Cara-Cara Penanggulangan Tumpahan Minyak di Laut

Beragamnya biota laut di perairan Indonesia, menjadikan biota laut menjadi aset yang penting bagi negara Indonesia. Karena perairan laut menjadi pusat penghasilan bagi nelayan maupun warga pesisir.

Tetapi itu semua tidak menutup kemungkinan untuk masyarakat dapat mengelola laut serta isinya dengan baik dan benar. Di masa sekarang masih banyak nelayan yang menangkap ikan dengan sembarang, contohnya seperti menangkap ikan secara ilegal dan menangkap ikan secara berlebihan sehingga mengganggu populasi ikan di lautan.

Adapun pencemaran laut yang terjadi akibat dari pembuangan limbah industri ke laut ataupun terjadi tumpahan minyak yang di karenakan akibat hasil operasi kapal tanker, perbaikan dan perawatan kabal, dan kemungkinan lainnya.

Tumpahan minyak yang terjadi itu sangat membahayakan biota laut di dalamnya, karena itu akan merusak lingkungan dan ekosistemnya (Sulistyono, Suntoro, & M.Masykuri, 2012).

Polusi yang diakibatkan dari tumpahan minyak di lautan itu merupakan sumber pencemaran laut yang selalu menjadi fokus pusat perhatian dari masyarakat luas, dikarenakan akibatnya yang akan sangat cepat dirasakan oleh masyarakat pesisir sekitar pantai dan sangat signifikan akan merusak makhluk hidup ataupun biota laut di sekitaran pantai dan di dalam perairan pantai tersebut.

Di negara kita ini sangat mudah untuk terjadi polusi laut, karena Indonesia sebagai negara kepulauan yang dikelilingi oleh dua benua lalu menjadikan perairan Indonesia sebagai jalur perdagangan, dan sehingga banyak kapal-kapal pengangkut minyak maupun barang yang melintasi perairan laut Indonesia (Ir. Sulistyono, 2013).

Ketika oil spill atau tumpahan minyak terjadi di lingkungan laut, minyak akan menyebar ke seluruh perairan dan akan sampai ke pesisir pantai.

Dampak tumpahan minyak akibat kapal yang mengangkut 800.000 liter bahan bakar minyak industri tenggelam. Tumpahan minyak mengancam 21 kawasan lindung laut. Dan kini telah mencapai pantai Pola, Oriental Mindoro, Filipina. / Foto: Noel Guevara / Greenpeace

Oil spill sendiri memiliki dampak yang besar bagi makhluk hidup di sekitar perairan, dampaknya akan terasa bagi penduduk pesisir serta makhluk hidup di dalamnya.

Dampak dari oil spill atau tumpahan minyak yang dapat mengakibatkan peningkatan kematian bagi ikan – ikan serta jenis kerang – kerangan yang kemampuan migrasi nya untuk menghindari oil spill sangat rendah, adapun biota laut yang mengalami gangguan didalam tingkah lakunya seperti kemampuan mencari, memakan, dan proses reproduksi.

Ekosistem laut dari pesisir seperti mangrove, delta sungai, muara, padang lamun, dan terumbu karang juga akan tercemar dan mati karena keracunan akibat dari tumpahan minyak yang terjadi di perairan laut (Meinarni, 2016).

Jika ekosistem pesisir dan laut terancam, maka ekonomi warga pesisir akan pula terancam. Tumpahan minyak di laut dapat mengekspos minyak kepada makhluk hidup yang mengambang di atas air dan minyak yang mengalir dan tenggelam.

Minyak yang mengapung di atas permukaan air dan akan mengganggu makhluk hidup yang berada di permukaan, terjadi peningkatan suhu air, menghalangi intensitas cahaya matahari dan pertukaran gas dengan atmosfer kerugian.

Selama ini, suhu, sinar matahari dan kandungan oksigen merupakan faktor yang penting bagi kelangsungan makhluk hidup. Sementara, minyak yang tenggelam akan menumpuk di dalam sedimen, pasir dan bebatuan di pantai dan itu akan mengganggu organisme interstitial maupun organisme intertidal.

Akumulasi minyak yang terjadi pada batuan dasar tersebut dapat mematikan, mempengaruhi perilaku, reproduksi, pertumbuhan dan perkembangan populasi biota yang berada di daerah tersebut (Suhery, Damar, & Effendi, 2017).

Sementara tumpahan minyak pada akhirnya akan terurai oleh lingkungan laut, namun waktu dan proses yang diperlukan akan tergantung pada sifat awal fisik dan kimiawi dari minyak dan pelapukan minyak alamiah (Astuti & Titah, 2020).

Maka dari itu dampak yang dihasilkan dari oil spill tidaklah boleh disepelekan, karena jika itu disepelekan akan berakibat buruk bagi perairan Indonesia serta berakibat buruk pada ekonomi dari warga atau penduduk pesisir pantai. Jadi kita harus bisa menanggulangi tumpahan minyak tersebut dengan sebaik – baik nya.

Opsi Penanganan Tumpahan Minyak

Ada berbagai macam cara untuk menanggulangi oil spill atau tumpahan minyak. Yang paling menddasar untuk menanggulangi oil spill adalah dengan cara mencegah tidak membuang limbah minyak ke lautan.

Adapun dengan cara yang lain, yaitu dengan oil dispersant, menggunakan absorbent, oil bloom, dan dengan cara in situ burning.

Cara lain yang bisa dilakukan yaitu dengan melokalisir tumpahan minyak yang berasal dari kapal maupun berasal dari pipa bawah laut tersebut supaya tidak menyebar kemana – mana, dengan menghentikan atau menutup sumber – sumber dari tumpahan minyak tersebut, lalu melakukan penghisapan terhadap minyak tersebut dengan mengunakan oil skimmer dan setelah itu dikumpulkan kedalam tangki pengumpulan (containment bag) lalu disemprotkan oil dispersant yang sudah diizinkan agar sisa – sisa minyak yang tidak ikut terhisap menjadi pecah molekul – molekul senyawa nya menjadi kurang lebih 15 ppm (Widodo & Wahyuni, 2020), dan juga bisa dengan oil spill drill (Saifuidin, Subardi, & Susilo, 2020).

Selanjutnya adapun cara penangan dari oil spill atau tumpahan minyak, yaitu penanganan secara fisika, secara kimia, dan secara biologi.

Contoh dari penanganan secara fisika, yaitu dengan oil blooms yang merupakan cara menemukan tumpahan minyak dengan menggunakan pelampung pembatas yang kemudian akan dipindahkan dengan sebuah perangkat pemompa atau oil skimmers, serta dengan in situ burning yang merupakan cara pembakaran minyak.

Selanjutnya, contoh dari penanganan secara kimia, yaitu dengan menggunakan corexit 9500 yang diproduksi oleh Exxon Energy Chemical, namun cara ini kurang disetujui karena menggunakan bahan kimia yang bersifat racun sehingga mengakibatkan kerusakan lingkungan.

Sementara contoh dari penanganan secara biologi, yaitu dengan melakukan bioremediasi merupakan proses penguraian limbah organik maupun anorganik polutan secara biologi dalam kondisi yang terkendali, metode ini biasanya menggunakan mikroorganisme seperti khamir, fungi, dan bakteri.

Semua cara yang dilakukan untuk menanggulangi oil spill maupun cara penanganannya memanglah tidak semudah yang dipikirkan.

Platform Shell. / Foto: Alice Russell / Greenpeace

Maka dari itu sebaiknya dari awal kita harus menjaga perairan dan lingkungan pesisirnya serta waspada selalu agar tidak terjadi oil spill atau tumpahan minyak.

Kita sebagai penduduk di negara ini sepatutnya kita saling menjaga satu sama lain, supaya ekosistem tidak dapat tercemar dan makhluk hidup didalam nya tidak punah.***

Baca juga: Petik Laut: Ungkapan Syukur Manusia Kepada Laut

Editor: J. F. Sofyan

Artikel Terkait

Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

Overfishing dan Kekeringan Laut

Peningkatan suhu global menyebabkan peningkatan penguapan air dari permukaan laut, yang pada gilirannya meningkatkan konsentrasi garam dalam air laut. Kekeringan laut terjadi ketika air laut menguap lebih cepat daripada yang dapat digantikan oleh aliran air segar, seperti dari sungai-sungai atau curah hujan. Akibatnya, air laut menjadi lebih asin dan volume air laut berkurang.

Tanggapan