Kompilasi Cerita Perjalanan Menjelajahi Nusa Tenggara Timur bersama Young Explorer

Tulisan bersambung ini ditulis oleh beberapa siswa kelas 8 Sekolah Alam Indonesia, tentang perjalanan mereka menuju Labuan Bajo Nusa Tenggara Timur dalam misi perjalanan Young Explorer 2021 !

KEBERANGKATAN

Perjalanan kita dimulai dari menginap di Cipedak dari ba’da isya, kita sudah dihimbau untuk berkumpul di Cipedak untuk briefing kegiatan, hingga nanti kita dibangunkan jam 1 malam untuk mandi dan bersiap-siap untuk berangkat. Setelah selesai bersiap-siap kami diberikan sarapan yang sudah disediakan oleh orang tua dan langsung berbaris sesuai kelompok.

Setelah itu berjalan kaki dari sekolah menuju bus yang sudah ada di depan jalan Pembangunan, Cipedak. Saat di bus tentunya rasa kantuk itu masih menggelayuti karena masih jam 2 dini hari dan kami banyak yang belum tidur, ya saya juga. Tak lupa perjalanan ini diawali dengan membaca Al-Ma’tsurat pagi dan Pak Hadi memberi informasi apa yang kita harus lakukan pada saat sampai di Bandara Soekarno-Hatta.

Kita sampai di bandara sekitar jam 3.30 dan langsung disambut sebagian orang tua yang membantu untuk masuk ke bandara. Saat pembagian tiket pesawat, kita dipisah menjadi 2 kelompok besar untuk penerbangan pesawat, dimana ada kelompok yang akan berangkat pada jam 06.00 dan kelompok yang berangkat pada jam 07.00.

Kebetulan saya berangkat di jam pertama jadi saya berangkat lebih dulu ke Bandara Ngurah Rai, Denpasar, Bali untuk transit. Perjalanan dari Jakarta menuju Bali membutuhkan waktu sekitar 4 jam. Sesampainya di Bali, kami menunggu sebagian teman yang ada di pesawat yang berangkatnya jam 7 karena perjalanan kita dari Bali menuju Bandara Komodo, Labuan Bajo, itu akan menggunakan 1 pesawat dan pesawat dari Bali akan take-off pada jam 10.00.

Akhirnya waktu yang ditunggu pun datang, kami diperbolehkan untuk masuk ke dalam pesawat, perjalanan dari Bali menuju Labuan Bajo hanya membutuhkan waktu 1 jam saja. Saat pesawat sudah ingin landing, kita semua melihat pemandangan yang begitu indaaaah,  karena persis di bawah kita ada banyak bukit-bukit dan terumbu karang yang masih asri dan belum dirusak oleh manusia.

Akhirnya landing di Bandara Komodo, memang bandaranya kecil tetapi ramai, karena terlalu ramai jadi tidak terlalu fokus saat pengambilan barang. Saat saya sedang melihat-lihat tas tiba-tiba ada ibu-ibu yang marah ke saya karena tas ibu-ibu itu ada di samping saya, dan dia mengira saya yang mengambil dan itu lucu banget sih, tiba-tiba saja ada tas ibunya disamping saya.

Setelah mengambil barang-barang bawaan, kita langsung naik ke dalam mobil elf untuk menuju ke penginapan yang ada di Denge untuk istirahat dan tidur karena keesokan harinya kita akan trekking ke Waerebo. – AFKAR

DENGE

Setelah sampai di bandara semua kelompok menunggu elf datang, semua kelompok masuk ke elf masing-masing setelah. Sebelum menuju penginapan, kita shalat dan makan terlebih dahulu di masjid terdekat bandara. Di dalam perjalanan saya sempat tertidur lamaaa sekali tidak terasa sudah sampai di penginapan.

Sesampainya di penginapan kita langsung dibagi kamar dan saya mendapatkan teman kamar yaitu Fatih dan Faiz. Setelah masuk kamar saya diminta Fatih dan Faiz untuk menuliskan cerita saat di Denge untuk buku perjalanan. Setelah itu saya makan dan shalat, dan kembali lagi ke kamar saya untuk mengobrol bersama dengan teman-teman saya yang sudah lama momen ini tidak bisa dilakukan karena pandemi – ISAAC

PERJALANAN WAEREBO

Pagi yang cerah di hari Jum’at, tepatnya hari ke 2 kami melaksanakan Young Explorer. Di pagi ini kami bersiap untuk melakukan trekking menuju destinasi Local Wisdom yaitu Waerebo. Seperti biasa kami melakukan stretching dan briefing sebelum trekking, lalu perjalanan pun dimulai sekitar pukul 07.00.

Awal trekking kami berjalan melewati jalan aspal untuk menuju ke pos 1, memang jalannya mulus namun banyaknya tanjakan membuat tenaga lumayan terkuras. Sesampainya di pos 1 kami mengambil daypack dan briefing singkat lalu mulai mendaki menuju Waerebo.

Awal perjalanan kami disuguhi dengan jalan yang cukup terjal dan sempit. Sesampainya di pos 2 jalanan sudah mulai landai dan tidak terlalu sempit, disana saya istirahat cukup lama sebelum melanjutkan perjalanan sekitar 1,5 jam lagi ke Waerebo. Setelah berjalan sekitar 1,5 jam, akhirnya sampai di pos 3, disana ada ritual adat setempat yang mengharuskan para pengunjung untuk memukul kentongan sebanyak 3 kali.. Lelah kami pun terbayar dengan pemandangan yang indah. – NAUFAL

Setelah menunggu satu tahun, akhirnya kami melakukan Young Explorer, banyak kegiatan yang sangat saya tunggu dalam kegiatan ini meskipun banyak yang tidak jadi dilakukan, tetapi Young Explorer kali ini juga menyenangkan kok. Saya ingin bercerita tentang perjalanan saya saat mendaki menuju Waerebo.

Sebelum berangkat ke Waerebo, kami semua dihimbau untuk memakai topi, membawa botol minum dan stretching. Setelah itu, kami mulai berjalan sesuai kelompok jalan, awalnya semua berjalan normal sampai di pos satu bahkan sampai di tengah, namun setelah itu kelompok saya mulai terpecah, sebenarnya hampir lengkap tetapi tinggal Pilar saja yang tertinggal, perjalanannya lumayan melelahkan, tetapi seru.

Kelompok saya termasuk rombongan depan tetapi sedikit ke tengah, karena saya tipe yang jalan 2 menit berhenti jadi saya sering ketinggalan, ada di beberapa titik yang saya jalan totally alone. Yang dibelakang jauh, yang di depan juga jauh, tetapi kebetulan jalannya hanya satu jadi tidak hilang atau tersasar, tetapi jujur sih capek banget apalagi kita baru bergerak lagi karena selama ini sekolahnya online dan tiba-tiba akan berangkat Young Explorer dan ada kegiatan trekking jauuuuuuh, kan shock gitu ya.

Anyways, di pos berapa deh lupa, ada mata air gitu kan, terus kita isi botol minum kita di situ, jujur airnya dingin dan seger, meskipun ada sedikit rasa debu-debu. Saat sudah di pos terakhir itu rasanya enak banget terasa seperti lagi di sekolah padahal itu bahkan lagi tidak di Jakarta.

Setelah trekking sekitar 5 jam akhirnya kita sampai juga di Waerebo, jujur lelahnya terbayar banget soalnya pemandanganya sangat bagus, suasananya juga enak banget, kalau siang itu tidak dingin tetapi juga tidak panas, kalau malam siap-siap pakai selimut tebal deh.

Kembali ke kegiatan trekking, saat trekking pemandangannya tidak kalah cantik banget, indah banget, meskipun untuk dapet pemandangan seperti itu harus mandi keringat, dan capai-capai trekking. Kalau memang suka kegiatan adventure, Waerebo akan menjadi salah satu rekomendasi saya sih.

Kalau saat trekking turunnya tidak banyak yang bisa saya ceritakan karena yaa time flies, jujur saja saya pas turun dari Waerebo cepat-cepat soalnya saya lebih suka turunan dibanding dengan tanjakan, saat turun kita makan snack dan mengisi air di tempat yang ada mata air itu, tetapi bedanya kali ini kita ditemani dan diantarkan oleh salah satu anjing yang ada di Waerebo.

Saat trekking turunnya sih doesn’t have that much of a story selain saya kalau turun harus berhati-hati karena licin dan saya juga memegang kamera, di beberapa waktu saya tidak tahu jalan dan saat itu melihati anjing Waerebo makan regal dan corn chips, unik ya anjing di Waerebo itu. By the way, anjing yang ada di Waerebo lucu-lucu, sayangnya tidak boleh pelihara anjing, tetapi masih bisa dilihat jadi tidak apa-apa. MIMA 

KEGIATAN DI WAEREBO

Di hari kedua, pagi-pagi setelah sarapan, kita stretching dan berbaris sesuai kelompok jalan untuk trekking dari penginapan di Denge menuju Waerebo. Saat trekking perasaan saya capai dan malas karena pegal banget. Setelah sampai di desa Waerebo, perasaan saya senang karena melihat pemandangan yang indah dan karena sudah melewati perjalanan yang panjang jadi rasanya lega.

Kegiatan pertama di desa Waerebo yaitu kita mengikuti kegiatan ritual untuk meminta izin ke leluhur untuk tinggal atau menginap di sana selama sehari. Setelah itu, istirahat, tidur siang, makan, dan bersih-bersih. Pada malam harinya kita berkumpul  di salah satu rumah adat untuk belajar tentang desa Waerebo, kami mendengarkan cerita tentang asal usul dan sejarah Waerebo langsung dari narasumbernya yaitu Kepala Desa kampung adat Waerebo.

Keesokan harinya tepatnya di pagi hari, kami menyumbangkan buku untuk perpustakaan di sana, setiap orang membawa 1 buku untuk disumbangkan. Sesudah memberikan buku-buku tersebut, kami trekking kembali menuju penginapan di Denge. – FARIS

Sesampainya di Waerebo, kami melakukan upacara adat kedatangan tamu bersama Kepala Adat Waerebo. Setelah itu kami diantarkan menuju tempat penginapan untuk shalat, makan siang dan membaca Al-Ma’tsurat sore. Pada malam harinya kami melakukan kegiatan di salah satu rumah adat, kami menanyakan hal-hal tentang sejarah Waerebo kepada tokoh-tokoh adat yang ada disana. Diskusi mengenai Waerebo ini cukup menarik sampai tak terasa waktu menunjukkan pukul 22.00 WITA, tandanya kami harus bersiap untuk istirahat.

Kami bangun diwaktu shubuh untuk melakukan sholat dan Al-Ma’tsurat pagi, lalu sarapan dan bersiap-siap packing untuk melakukan trekking turun dari Waerebo. Sebelum kami turun, kami menyumbangkan buku-buku dan berfoto-foto terlebih dahulu, dan setelah itu pamit kepada masyarakat pendudk Waerebo. – ZAIDAN

Saat kami sampai disana kami langsung masuk ke rumah kepala adat untuk melakukan upacara adat penyambutan. Setelah melakukan upacara adat penyambutan kami kumpul sebentar untuk berdiskusi dan setelah itu istirahat, shalat dan Al-Ma’tsurat sore.

Setelah itu di malam harinya, kami menyiapkan beberapa pertanyaan untuk ditanyakan saat sesi tanya jawab tentang Waerebo, setelah menyiapkan pertanyaan kami berkumpul dengan kepala suku Waerebo untuk sesi tanya jawab tentang Waerebo. Sesudah itu kami tidur sampai jam 4 dan dibangunkan untuk shalat shubuh, lalu Al-Ma’tsurat pagi dan sarapan, lalu kami mandi dan siap-siap untuk trekking turun dari Waerebo. -LULU

 BAKSOS MASJID DESA SIRU

 Sehabis turun dari Waerebo dan kembali ke Denge, kami packing dan bersiap-siap untuk naik mobil elf untuk menuju ke Masjid Agung di Siru untuk melakukan bakti sosial. Saat sudah sampai di sana, kami turun dari mobil dan pergi menuju masjid, saat sudah di masjid kami duduk dan bertemu dengan pemilik pesantren dan tokoh-tokoh penyebar islam di Nusa Tenggara Timur.

Setelah sedikit bebincang-bincang, hari pun sudah mulai menjelang maghrib, kita pun sholat maghrib berjamaah di masjid tersebut. Setelah sholat maghrib kami diajak makan bersama di sana tetapi kami tidak memiliki banyak waktu karena perjalanan menuju hotel cukup lama, agar tidak terlalu malam kami pun segera memberikan barang baksos dan pamit kepada ustadz dan tokoh-tokoh agama disana, lalu kami meneruskan perjalanan kami ke hotel Green Prundi. – NAIN & SYAUQI

PERJALANAN + KEGIATAN DI LABUAN BAJO

 Kami pergi ke Labuan Bajo pada hari ke 3. Sebelum ke tempat tujuan, kami melakukan bakti sosial di Pesantren Alam Kolong yang berada di desa Siru, Lembor, Nusa Tenggara Timur. Setelah itu kami melanjutkan perjalanan setelah shalat maghrib berjamaah. Sesampainya di penginapan, kami langsung makan malam dan menuju ke kamar. Setelah merapikan barang-barang di kamar, kami bergegas untuk istirahat yang cukup karena keesokannya akan berlayar dengan menggunakan kapal Phinisi jam 9 pagi.

Esok hari tiba, kami shalat shubuh lalu Al-ma’tsurat dan briefing dari guru untuk pemberitahuan informasi-informasi terkait agenda yang akan kami lakukan pada hari itu. Setelah briefing selesai, kami packing barang-barang yang akan dibawa untuk keperluan selama di kapal nanti.

Lalu kami berangkat menuju pelabuhan dengan menggunakan truk kecil dengan waktu kurang lebih 5 menit. Kami terbagi menjadi 2 kelompok kapal Phinisi yang sudah dibagi oleh guru, sebelum naik kapal Phinisi yang letaknya agak ditengah lautan kami harus menggunakan kapal sekoci secara berkelompok untuk sampai kesana. Menarik kapal ini kecil tetapi bisa muat 5-6 orang beserta barang-barang yang lumayan berat, sempat berpikir apakah sekoci ini kuat membawa kami sampai ke Phinisi. – FATAN

TREKKING PULAU KELOR

 Jadi, pulau Kelor itu pemberhentian pertama waktu sailing, nah di pulau Kelor ini kita juga trekking selama sekitar kurang lebih 30 menit dangan track yang lumayan curam. Awalnya dari pelabuhan pulau Kelor itu kami dikelompokkan ulang karena trekking mendakinya akan berkelompok kecil.

Track pertamanya itu ada tangga tetapi hanya sedikit, terus sehabis itu baru ketemu track yang lumayan curam, jadi pemilihan stepnya harus hati-hati banget agar tidak jatuh, lumayan seram juga sih apalagi saat turun soalnya track yang lumayan curam, cukup mengerikan jika dilihat dari atas.

Tetapi saat sudah sampai di puncak pulau Kelor masyaa Allah bagus banget! Tidak lupa disini kami mengabadikan momen dengan berfoto karena destinasi ini awalnya tidak ada direncana perjalanan kami pertama. Tidak menyesal panas dan lelah, karena bisa melihat bukit-bukit yang terbentang dengan hamparan laut yang menewan. FASYA

 SNORKELING PERTAMA

Setelah selesai trekking di pulau Kelor, kami kembali ke kapal Phinisi untuk makan siang dan shalat. Setelah itu bersiap-siap untuk snorkling dan harus memakai life jacket untuk keamanan. Untuk menuju ke tempat snorkling kami lagi-lagi menggunakan sekoci. Sesampainya di tempat snorkling, kita langsung melakukan pengamatan biota laut yang ada disana, ada terumbu karang, ada banyak ikan-ikan kecil dan juga tiram.

Air lautnya juga jernih sehingga sangat mudah untuk mengamati biota laut yang ada disana. Kurang lebih 2 jam kami melakukan kegiatan ini, karena air dari langit cukup deras, guru-guru menghimbau kepada kami agar kembali menaiki sekoci untuk kembali ke kapal Phinisi. RANIA

BAKSOS PULAU RINCA

Jadi dari kapal Phinisi kami harus naik sekoci dulu untuk menuju ke dermaga pulau Rinca. Kami dibagikan barang-barang baksos di dermaga, barang baksosnya ada alat shalat, alat tulis, gantungan kunci dan botol minum. Kita keliling dalam kondisi gerimis dan diarahkan salah satu masyarakat, selama keliling kampung kami membagikan barang baksos ke masyarakat.

Banyak sekali anak-anak yang berlarian mengikuti perjalanan kami berkeliling pulau Rinca. Rata-rata rumah di pulau Rinca adalah rumah panggung. Setelah keliling kampung, kami mengunjungi sebentar SMP 5 Komodo, sekolah yang cukup sederhana di pulau Rinca. Meski waktu yang cukup singkat kami berada disini tetapi Rinca memberi kami pengalaman yang berharga. – DZAKY

Sebelum berangkat ke destinasi selanjutnya, kami briefing terlebih dahulu mengenai barang apa saja yang perlu dibawa dan kegiatan baksos yang akan dilakukan.

Setelah turun dari sekoci, saya dan teman-teman berjalan melintasi jembatan menuju pos jaga pulau Rinca sembari mengambil foto dan video pemandangan laut dan bukit-bukit. Di sana, kami berkumpul dengan kelompok pinisi 2 dan menunggu izin untuk masuk sambil mengobrol.

Setelah mendapat izin, guru-guru memberikan barang-barang yang akan kami bagikan yaitu alat tulis, alat shalat, gantungan kunci, dan botol minum kepada setiap murid. Namun, siswa/siswi yang mendokumentasikan kegiatan, hanya boleh memberikan satu barang.

Rintik air hujan mulai turun, namun itu tidak menghalangi niat baik kami. Dengan tubuh dibalut jas hujan dan tangan penuh barang baksos, kami mulai berjalan dalam satu barisan panjang.  Sementara murid-murid yang tidak membawa jas hujan berjalan dengan baju yang basah. Saat kami mulai memasuki pemukiman warga, kami memberikan barang yang kami bawa ke setiap orang kecuali yang sudah dapat.

Jujur, saya sedikit terkejut karena kondisinya lebih buruk dari yang saya bayangkan. Saat saya membagikan pensil dan penghapus, saya dapat melihat raut wajah bahagia anak-anak tersebut sambil memperhatikan barang yang baru saja ia dapat dengan senyum berseri-seri.

Begitu juga dengan ibu-ibu yang tersenyum lebar setelah kami berikan sebuah botol minum dan alat shalat, membuat saya ikut tersenyum. Bahkan di satu waktu, anak-anak berdesak-desakan mengerubungi saya dan beberapa teman saya untuk mendapatkan barang yang kami bagikan, bahkan jika itu hanya sebuah penghapus.

Namun, di dalam semua wajah-wajah bahagia itu, saya menemukan beberapa ekspresi kecewa dan sedih setelah saya bilang ‘habis’ sambil membalik dan mengguncang goodie bag yang kubawa, membuktikan bahwa sudah tidak ada apa-apa lagi di dalamnya. Bahkan ada satu anak yang meminta goodie bag nya.

Saya hampir menangis, perasaan saya campur aduk melihat keadaan disana. Senang karena bisa membantu dan ternyata bantuan kami bisa membuat mereka sangat bahagia, sedih karena ada beberapa anak yang tidak mendapatkan apa-apa, dan rasa bersyukur karena ternyata hal-hal yang selama ini saya miliki dalam jumlah banyak, tidak bisa didapatkan oleh semua orang.

Ingin rasanya saya membantu lebih lagi, tetapi untuk sekarang hanya ini yang bisa kami berikan. Saya sempat berkenalan dengan beberapa anak disana. Memang tidak banyak yang kami berikan, tetapi saya harap ini bisa memberikan mereka semangat untuk terus belajar. -NADA

 TREKKING PUNCAK PULAU PADAR

Pada hari ke 5 kita trekking ke puncak pulau Padar. Sebelum trekking kita packing di kapal dan sarapan roti agar perut tidak kosong, kita shalat shubuh di pinggir pantai pulau Padar lalu melapor ke pos penjaga di sana sebelum trekking. Kita berangkat shubuh karena ingin melihat sunrise dari puncak tetapi karena cuaca sedang mendung jadi tidak terlalu kelihatan, perjalanan dari pantai ke puncak sekitar 30 menit, tiba di puncak kita istirahat dan mengamati keindahan pulau Padar dari ketinggian, terlihat indah sekali.

Kurang lebih kami berada diatas sekitar 1,5 jam, karena banyaknya wisatawan yang berdatangan kami bergegas turun agar tidak terjadi penumpukan orang dan juga tempatnya tidak terlalu luas. Trekking turun ke bawah kami melihat beberapa rusa di pantai, tak banyak hewan yang kutemui disini tetapi tumbuhan dipinggir lintasan sepanjang trekking tak kalah indah kuning dan lebat. – FAHIM

Pada hari ke 5 kita turun dari Phinisi jam 03.00 WITA, sebelum turun kami dianjurkan untuk sarapan terlebih dahulu agar perut terisi dan kuat melakukan misi mencari sunrise, katanya sunrise di pulau Padar sangat indah. Sebelum naik kita shalat subuh di pantai pulau Padar, setelah shalat kita berangkat naik ke puncak pulau Padar, naiknya cukup lama, lumayan capai dan keringatan. Trekking dari pantai menuju puncak itu sekitar 30 menit. Setelah tiba di puncak kita istirahat dahulu lalu berfoto-foto, setelah itu kita turun lagi ke bawah, dan kembali ke kapal phinisi. – IVAN

 SNORKELING KEDUA

Kami melakukan snorkling ke dua di pulau Tana Makassar, kami ke sana menggunakan sekoci, karena terlalu dangkal tempatnya. Di pulau ini pasirnya bagus banget, halus, putih, sedikit pink, dan juga tidak terlalu dalam, hanya sampai sekitar dada. Tapi tidak terlalu banyak coral dan ikan. Oiya sebenarnya agak kurang puas sih soalnya cuma sebentar, tidak sampai 30 menit langsung diajak pindah spot snorkling. Sebelum pindah spot snorkling kita foto bersama sama di pinggir pantai karena jika air pasang dataran pasir pantai yang berwarna pink ini tidak terlihat.

Setelah dari spot pertama kita langsung kembali ke kapal Phinisi dan bersiap ke spot kedua. Di spot ke dua sebenernya kita ingin melihat manta ray, tapi setelah sampai sana tidak ada satupun manta ray dan juga sudah berkeliling di sekitar sana selama kurang lebih 1 jam juga tetap tidak terlihat satu pun manta ray.

Akhirnya kita tetap snorkeling walaupun tidak ada mantanya. Oiya tidak semuanya merasakan snorkeling yang ke dua ini, cuma sekitar 10 orang aja, karena memang awalnya kalau tidak ada mantanya kita tidak jadi snorkeling dan karena sudah terlanjur di sekoci jadi diperbolehkan untuk menyebur sebentar.

Disini dalem banget dan dingin banget karena di tengah laut, kalau lihat kebawah merinding sendiri karena dalemnya, tapi coralnya bagus dan cukup banyak biota laut. Arusnya lumayan kencang, jadi jika kita diam saja bakal terbawa ombak dan dengan sendirinya menjauh dari kapal. Sekitar 10 menit kita langsung naik lagi ke kapal Phinisi dan bersih bersih, lalu bersiap untuk agenda berikutnya – AGHNAT

BERSIH PANTAI DAN AUDIT MERK

Pada hari ke 6 di Nusa Tenggara Timur, kami melakukan kegiatan bersih pantai tepatnya di pantai desa Gorontalo. Perjalanan dari penginapan ke pantai kurang lebih selama 5 menit

dengan menggunakan truk kecil. Saat tiba di pantai desa Gorontalo, kami berkumpul dan briefing tentang sampah apa yang diambil dan dari titik mana ke titik mana. Kemudian kami memulai kegiatan dengan menggunakan sarung tangan karet dan karung, kami menyusuri dari titik A ke titik B yang kurang lebih selama 45 menit hingga 1 jam, setelah dirasa sampah

yang diambil sudah cukup kami balik ke titik awal. Hasilnya kami mendapatkan 7 karung lebih yang penuh diisi oleh sampah dan kemudian kami pisah sesuai kategori sampah masing masing, lalu kami data dan juga menyimpan beberapa sampel dari sampah tersebut.

Sampah tersebut kemudian kami klasifikasikan berdasarkan merk dan jenis sampahnya. Wah teman-teman, kami menemukan banyak sekali sampah sisa kemasan makanan dan minum dan merk-merk ternama yang brand-nya sangat dekat dengan keseharian kita . – AFIF dan HISYAM

PERSIAPAN PULANG + KEPULANGAN

Pada hari ke 7 kami bersiap-siap untuk pulang ke Jakarta. Pukul 10.00 kita sudah di bandara Komodo untuk melakukan checkin dan menaiki pesawat menuju Bali. Sesampainya di Bali, karena saya saat itu tidak sempat beli oleh-oleh di Labuan Bajo, saya membeli oleh-oleh di bandara Bali.

Setelah selesai membeli oleh-oleh, kami menunggu untuk naik pesawat menuju bandara Soekarno-Hatta pada jam 15.00 WITA. Sesampai di Jakarta kami disambut oleh Bu Endah dan guru-guru lainnya. Senang sekali meski tidak banyak yang menyambut di bandara. Setelah itu,kami melanjutkan perjalanan pulang menuju Cipedak dan akhirnya perjalanan 7 hari Young Explorer yang seruuuuuuuu ini sudah berakhir dan kami kembali ke keluarga masing-masing dan pulang dengan selamat, Alhamdulillah… UMAR

Artikel Terkait

Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

Tanggapan