Perjalanan Survey Lokasi #WorldCleanUpDay 2018
Niatnya sih mau survey buat kegiatan Coastal Cleanup dan Brand Audit yang bakal dilaksanakan di Bulan September 2018 nanti, eeehhhh malah akhirnya jadi survey buat liburan hehe.
Jadi karena di Bulan September, tepatnya di tanggal 15 nanti diperingati sebagai hari yang paling di nanti, sebagai World Cleanup Day, Greenpeace dan Ocean Defender Indonesia juga ngga mau kalah buat ikutan berpartisipasi dong.
Nah, Coastal Cleanup ini akan dilaksanakan di beberapa kota di Indonesia, dan sudah pasti salah satunya itu ibu kota kita tercinta Jakarta.
Buat nyari tempat yang sesuai diturunkan team buat survei lokasi yang terdiri dari staf dan volunteer Greenpeace Indonesia. Survei tahap satu dilaksanakan di Kepulauan Seribu Utara, Pulau Harapan dan Sekitarnya. Dan hasilnya nihil.
Team malah menemukan tempat yang mirip Maldives, pasir putih, ayunan, dan laut yang bergradasi dari turquoise sampai biru tua. Cakep banget dah pokoknya. Walaupun letaknya ngga begitu jauh dari Jakarta, disini kita bisa liat langit yang biru loh, sampah juga tidak banyak terlihat disekitar.
Selain diangkut oleh KM Laut, sampah sampah disana juga udah dikelola sama masyarakatnya. Mereka udah punya TPA, dan mesin pencacah plastik sendiri loh.
Karena survey pertama belum berhasil, akhirnya team pergi lagi ke Kepulauan Seribu Selatan, dengan asumsi kalau Kepulauan Seribu Selatan akan lebih banyak sampah, karena lebih dekat dengan daratan. Ternyata asumsi kita tidak selalu benar.
Kepulauan Seribu Selatan sendiri memiliki pulau yang relatif lebih besar dari pada Kepulauan Seribu Utara, dan jumlahnya pun lebih sedikit. Maka dari itu, kebanyakan pulau yang ada disana merupakan pulau yang dihuni, atau bahkan diprivatisasi oleh pihak swasta, maupun perorangan. Jadi, jelas saja sampah sampah yang ada di sana pun telah dikelola baik oleh masyarakat, atau pengelola pulau.
Namun di sana kami mendapati satu pulau yaitu Pulau Kongsi, yang mana merupakan pulau yang ditinggalkan oleh penghuninya, keadaannya sudah sangat tidak terawat, bangunan yang ada disana sudah mulai rusak, dan rumput liar sudah tumbuh setinggi stengah orang dewasa, pantainya yang ada di bagian barat pulau sudah amblas, dan banyak sampah yang menyangkut di akar mangrove yang ditanam di sisi timur dari pulau ini.
Sayangnya, meskipun kotor, pulau ini tidak masuk kriteria dari Beach Cleanup, yup tentunya karena tidak memiliki pantai. Pulau ini akhirnya dimanfaatkan oleh warga dari Pulau Tidung untuk mencari kerang.
Kami juga menemukan satu pulau di Kepulauan Seribu Selatan, yang menurut kami memiliki pantai yang paling indah, Pulau Pari.
Pantai di sana diberi nama Pantai Pasir Perawan, tidak heran kenapa warga sekitar menamainya demikian. Pasir di sana begitu putih dan halus, sehingga berkilau ketika terpapar sinar matahari, ombaknya cenderung tenang dan sangat cocok dimanfaatkan sebagai tempat berenang, dan berbagai aktivitas lainnya.
Tepat di depan pantai tersebut terdapat sebuah pulau yang sangat kecil dimana pengunjung dapat segera mencapainya hanya dengan berjalan kaki tanpa takut tenggelam. Yang paling penting, pantai ini murni dikelola oleh masyarakat setempat, dan bukan oleh investor. Thumbs up buat masyarakat yang maju dengan ekonomi kreatifnya.
Setelah kita melakukan survei yang kesekian kalinya termasuk kali terkahir ini ke Tangerang, akhirnya kami menemukan di Pantai Kuk Cituis, ga perlu jauh ke pulau ternyata di pesisir Kota Tangerang ini masih sangat buruk kondisinya. Ternyata sampah di laut juga dipengaruhi oleh musim dan arah angin.
Editor : Annisa Dian Ndari
Tanggapan