Cerita dari Young Explorer di Nusa Tenggara Timur

Dari sekolah menuju Bandara Soekarno-Hatta mengunakan bus. Sesampainya di bandara, setelah mengurus tiket, bagasi, dan lain-lain, kami menuju ruang tunggu. Kami di bagi menjadi dua gelombang untuk penerbangan. Kami transit terlebih dahulu di bandara Ngurah Rai, Denpasar.

Setelah transit, kami menuju Bandara Internasional Komodo di satu pesawat yang sama. Sesampainya di NTT, kami langsung menuju penginapan di Denge menggunakan Elf. Kami beristirahat dulu di sebuah mushola untuk makan siang dan sholat.

Setelah itu melanjutkan perjalanan ke penginapan. Kira-kira butuh 6 jam lebih untuk sampai di penginapan. Setelah sampai kami membagi kamar, kemudian sholat, refleksi, makan malam, kemudian istirahat. Sepertinya akan menjadi hari yang sangat bersemangat di perjalanan kali ini. Mari di simak!

Di pagi hari kami segera bangun, sholat, sarapan dan bersiap-siap untuk melaksanakan aktifitas selanjutnya. Kami akan trekking menuju desa Waerebo. Kira-kira butuh 5 jam lebih untuk sampai di desa Waerebo. Sesampainya di sana, kami tidak di perbolehkan untuk mengambil foto atau video terlebih dahulu sebelum melaksanakan acara penyambutan dari kepala desa.

Esok paginya kami bangun pagi, sholat, sarapan dan berfoto-foto sebelum tracking kembali menuju penginapan di Denge. Empat jam lebih tracking menuju penginapan di Denge. Setelah sampai, kami bersih-bersih, makan siang dan packing barang-barang. Kemudian melanjutkan perjalanan menuju masjid di daerah Siru di Lembor untuk bakti sosial, sholat dan belajar sedikit sejarah di sana.

Mendengarkan tokoh-tokoh yang berjuang menegakkan Islam di mayoritas warga beragama non muslim. Senang sekali bisa bertemu dengan saudara-saudara disana, ramah dan hangat, pertemuan yang singkat cukup membekas di hati kami.

Seharusnya kami dipersilahkan untuk menginap satu malam di Pesantren, tetapi karena jarak yang menuju Pesantren yang cukup jauh akhinya kami putuskan hanya bertemu di salah satu masjid di Lembor. Setelah selesai bakti sosial, kami melanjutkan perjalanan ke penginapan Labuan Bajo. Jalanan yang berliku membuat sebagian dari kami pusing dan mual, selain itu kondisi kami saat itu belum makan malam hehe

Di hari keempat, kami bangun pagi, sholat, sarapan dan berkemas untuk berlayar selama 2 hari. Setelah itu kami dibagi menjadi 2 tim untuk menuju ke dermaga sekaligus kelompok kapal Phinisi. Pertama kami menuju Pulau Kelor terlebih dahulu, cukup terik dan panas ketika pertama kali menjejakkan kaki disana, ada beberapa anak kecil yang sedang bermain pasir dipinggir pantai.

Pantai ini cukup kecil dan tidak berpenghuni hanya ada beberapa pedagang yang menjajakan air kelapa dan oleh-oleh khas Labuan Bajo. Tidak menunggu lama setelah kami turun dari kapal, pak Pieter bergerak berjalan mendaki puncak Pulau Kelor yang sebenarnya tidak terlalu tinggi tapi cukup memacu adrenalin kami ketika mendaki puncaknya.

Kurang lebih 15 menit kami sampai di puncak, masyaa Allah kami disuguhkan pemandangan yang sangat indah sekali, rasa-rasanya kami bisa melihat setiap sudut bukit yang berjejer dengan hamparan laut yang luas dan jernih. Tak kan terlupa pengalaman ini .

Setelah itu kami melanjutkan perjalanan menuju Pulau Rinca, untuk bakti sosial keliling rumah warga disana. Ditemani gerimis yang cukup deras, kami memakai jas hujan ketika berkeliling di rumah warga untuk membagikan peralatan alat tulis, perlengkapan sholat, tas kain dan botol minum yang kami buat untuk mengkampanyekan penggunaan plastik sekali pakai.

Sayang sekali pulau Rinca ini meski masuk ke dalam kawasan Taman Nasional Komodo, tetapi keadaannya tidak terawat dan cenderung kotor. Sedih juga mendengar banyak warga yang setuju dengan pembangunan Jurasic Park di sana, karena warga merasa diuntungkan dengan pembukaan tempat parawisata yang baru.

Setelah dari Pulau Rinca, kami menuju lokasi snorkling untuk latihan pengamatan biota laut. Cuaca yang tadinya hanya gerimis sedikit, jadi hujan lebat akhirnya kami memutuskan untuk kembali ke kapal masing-masing. Selagi menikmati angin malam di tengah laut Flores, kami menikmati makan malam bersama kemudian refleksi dan briefing untuk aktifitas besok dan istirahat lebih awal karena harus bangun lebih pagi.

Esok paginya, kami bangun dan bersiap-siap untuk tracking di Pulau Padar. Sebelum tracking, kami mengisi perut terlebih dahulu dengan roti. Sesampainyanya di Pulau Padar, kami sholat terlebih dahulu di pinggir pantai. Masyaa Allah sholat kali ini berbeda karena beralaskan langsung dengan pasir pantai dan juga tidak melepas sepatu trekking yang sudah digunakan.

Setelah sholat kami memulai tracking, jalur trackingnya tidak se-extreme ketika tracking ke Desa Waerebo. Sesekali kami istirahat di tengah jalan, sebelum matahari terbit, kami sudah sampai di atas puncak Pulau Padar. Pemandangannya sungguh indah di tambah dengan indahnya matahari yang baru terbit.

Kami istirahat sejenak, sebagian teman-teman mempersiapakn untuk pendokumentasian perjalanan, setting beberapa kamera yang dibantu oleh fasilitator. Kami juga menyempatkan mengabadikan momen di atas puncak. Karena sudah banyak wisatawan yang sampai di atas puncak, guru kami memutuskan dan mengajak untuk bergerak turun dari bukit.

Di perjalanan turun kami bertemu dengan beberapa wisatawan. Sesampainya di bawah, kami segera menuju kapal lagi untuk pergi lagi ke Pulau Komodo. Tetapi, baru jalan sebentar, kami berhenti lagi. Karena ada drone kepunyaan dokter yang mendampingi kami jatuh ke laut. Pak Hadi dan pak Pieter membantu mencari drone tersebut, kurang lebih satu jam pencarian sampai membuat pak Pieter menyelam.

Alhamdulillah, akhirnya drone sudah di temukan, kami melanjutkan perjalanan ke Pulau Komodo sekitar 2 jam. Sesampainya di pulau Komodo, kami segera memasuki kawasan  Taman Nasional Komodo. Sebelum berkeliling, kami di beri instruksi terkait keamanan ketika mengeksplorasi Taman Nasional.

Kemudian kami mulai berkeliling oleh pemandu dari sana. Berkeliling di Pulau Komodo dengan mendengarkan penjelasan-penjelasan tentang komodo dari sang pemandu. Selama perjalanan berkeliling, kami tidak melihat seekorpun komodo. Hingga diakhir perjalanan, barulah kami bertemu dengan dua ekor komodo diantaranya hewan komodo yang paling besar di Taman Nasional Komodo.

Setelah dari Pulau Komodo, kami ke tempat snorkling kedua. Tepatnya di Pulau Tana Makassar, disini kami hanya pemanasan sebelum snorkling untuk melihat ikan pari manta. Tetapi, ombak laut sangat kencang, jadi kami terpaksa tidak jadi snorkling dan langsung menuju Labuan Bajo.

Di tengah perjalanan kami melihat pari manta dan itu sangat besar. Meski tidak jadi melakukan pengamatan biota laut, setidaknya kami bisa meilhat pari manta yang menjadi icon dari Pulau Tana Makassar. Sesampainya di Labuan Bajo, kami menuju penginapan Green Prundi. Setelah sampai, kami bersih-bersih dan makan malam lalu tidur.

Esok paginya, kami bangun, sholat, kemudian briefing untuk kegiatan yang terakhir. Kami pergi ke Pantai Desa Gorontalo untuk bersih-bersih pantai yang merupakan program Young Explorer tahun ini. Kami dibagi menjadi beberapa tim oleh fasilitator dan juga perlengkapan bersih pantai yang sudah dipersiapkan oleh tim Waste Brand Audit.

Karena kami tidak hanya bersih pantai saja, kami melakukan pendataan sampah-sampah yang tersebar disana. Setelah bersih-bersih pantai, kami menuju tempat pembelian oleh-oleh. Setelah itu kami kembali ke penginapan untuk makan siang. Di malam harinya, kami akan melakukan swab test. Alhamdulillah, hasil swab negatif semua!

Dihari terakhir, kami bangun pagi, sholat, sarapan dan siap-siap untuk ke bandara. Sesampainya di bandara, kami segera check in dan memasukan barang-barang ke bagasi pesawat. Setelah itu kami mulai terbang dari Bandara Internasional Komodo menuju Bandara Ngurah Rai, kemudian terbang lagi menuju Bandara Internasional Soekarno-Hatta.

Sesampainya di Jakarta, kami makan siang dan sholat di bandara. Kemudian mengambil barang-barang dan pergi menuju sekolah. Kami di sambut dengan meriah oleh keluarga kami setelah satu pekan berpisah. Akhirnya kami bertemu lagi dengan keluarga kami.

Ditulis oleh : Hana kelas 8 siswa Sekolah Alam Indonesia Cipedak, Jakarta

Editor          : Annisa Dian Ndari

Artikel Terkait

Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

Tanggapan