Young Explorer – Ekowisata Sekolah Alam Indonesia

Dalam pembelajaran di Sekolah Lanjutan Sekolah Alam Indonesia terutama di SL 7 ada satu mimpi yang dimiliki siswa-siswi untuk sama-sama untuk diwujudkan yaitu kegiatan Young Explorer (YE) . 

Kelas 7 tepatnya satu tahun yang lalui mereka belum mendapatkan kesempatan untuk menunaikan mimpi mereka dikarenakan adanya kejadian luar biasa yaitu pandemi COVID-19. Pada tahun ini tepatnya tanggal 25-31 Maret 2021 Alhamdulillah berkat Rahmat Allah kami diperkenankan untuk mewujudkan mimpi kita bersama.

Perjalanan dimulai 2 pekan sebelum keberangkatan yaitu saat siswa dan fasilitator mempersiapkan semua kegiatan dengan efektif dan efisien karena waktu yang didapat tidaklah banyak. Kegiatan yang dilakukan dalam persiapan meliputi kegiatan fisik, simulasi keberangkatan, pembiasaan menjalankan protokol kesehatan karena masih dalam keadaan pandemi, tak lepas juga dari persiapan yaitu program kegiatan yang akan kami lakukan disana.

Kami berangkat menggunakan pesawat dari bandara Soekarno-Hatta pada pukul 07.00 WIB, dengan rasa percaya diri dan semangat juang yang tinggi, kami berangkat dengan penuh keyakinan karena Allah untuk menjelajahi ilmu-Nya yang tiada habisnya dijelajahi. Setelah menjalankan serangkaian kegiatan di bandara seperti cek EHAC, loading barang serta boarding pass.

Akhirnya kami terbang menuju bandara Internasional Labuan Bajo di Manggarai Barat Nusa Tenggara Timur tetapi kami harus transit terlebih dahulu di bandara Internasional Ngurah Rai Denpasar Bali. Tepat pukul 11.00 WITA kami sampai di bandara Labuan Bajo, dari sini kami menuju ke masjid di dekat bandara untuk melaksanakan sholat serta makan siang, dan langsung melanjutkan perjalanan menuju ke Desa Denge untuk bermalam dan istirahat sejenak.

Keesokan hari kami akan bersiap melakukan pendakian menuju kampung adat Wae Rebo. Dalam perjalanan menuju Denge kami sudah dibuat takjub dan tak berhenti mengucap syukur dengan pemandangan yang terhampar di depan mata, sawah yang luas ditambah perbukitan yang terlihat kokoh dibelakangnya, menjadi kesan yang tampak saat kami memasuki daerah Lembor.

Kami kembali mengucap syukur saat mata kami diperlihatkan laut yang luas berdampingan dengan bukit di pinggir pantai, sungguh keindahan dari yang Maha Kuasa menciptakan segala sesuatu untuk memberikan manfaat dalam kehidupan.

Penginapan yang kami tempati milik pak Blasius Monta seorang guru sekolah dasar di desa Denge, pak Blasius adalah warga kelahiran desa Waerebo desa yang akan kami  kunjungi. Kami disambut dengan penuh kehangatan serta rasa kekeluargaan, membuat kami seperti berada di rumah sendiri, fasilitas yang nyaman dan makanan yang enak sangat kami rasakan di penginapan ini.

Pagi hari selepas bangun tidur dan melaksanakan sholat subuh serta membaca Al-matsurst kami bergegas untuk bersiap trekking menuju ke desa Waerebo, tidak lupa kami sarapan dan sedikit pemanasan untuk meregangkan otot-otot. Botol minum terisi penuh, snack perjalanan, jas hujan, serta perlengkapan menginap di Waerebo sudah kami masukan ke dalam daypack, ini menandakan kami siap untuk berangkat.

Sepanjang perjalanan kami menuju Waerebo dikelilingi oleh pepohonan yang hijau, kebun hasil bumi penduduk sekitar juga sesekali kami temui diperjalanan. Jalan yang sedikit menanjak dan berkelok sering dijumpai, juga bertemu dengan penduduk Waerebo yang ingin menjual hasil kebun berupa kayu manis menuju ke desa Denge.

Kami juga bertemu dengan wisatawan yang baru turun dari Waerebo untuk sekedar menyapa kami bertanya berapa lama lagi kami akan sampai desa Waerebo? Jawaban pun beragan yang kami dapatkan. Dengan penuh semangat kami bertekad sampai bersama di desa nanti, walaupun lelah, capek terkadang kami merasa tidak sanggup untuk melanjutkan perjalanan tetapi kami yakin bahwa semua keringat yang jatuh akan mendapatkan balasan yang sebanding.

Setelah berjalan selama kurang lebih 5 jam akhirnya sampai di pos pemberhentian terakhir.  Sebelum memasuki desa, guide yang mendampingi perjalanan kami membunyikan kentongan tanda rombongan siap memasuki desa. Saat semua sudah berkumpul dan siap untuk memasuki desa Waerebo dengan penuh rasa syukur kami berjalan memasuki desa yang berada di ketinggian ± 1000 Mdpl.

Pemandangan yang kami liahat pertama adalah bangunan yang unik dan khas dari desa Adat yang berbentuk kerucut yang sangat tinggi juga di kelilingi perbukitan yang indah serta rumput hijau seperti karpet selamat datang yang membentang.

Kami langsung menuju salah satu rumah adat tersebut untuk melakukan penyambutan dan meminta izin ke Kepala Adat desa Waerebo. Kami beristirahat disalah satu rumah adat tersebut untuk sekedar makan siang dan meluruskan kaki setelah berjalan ± 5 jam.

Disore hari kami berjalan dan berkomunikasi dengan warga sekitar untuk sekedar mencari informasi tentang desa Waerebo, di desa yang di huni kurang lebih 60 KK ini mayoritas berprofesi sebagai petani, hasil tani yang terkenal dari sini adalah kopi dan kayu manis.

Malam hari kami berdiskusi dengan Kepala Adat dan Perangkat Desa untuk bertanya tentang desa Waerebo. Rasa kekeluargaan sangat kental kami dapatkan sehingga tak terasa sudah banyak pertanyaan yang kami lemparkan bahkan waktu tak terasa sudah menunjukan jam 10 malam waktunya kami istirahat agar keesokan hari kami menuju kembali ke penginapan di Denge bisa mendapatkan tubuh yang prima untuk melakukan perjalanan.

Sebelum turun kami menyempatkan membeli buah tangan khas desa Waerebo yaitu kopi dan juga jeruk yang kami beli langsung dari petani disana. Perjalanan menuju penginapan di Denge terasa lebih cepat dibanding dengan saat kami berangkat, mungkin karena kami sudah lebih mengenal jalur perjalanannya dan jalurnya yang menurun.

Sesampainya di penginapan kami langsung bersih diri, makan siang dan packing barang-barang kedalam mobil untuk melanjutkan perjalanan menuju desa Lembor untuk bersilaturahmi dengan warga di Pesantren Kolong. Dalam kegiatan di Lembor kami berkumpul di Masjid Abi Waqqas untuk sedikit mengenal tentang sejarah Islam di desa Seru Lembor.

Berbagi cerita serta tanya jawab kami lakukan untuk melengkapi kegiatan disana. Lagi- lagi kami benar-benar merasakan kekeluargaan yang amat kental dari penduduk sekitar, sapa dan salam menjadikan kami merasakan kekeluargaan itu.

Kegiatan di Lembor kami tutup dengan sedikit memberikan bingkisan sebagai kenang-kenangan dari kami dan bukti bahwa kami pernah berkunjung kesini sebagai jalinan kekeluargaan ukhwah islamiyah. Kami tidak berlama-lama disini karena hari sudah mulai gelap dan kami masih harus melanjutkan perjalanan menuju penginapan Green Prundi di Labuan Bajo.

Dari pagi hari ini kami akan melanjutkan perjalanan ke pelabuhan untuk menaiki Kapal Phinisi dan berlayar menuju pulau-pulau yang ada di kawasan Taman Nasional Komodo. Pulau-pulau yang kami kunjungi adalah pulau Kelor, Rinca, Kalong, Padar, Komodo dan Taka Makassar juga kami kunjungi.

Selama 2 hari satu malam kami mengunjungi pulau-pulau tersebut dengan kegiatan, trekking ke puncak Kelor dan Padar, pengamatan bawah laut, memberikan bingkisan ke penduduk di pulau Rinca, pengamatan kelelawar di pulau Kalong dan tak lupa kami juga melakukan pengamatan terhadap satwa khas disana yaitu Komodo.

Sungguh perjalanan yang sangat berkesan dan penuh makna, kami benar-benar bersyukur bisa diberikan kesempatan mendapatkan ini semua, semoga ilmu yang didapat dari perjalanan ini kami syukuri dan bisa diberikan ke semua orang sebagai jariah yang tak akan terputus.

Setelah perjalanan 2 hari 1 malam kami di Taman Nasional Komodo kami kembali ke penginapan di Labuan Bajo untuk beristirahat. Pagi hari kami ada satu agenda terakhir yang penting yaitu kegiatan bersih pantai, kegiatan ini kami lakukan dengan cara mengambilkan sampah anorganik yang ada disepanjang pantai Desa Gorontalo yang ada di Labuan Bajo.

Sampah telah kami kumpulkan dan selanjutnya akan digolongkan menurut jenis dan merk sampah yang nantinya akan dilaporkan dari hasil Waste Brand Audit. Data ini akan di unggah di Break Free From Plastics yaitu sebuah gerakan global untuk berkampanye dalam menghentikan masa depan yang bebas dari krisis sampah plastik.

Dengan berakhirnya kegiatan ini kami sedikit bersedih dan bahagia karena bisa melakukan kegiatan ini dengan baik. Namun kami juga harus bersiap bahwa kami akan kembali lagi menuju Jakarta untuk beraktifitas kembali seperti sediakala.

Saya pribadi sangat bersyukur atas terlaksananya kegiatan YE SL 8 ini, dalam penantian kesabaran yang panjang akhirnya kegiatan ini bisa terwujud dalam syukur yang tiada tara. Saya sangat bangga dengan tim yang berangkat mendampingi perjalanan bersama dengan siswa-siswi SL 8.

Pengalaman yang berharga juga saya dapatkan bersama meraka, ini adalah moment yang tidak akan terlupakan dan menjadikan kenangan yang tak terlupakan. Mengantarkan anak menuju kedewasaan rasanya tepat menjadikan SL sebagai jalan menuju kedewasaan, karena dalam kegiatan ini kami semua dilatih untuk bisa bersosialisasi dengan baik dengan sesama teman maupun dengan orang yang tidak kami kenal.

Kami juga bisa lebih mengenal diri kami lebih jauh agar kami bisa menyesuaikan  dengan perkembangan zaman yang terjadi. Emosi, canda, tawa, serta keseriusan meliputi perjalanan kami, hanya kata maaf yang terucap bilamana mulut mengucap kata yang ditakdirkan tidak pantas untuk didengar, tangan melakukan berbuatan yang tidak pantas untuk dilakukan.

Semoga jerih payah kami kesabaran kami rasa syukur kami menjadikan kami selalu dekat dan ingat kepada sang Maha pencipta Allah SWT.

Editor : Annisa Dian Ndari

Artikel Terkait

Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

Tanggapan