Peran Penting Penyu Laut untuk Masa Depan Laut Kita

Penyu laut termasuk di antara makhluk tertua di Bumi dan tetap tidak mengalami perubahan selama 110 juta tahun terakhir ini. Sebegitu jauh, terdapat tujuh spesies penyu laut. Masing-masing yaitu penyu belimbing (Dermochelys coriacea), penyu tempayan (Carta caretta), penyu hijau (Chelonia mydas), penyu pipih (Natator depressus), penyu ridley kemp (Lepidochelys kempii), penyu lekang (Lepidochelys olivacease), dan penyu sisik (Eretmochelys imbricata).

Penyu laut bisa ditemukan di semua samudera kecuali di daerah kutub. Hewan ini menghuni berbagai lingkungan laut, termasuk terumbu karang, perairan pantai, dan lautan terbuka.

Ditilik dari karakteristik fisiknya, penyu laut memiliki tubuh yang aerodinamis, sehingga mampu beradaptasi dengan kehidupan air. Mereka memiliki cangkang keras, atau karapas, yang melindungi organ internal mereka.

Makanan penyu laut cukup bervariasi, bergantung pada spesies dan tahap kehidupannya. Beberapa spesies tergolong herbivora, makan terutama rumput laut dan alga. Adapun spesies lainnya masuk ke dalam kelompok omnivora atau karnivora, yang makan beragam jenis mangsa seperti ubur-ubur, moluska, dan krustasea.

Penyu Laut
Penyu laut. Foto: Ken Marks via livingoceansfoundation.org.

Penyu laut mampu melakukan migrasi panjang menuju pantai untuk penetasan, di mana betina menggali sarang di pasir dan bertelur. Setelah beberapa pekan, anak penyu menetas dari sarang dan menuju ke laut. Umumnya, hanya sedikit persentase anak penyu laut yang dapat bertahan hingga dewasa akibat ancaman hewan predator dan ancaman lainnya, seperti hilangya habitat dan perburuan serta perdagangan ilegal.

Sebagai spesies kunci

Penyu laut dinilai sebagai spesies kunci lantaran memainkan peran penting sebagai berikut dalam turut menjaga keseimbangan dan keanekaragaman ekosistem laut.

Pertama, penyu laut memakan berbagai organisme laut seperti ubur-ubur, spons, dan rumput laut. Dengan demikian, mereka membantu mengatur populasi spesies mangsa ini, mencegah salah satu spesies menjadi dominan dalam ekosistem. 

Kedua, memelihara habitat. Penyu laut memainkan peran penting dalam menjaga kesehatan habitat seperti padang lamun dan terumbu karang. Misalnya, dengan merumput di padang lamun, penyu laut ikut mencegah pertumbuhan berlebihan padang lamun, yang dapat menjadi penghambat terhadap kehidupan laut lainnya. Begitu pula perannya dalam mengontrol populasi spons, yang mencegah organisme ini mendominasi spesies lain di lingkungan terumbu karang.

Ketiga, penyu laut membantu siklus nutrien di antara bagian-bagian yang berbeda dari ekosistem laut. Misalnya, tinjanya dapat memberikan nutrien bagi fitoplankton dan organisme laut lainnya, yang pada gilirannya mendukung produktivitas keseluruhan ekosistem.

Keempat, situs pembiakan. Penyu laut berkontribusi pada ekologi pantai melalui aktivitas pembiakannya. Tempat pembiakan mereka menyediakan habitat penting bagi berbagai spesies lain, termasuk tumbuhan, serangga, dan burung.

Kelima, indikator kesehatan ekosistem. Sebagai makhluk yang sensitif, penyu laut sering dianggap sebagai indikator kesehatan ekosistem laut. Perubahan dalam populasi atau perilaku mereka dapat menjadi sinyal terkait keseimbangan ekologis yang lebih luas, seperti degradasi habitat, polusi, atau perubahan iklim.                      

Ancaman limbah plastik

Dewasa ini, limbah plastik menjadi salah satu ancaman besar bagi keberadaan penyu laut. Hewan ini kerap mengira limbah plastik — seperti bungkus makanan, balon, dan potongan-potongan plastik lainnya — sebagai pakan mereka. Saat ditelan, limbah plastik ini dapat menyebabkan sumbatan dalam sistem pencernaan penyu laut dan menyebabkan cedera saluran pencernaan yang berujung pada kematian.

Di sisi lain, limbah plastik dapat menyerap dan mengkonsentrasikan bahan kimia berbahaya, termasuk polutan organik persisten (POP) dan logam berat. Tatkala limbah plastik tertelan oleh penyu laut, bahan-bahan kimia itu dapat mengganggu keseimbangan hormon hewan ini, merusak sistem kekebalan tubuh mereka, dan meningkatkan kerentanan mereka terhadap sejumlah penyakit.

Dalam beberapa kasus, penyu laut dapat pula terjerat limbah  plastik, seperti jaring atau tali plastik. Hal seperti ini dapat membatasi pergerakan mereka, menyebabkan cedera, dan bahkan mengakibatkan tenggelam jika akhirnya mereka tidak mampu  melepaskan diri dari jeratan limbah plastik.

Sementara itu, limbah-limbah plastik yang mencemari lautan dapat berfungsi sebagai “kendaraan” untuk transportasi spesies invasif, termasuk teritip, alga, dan bakteri. Nah, ketika penyu laut menelan atau terjerat dalam limbah plastik, mungkin saja penyu laut secara tak disengaja membawa spesies invasif ini ke habitat baru, yang berpotensi mengganggu ekosistem asli.

Limbah plastik sendiri dapat turut merusak habitat penyu laut, seperti terumbu karang dan padang lamun, yang tertutupi limbah plastik sehingga mengalami perubahan dalam strukturnya. Hal ini dapat mengurangi ketersediaan makanan dan tempat penetasan penyu laut, yang pada gilirannya mempengaruhi kelangsungan hidup dan keberhasilan reproduksi mereka.

Sudah barang tentu, salah satu upaya penting untuk menjaga  kelangsungan hidup penyu laut yaitu dengan mengurangi polusi limbah plastik. Langkah-langkah seperti menghindari penggunaan plastik sekali pakai, melakukan daur ulang plastik, serta pengelolaan limbah plastik yang tepat sangat krusial dilakukan guna melindungi penyu laut yang nyata-nyata memiliki kontribusi penting bagi kesehatan ekosistem laut kita.***

Artikel Terkait

Tanggapan