dan kerusakan lingkungan.

Berawal dari data, infografis sederhana, berita resmi, hingga opini ilmiah menyerbu pikiran kita secara cepat dengan arus infromasi yang sangat deras tanpa ada waktu yang cukup untuk mencernanya.

Secara tidak sadar, umat manusia sedang menghadapi sesuatu yang kita sendiri tidak yakin dan harus berulang kali bertanya pada diri sendiri, apa sebenarnya perubahan iklim itu ? Atau tidak tau akan kerusakan lingkungan, bahkan lebih buruk lagi. Menyebut hal tersebut hoax dari para climate denier (Sekelompok orang yang menolak adanya perubahan iklim) hingga sikap kurang peduli.

Hal mendasar yang sering dilupakan oleh publik pada umumnya, yakni dalam membangun sebuah garis pemikiran dan cara mencerna serta menyikapi informasi.

Realita saat ini, berita resmi atau media mainstream yang telah lama dianggap kebenarannya (belum tentu benar karena media postmodern tidak lagi ideal seperti dulu) oleh publik sudah dianggap menjadi rumor dan bahkan tidak lagi mudah untuk dipercaya.

Pada akhirnya, pemberitaan yang serius serta berdasar ilmiah akan berlalu begitu saja, dan pendapat para ilmuan diperlakukan sebagai esai pendek, yang dianggap paranoid oleh publik saat ini.

Bahkan publik saat ini tidak mencoba mempelajari cara mencari satu jawaban dan mempertimbangkan banyak hal yang memungkinkan terjadinya kerusakan lingkungan bukanlah masalah yang sulit dan layak untuk kita peduli.

Publik harus memilih dengan bijak untuk mempercayai informasi yang beredar daripada konspirasi yang tidak berdasar.

Lingkungan dan Manusia

Dipahami bahwa organisme, baik itu mikroorganisme maupun makroorganisme layaknya seperti kita dengan segala aktivitasnya di bumi yang memiliki pengaruh besar serta mendalam.

Contoh sederhananya yakni bakteri yang merupakan komponen penting dari sistem penyangga kehidupan biosfer (Whipps et al., 1988).

Hal ini membutuhkan pemikiran yang tepat ketika merumuskan pemikiran hingga kebijakan publik yang nantinya akan kita terapkan dari tingkat individu dan keluarga dalam kehidupan sehari-hari.

Pemerintah sebagai badan yang bertanggung jawab atas semua tingkat kesejahteraan masyarakat, peningkatan kesehatan nasional dan ekologi lingkungan, perencanaan terkait dan perumusan kebijakan.

Namun, ilmu-ilmu dasar seperti biologi kelautan dan ilmu lingkungan berbeda dengan disiplin ilmu lain, dimana disiplin ilmu tersebut akan berdampak luas pada kemanusiaan seperti keuangan, perawatan kesehatan, dan transportasi, di dalamnya terdapat pemahaman yang luas, pengetahuan tentang kegiatan terkait agen-agen hayati dan korelasinya dengan lingkungan hidup serta dampaknya terhadap kehidupan manusia.

Namun, pengetahuan serta ketertarikan akan topik ini di masyarakat masih kurang (Timmis et al., 2017).

Kita dapat ambil contoh yakni mengenai efek serta peranan aktivitas berbagai macam jenis mikroba yang seringkali masih menjadi misteri, dan layak untuk dikaji.

Mengakibatkan informasi yang tersedia kepada publik terkadang  tidak lengkap, dan dapat menciptakan ketidakpastian.

Hal tersebut dapat digunakan para climate denier untuk menipu publik dan membuat rumor liar seperti disinformasi berita akan perubahan iklim pada umumnya.

Akibatnya, keputusan kebijakan publik serta opini publik yang awalnya berbasis bukti pun diabaikan oleh publik karena kurangnya dasar pengetahuan ilmiah dasar seperti biologi kelautan, ilmu lingkungan dan cara kerja sains.

Tidak jarang perilaku masyarakat akan isu – isu terkini mengenai lingkungan menjadi kontraproduktif. Oleh karena itu, literasi serta komunikasi sains yang mendasar terhadap masyarakat sangat penting untuk menentukan perilaku individu di masyarakat supaya lebih bijak, serta untuk mengembangkan kebijakan pemerintah.

Stakeholder dalam hal ini pemerintah dan masyarakat harus memiliki pemahaman dasar akan literasi sains, tidak hanya dimulai dari orang dewasa saja namun harus diajarkan mulai dari sekolah (Timmis et al, 2017).

Implementasi hal tersebut, harus adanya konsolidasi dalam penyusunan kurikulum sekolah dari tingkat dasar hingga menengah atas dapat menyarankan konsep dan format pengajaran dasar yang dapat disesuaikan dan mudah dipahami bagi segala usia.

Dalam konteks ini, harusnya opsi tersebut dapat berperan secara langsung maupun tidak langsung terhadap kesejahteraan umat manusia dan wajah ekologis planet kita  yang selaras dengan tujuan dan konsep nilai pembangunan berkelanjutan yang dirancang oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (Timmis et al, 2017).

Selain itu, para ahli profesional dan aktivis harus berpartisipasi dan berkontribusi terhadap perencanaan konsep dasar, kurikulum, dan penganggaran dana dalam mengembangkan alat pengajaran yang ramah dan menarik untuk anak-anak dengan bahan pengajaran yang menarik.

Kedepannya, rencana ini akan mempermudah para pendidik, pembuat kebijakan, pemimpin bisnis, dan pemerintah serta LSM terkait dalam memerangi disinformasi di masyarakat secara jangka panjang.

Dasar Sains dan Biologi Kelautan Harus Menjadi Bagian Dari Pendidikan Dasar

Beberapa anggota masyarakat, seperti pendidik, politisi, pemain industri, kepala badan nasional dan internasional dan sebagainya, sangat membutuhkan pengetahuan sains dasar khususnya mikrobiologi karena keputusan mereka sangat memiliki dampak sosial yang lebih besar daripada keputusan individu saja.

Selain itu, setiap individu memiliki kesadaran akan perannya yang penting dalam keputusan kebijakan seperti masa pandemi yang mempengaruhi kesehatan kita dan kesejahteraan serta planet kita.

Kita dapat menggunakan hak warga negara dan memenuhi tanggung jawab kita untuk menginformasikan pembuat keputusan secara bijak dan kompeten, baik sebagai warga sipil atau anggota kelompok kepentingan (Timmis et al, 2020).

Oleh karena itu, ada kebutuhan vital untuk literasi mikrobiologi di semua lapisan masyarakat secara merata. Bahkan seharusnya literasi mikrobiologi harus menjadi bagian dari deskripsi pekerjaan orang dewasa dikarenakan hampir setiap dinamika pekerjaan dan kehidupannya setiap saat berinteraksi dengan jasad renik tersebut.

Segudang pengetahuan umum dan kemampuan penalaran kritis yang diperoleh selama pendidikan masa kanak-kanak umumnya dianggap penting dalam perjalanan menuju dewasa.

Sampai saat ini, pengetahuan tentang bahasa, bahasa asing, sejarah, geografi, urusan terkini, matematika, fisika, kimia dan biologi dan lain sebagainya, telah dianggap sebagai mata pelajaran esensial dari pendidikan yang seimbang, dan dianggap sebagai poin penting dari kedewasaan, yang diperlukan untuk tanggung jawab terkait rumah tangga dan dunia pekerjaan (Timmis et al, 2020).

Kewajiban untuk memproses informasi yang baru harusnya menjadi tuntutan kehidupan pribadi maupun profesional, terlebih lagi dalam hal kebutuhan untuk membuat keputusan harian yang produktif dalam menavigasi sikap kita supaya dapat menyikapi alam ini.

Benang Merah Pengajaran yang Berpusat pada Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs)

Berbagai organisme saling berinteraksi dan mempengaruhi hidup kita sejak hari pertama manusia dilahirkan. Sebagai contoh, mikrobia baik pada ibu secara alami ditransfer kepada anak pada masa kehamilan (De Lorenzo, 2017).

Maka, seharusnya pengajaran harus dimulai dari awal pendidikan dasar dan menjadi benang merah di semua tingkat pendidikan, dan memberi orang tua serta anak muda pengetahuan untuk memahami dasar biologi.

Selain itu, pemahaman tersebut bertujuan bagi masyarakat khususnya anak-anak didik dapat memahami perbedaan antara apa yang kurang pasti, apa yang mungkin dan apa yang tidak diketahui di alam ini.

Setiap individu harusnya mampu membuat keputusan berbasis bukti untuk meminimalisir resiko akan disinformasi dengan berinteraksi secara konstruktif terhadap berbagai elemen seperti halnya media, institusi riset, institusi pendidikan hingga lembaga negara.

Pemegang kebijakan dalam hal ini pemerintah juga harus tahu pengetahuan ranah sains baru apa yang perlu diperoleh dan diperbaharui untuk membuat kebijakan berbasis data dan bukti, pendekatan tersebut pemerintah dapat dengan mudah dalam mengimplementasi kebijakannya jika masyarakatnya telah bijak dalam mencerna informasi serta memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan.

Kita dapat membayangkan kurikulum sains dasar dan penting seperti biologi kelautan dan lingkungan berkembang dari taman kanak-kanak, sekolah dasar, sekolah menengah hingga sekolah menengah atas.

Selain itu, kurikulum pengajaran mikrobiologi untuk pelatihan guru di pendidikan tinggi juga selalu digalakan (Bergey, 1916; Savage dan Jude, 2014; Scalas et al, 2017;).

Perangkat pendukung seperti website pendidkan seharusnya dikembangkan semaksimal mungkin sebagai layanan pendidikan publik dalam memerangi disinformasi krisis iklim, meningkatkan kepedulian akan lingkungan hidup serta memungkinkan para pelajar hingga masyarakat mendapatkan perkembangan terbaru mengenai isu-isu iklim secara global.

Meskipun pengembangan dan bantuan website untuk model kurikulum yang berkelanjutan akan menjadi kewenangan badan suatu negara, pemerintah harusnya juga memfasilitasi fasilitas dan teknis pelaksanaannya.

Timmis et al (2017) mengusulkan beberapa studi kasus mengenai literasi sains dasar seperti disiplin mikrobiologi dengan format pengajaran yang dapat memancing diskusi serta daya nalar para siswa hanya dengan pertanyaan awal dan dasar sederhana yang berkaitan dengan fenomena pengalaman sehari-hari yang diikuti dengan paparan dalam bahasa sederhana.

Relevansinya nanti dapat dikaitkan dengan Sustainable Development Goal (SDGs) yang telah direncanakan oleh PBB, serta hubungannya dengan ekosistem, dan iklim.

Selain itu, lebih penting lagi yakni konsekuensi untuk pengambilan keputusan dan sikap secara individu, sebagai contoh:

Ayah: aku sangat ingin makan daging burger di bowling sore ini, tetapi Jenny memberitahuku kemarin bahwa peternakan sapi berkontribusi terhadap pemanasan global. Apakah ini benar, ayah? (Kaitannya dengan gas rumah kaca, sumber dan penyerap, pencernaan rumen sapi, emisi metana kotoran sapi, pemanasan global, kenaikan permukaan laut dan cuaca ekstrem, bagaimana pengaruhnya terhadap kita. Termasuk Kategori SDGs-13 yakni memerangi perubahan iklim).

Ibu: kami diberitahu di kelas tadi bahwa Mutasi Virus dapat terjadi secara cepat. Mengapa virus memiliki kemampuan seperti itu ? (Kaitannya dengan efek perubahan iklim dengan mutasi mikroba. Termasuk kategori SDGs-13 yakni memerangi perubahan iklim)

Ibu: Ibu selalu menyuruhku cuci tangan setelahnya pergi ke toilet, karena kotoran itu tidak enak. Tapi apa yang terjadi ke sana setelah dibuang? (Kaitannya dengan pengelolaan limbah, patogen feses, indikator feses, dan kualitas air. Termasuk kategori SDG-6 yakni sanitasi untuk semua).

Guru: Anak – anak, mengapa tanaman tidak tumbuh dalam kegelapan? (Kaitannya dengan tumbuhan dan mikroba fotosintetik menangkap energi matahari dan membuat biomassa tubuhnya, dasar-dasar rantai makanan, fotosintesis, kloroplas, evolusi kloroplas yang berasal dari mitokondria mikroba purba awal, tumbuhan dan mikroba fotosintetik yang menyediakan makanan untuk dunia, energi, bahan kimia terbarukan bahan baku non-polusi, pembangunan berkelanjutan, Termasuk kategori SDGs-2 yakni mengakhiri kelaparan, SDGs-7 yakni akses energi berkelanjutan, dan SDGs-12 yakni memastikan pola produksi berkelanjutan).

Tujuan dari beberapa contoh studi kasus tersebut bertujuan untuk membantu dalam pengembangan kurikulum yang sesuai dengan rentang tingkatan usia yang luas dengan berbagai latar belakang lingkungan sosial dan budaya.

Mengungkap proses dan masalah utama dalam ekosistem dan manusia yang dipengaruhi atau didukung oleh aktivitas dari ekofisiologis organisme lainnya dapat menginformasikan bagaimana aktivitas ini mempengaruhi kesejahteraan kita dan anggota biosfer lainnya, bagaimana aktivitas kita dapat mempengaruhi antara satu variabel dengan variabel lainnya.

Sadar akan pengaruh akan aktivitas dan tindakan manusia menunjukkan bagaimana kita dapat menyeimbangkan gaya hidup serta sikap kita terhadap alam demi kemaslahatan manusia.

Tidak kalah pentingnya lagi yakni memberikan perspektif tentang bagaimana kita terhubung antara satu dengan organisme lainnya (Lee et al., 2017).

Model pendekatan ini memiliki kelebihan bahwa relevansi/pentingnya sains dasar seperti mikrobiologi dapat mendasari nalar masyarakat menjadi lebih jelas khususnya para siswa pada awal pelajaran ilmu alam.

Harus ditekankan bahwa, terlepas dari kurangnya visibilitas atau menariknya subjek yang dibahas, pengajaran topik mikrobiologi bisa sangat menarik bagi anak-anak, karena mikrobiologi adalah subjek eksperimental langsung dan siswa dapat melakukan eksperimen yang luar biasa di berbagai tingkat sekolah.

Saran untuk eksperimen sederhana yang relevan dengan setiap kategori topik juga telah tersedia secara online. Selain itu, ada banyak proses mikroba menarik yang dilakukan oleh perusahaan komersial (pembuatan bir, pembuatan keju, produksi roti, fermentasi, dan sebagainya) dan lembaga publik (pabrik pengolahan limbah, laboratorium diagnostik, dan sebagainya) yang dapat, tergantung pada apa yang tersedia secara lokal dapat merasakan pengalaman pertama melalui kunjungan sekolah.

Sekali lagi, daftar ilustratif dari kunjungan industri, dan bagaimana mengatur pengalaman eksperimental supaya memperoleh pengetahuan, pemahaman, minat dan kesenangan yang maksimal bagi siswa akan tersedia secara online (Timmis et al, 2020).

Konsep yang diberikan dalam kerangka kurikulum tersebut tidak terlalu kompleks, mengingat target dari kurikulum ini yakni pelajar dan masyarakat secara umum dengan target audiens yang cukup luas.

Perlu adanya penekanan bahwa konsep integrasi kurikulum ini tidak dimaksudkan untuk menciptakan disiplin ilmu baru dan menciptakan seorang profesional.

Sebaliknya, tujuannya hanyalah untuk memberikan basis pengetahuan yang memadai tentang pembangunan berkelanjutan dengan basis dasar ilmu hayati yang menjadi pusat pemberdayaan masyarakat untuk mencapai perbaikan dalam mengambil sikap yang bijak dalam menerima informasi serta mencerna informasi di dalam kehidupan sehari-hari dengan basis bukti dan data.

Selain itu, penting bagi masyarakat untuk secepatnya menyadari bahwa sudah adanya prasangka yang salah dan meluas selama ini bahwa semua mikroba adalah jahat dan harus ditandai sebagai musuh kita.

Tidak hanya salah, tetapi juga menimbulkan praktik perilaku yang berbahaya bagi lingkungan dan manusia. Mikroba sama seperti manusia yakni sebagian besar memiliki sedikit atau tidak memiliki pengaruh langsung pada kehidupan kita.

Ada banyak yang sangat bermanfaat dan hanya sedikit yang berbahaya bagi kemaslahatan hidup manusia. Sejauh ini terdapat berbagai jenis mikroba baik yang telah membantu dalam memecahkan masalah besar seperti meningkatkan hasil kualitas pangan (protein sel tunggal spirulina dan produk-produk fermentasi seperti probiotik) hingga melakukan daur biogeokimia di bumi (De Lorenzo, 2017).

Sadari dan Lakukan

Makroorganisme seperti halnya hewan dan tumbuhan, bukan hanya anggota utama biosfer namun juga merupakan komponen integral dari masyarakat manusia, proses evolusi, peradaban, dan jiwa manusia itu sendiri (De Lorenzo, 2017).

Interaksi diantaranya menyediakan makanan, serat, kenyamanan, kesenangan sumber hobi dan hiburan bagi kesejahteraan manusia. Konservasi organisme baik itu makroorganisme dan mikroorganisme, baik di darat maupun lautan khususnya adalah tanggung jawab umat manusia bersama.

Mengacu pada hal tersebut, biologi pada dasarnya biologi hewan dan tumbuhan secara historis menjadi harusnya menjadi subjek inti pendidikan yang berasaskan pembangunan berkelanjutan, baik dalam dirinya sendiri (manusia) maupun sebagai landasan moral bagi pengajaran biologi manusia dan pendidikan reproduksi.

Tidak hanya itu, minat akan subjek biologi khususnya biologi lingkungan dan kelautan menunjukan adanya peningkatan yang cukup pesat dalam beberapa tahun terakhir seperti tergambar dalam film dokumenter televisi blockbuster yang dibawakan oleh Sir David Attenborough pada BBC Earth dapat menjadi contoh yang menakjubkan serta angin optimisme akan pengembangan kurikulum berlandaskan asas berkelanjutan.

Beberapa tahun terakhir penemuan yang menakjubkan mengenai korelasi antara keanekaragaman hayati contohnya mikrobiota yang baik pada usus manusia serta pengaruhnya terhadap kondisi biologis dan perilaku manusia (psikologis) telah berkembang secara signifikan (Timmis et al, 2017).

Hal tersebut harusnya dapat meningkatkan kesadaran manusia akan pentingnya melek mikrobiologi. Meskipun demikian, mikroba pada dasarnya tetap merupakan entitas abstrak, renik, misterius, sulit dipahami.

Tetapi signifikansi mereka jauh lebih besar daripada pentingnya cepatnya perkembangan internet, dimana kita dapat bertahan tanpa internet sampai internet tiba. Tetapi kita tidak dapat bertahan bahkan juga tidak akan pernah bisa bertahan tanpa sistem pendukung kehidupan mikroba pada ekosistem usus kita misalnya (Timmis et al, 2020).

Oleh karena itu, sangat penting bahwa dunia dengan segala keindahannya yang menakjubkan, beralih dari abstraksi ke persepsi dan substansi visual dan mengambil posisi yang selayaknya dalam jiwa dan pikiran manusia untuk tetap terus berpikir mengenai alam raya ini.

Dengan demikian, alat bantu visual akan menjadi pusat perhatian dalam kelas literasi dan menjadi meledaknya ilmu kesenian dalam memvisualisasikan mikroba yang nantinya akan merangsang kepedulian serta imajinasi akan ingin tahu bagi seluruh umat manusia.

Contoh imajinasi sederhana lainnya yakni ketika anak-anak dapat segera memvisualisasikan suatu sel seperti mikroba di dalam benak mereka dan membayangkan apa respon dan tindakan yang akan mereka lakukan.

Saat mikroba transit dari abstrak dan mengambil bentuk, mereka akan menjadi nyata, anak-anak tidak akan takut dan bahkan mungkin akan memiliki mikroba favorit mereka.

Ada berbagai sarana yang dapat membantu hal tersebut diantaranya mainan yang meningkatkan kesadaran akan lingkungan seperti beruang Teddy yang menggemaskan dan domba Dolly dan bahkan sejenis mikroalga bernama Diatom yang berduri serta kartun Spongebob Squarepants yang dibuat oleh seorang Biolog Kelautan yang memiliki tujuan untuk memudahkan anak-anak dalam mengenalkan biota yang ada di laut.

Kesimpulan

Cara dan inisiatif yang telah diterangkan dapat dibangun untuk mendorong masyarakat terpelajar ilmu hayati dan profesional yang memiliki pengaruh dengan pendidik, politisi, pengusaha, lembaga pemerintah dan non-pemerintah terkait, dan lainnya, untuk bergabung dalam upaya kolaborasi bersama dalam menyusun kurikulum pendidikan yang berkesadaran lingkungan.

Kolaborasi yang membangun tersebut dapat meningkatkan literasi sains serta membentengi diri dari disinformasi bagi masyarakat luas. Selain itu, mengajak pemangku kebijakan untuk memperjuangkan inisiatif tersebut supaya dapat dirasakan secara berkelanjutan lintas generasi.

Dengan meningkatkan kesadaran akan fenomena tersebut dengan menyusun konsep kurikulum sekolah dasar hingga menengah atas dibantu alat pengajaran yang sangat informatif, mudah dipahami serta berpusat pada siswa dan masyarakat umum dengan beragam bahan pengajaran, layaknya hal tersebut dapat diintegrasikan ke dalam kurikulum demi kelangsungan generasi umat manusia selanjutnya.***

Baca juga: Pencemaran Perairan Laut Indonesia: Dampak dan Cara Menanggulangi

Editor: J. F. Sofyan

Sumber:

Bergey, D.H. (1916) The pedagogics of bacteriology. JBacteriol 1:5–14.

De Lorenzo, V. (2017) Seven microbial bioprocesses to help the planet. Micro Biotech 10: 995–998.

Lee, S.Y., Kim, H.U., Chae, T.U., Cho, J.S., Kim, J.W., and Shin, J.H. (2019) A comprehensive metabolic map for production of bio-based chemicals. Nat Catal 2:18–33.

Savage, A.F., and Jude, B.A. (2014) Starting small: using microbiology to foster scientific literacy. Trends Microbiol 22: 365–367.

Scalas, D., Roana, J., Mandras, N., et al. (2017) The Microbiological@mind project: a public engagement initiative ofTurin University bringing microbiology and health education into primary schools. Int J Antimicrob Agents 50:588–592.

Timmis, K.N., de Lorenzo, V., and Verstraete, W. (2017a) The contribution of microbial biotechnology to economic growth and employment creation. Micro Biotech 10: 1137–1144.

Timmis, K.N., de Vos, W.M., and Ramos, J.L. (2017b) The contribution of microbial biotechnology to sustainable development goals. Micro Biotech 10: 984–987.

Timmis, Kenneth; Cavicchioli, Ricardo; García, José; Nogales, Balbina; Chavarría, Max; Stein, Lisa; Mcgenity, Terry; Webster, Nicole; Singh, Brajesh; Handelsman, Jo; Lorenzo, Victor; Pruzzo, Carla;  Timmis, James; Martín, Juan; Verstraete, Willy; Jetten, Mike; Danchin, Antoine; Huang, Wei; Gilbert, Jack; Harper, Lucy. (2019). The urgent need for microbiology literacy in society. Environmental Microbiology.

Whipps, J.M., Lewis, K., and Cooke, R.C. (1988) Mycoparasitism and plant disease control 161–187. In Fungi in Biological Control Systems, Burge, N.M. (ed). Manchester, UK.: Manchester University Press, p. 176.

Artikel Terkait

Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

Penerapan Kampung Ikan Berbasis Teknologi Hatchery dalam Optimalisasi Percepatan Kemandirian Pangan Perikanan Nasional

Salah satu kisah sukses teknologi hatchery adalah hatchery skala rumah tangga (HSRT) yang terdapat dibagian utara Bali.

Teknologi ini dikembangkan oleh Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut Gondol Bali dan dengan pesat diterapkan oleh nelayan – nelayan setempat yang awalnya ingin mengadakan diversifikasi usaha dari perikanan budidaya secara tradisional ke perikanan budidaya skala industri seperti tambak dan keramba jaring apung.

Tanggapan