Potret Krisis Laut Indonesia

 

Lidah komodo lidah manusia (cakep)

Pake shampoo campur merica

Udah pada kepo sama laut Indonesia

Yang kepo langsung aja pada baca (eak!)

 

Halo teman-teman semua, hayo hayooo ngapain coba baca-baca artikel tentang lingkungan kek gini? Pada kepo ya pasti tentang kondisi lingkungan kita? terutama lingkungan laut Indonesia, iyakan? hayo ngaku. Oiya jangan lupa sambil dengerin lagu di atas ya!

gak usah dimatiin, itu emang sengaja biar waktu baca artikel ini vibes-nya dapet (eak!!). For your information, lagu di atas judulnya “Laut Bukan Tempat Sampahmu” dari Greenpeace feat The Rain. Heemm, oke deh cukup basa basinya hehe.

(Ehem ehem) Indonesia adalah negara yang terkenal sebagai negara maritim karena lautannya lebih luas daripada daratan, yaitu 3,25 juta km2 dari 7,81 juta km2 total luas wilayah Indonesia. Keindahan, kekayaan SDA, dan keanekaragaman laut di Indonesia menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat Indonesia maupun turis asing.

 

Namun dalam beberapa tahun belakangan daya tarik tersebut menjadi seolah kontradiktif dengan semakin banyaknya perusakan dan pelanggaran terhadap lingkungan hidup yang ada di ekosistem laut.

Eksistensi industri yang memproduksi berbagai macam barang yang bermanfaat bagi manusia ternyata berdampak pada makin meningkatnya jumlah sampah plastik.

Banyaknya jumlah sampah plastik membuat jutaan spesies flora dan fauna baik di darat dan laut berkurang dan bahkan punah. Sebagai negara maritim, 71% wilayah Indonesia adalah lautan dengan jutaan spesies flora dan fauna laut.

Namun, kegiatan industri yang makin masif membuat laut menjadi tercemar limbah yang mengancam kehidupan hewan dan tumbuhan serta ekosistem di laut.

“Gak percaya? gak setuju sama pernyataan di atas? oke, kalau begitu yuk kita wawancara ke penduduk laut yang lebih dalam” 

Lihatlah sekelilingmu, lihatlah kondisiku dan teman-temanku di sini. Sepertinya tak perlu kujelaskan kau sudah dapatkan jawabannya. Sangat memprihatinkan dan tercemar.

” s a m p a h   p l a s t i k “, sampah plastik adalah problem yang serius bagi Indonesia dan dunia. Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (KIARA) mencatat, minimal sebanyak 1,29 juta ton sampah dibuang ke sungai dan bermuara di lautan setiap tahunnya.

Data tersebut mengukuhkan Indonesia menjadi negara nomor dua di dunia setelah Tiongkok dengan produksi sampah plastik terbanyak di lautan.

Fakta tersebut diperkuat dengan sering terpampangnya di media hasil jepretan memilukan tentang hewan-hewan laut yang kini hidup berdampingan dengan sampah plastik.

Fauna di lautan kerap salah mengira sampah plastik adalah makanannya. padahal sampah plastik memiliki efek yang berbahaya, yaitu dapat menyebabkan penyumbatan dan infeksi usus bahkan kecacatan fisik. Contohnya penyu yang semestinya memakan ubur-ubur justru memakan sampah plastik di laut.

enurut wwf.panda.org, setidaknya 267 spesies di seluruh dunia terkena bahaya sampah plastik, yang meliputi 84% penyu laut dan 43% mamalia laut.

Bangkai paus sperma di perairan Pulau Kapota, Taman Nasional Wakatobi (sumber: www.regional.kompas.com)

 

Selain itu, pernah ada penemuan bangkai paus sperma (Physeter macrocephalus) berukuran tubuh hampir 10 meter di perairan Pulau Kapota, Taman Nasional Wakatobi, Sulawesi Tenggara, 18 November 2018. Bangkai tersebut dinekropsi kemudian ditemukan gelas plastik bekas air minum dalam kemasan (AMDK) ukuran 350 mililiter (115 buah), 1.000 potong tali rapia, dan kantung plastik (25 buah).

Tak hanya itu, terdapat pula sepasang sendal jepit yang ditemukan di dalam perut bangkai paus sperma itu. Temuan itu menunjukkan betapa bahayanya dampak sampah plastik hingga menyebabkan kematian seekor paus sperma, salah satu mamalia air terbesar di Bumi.

Memprihatinkan bukan? Coba kau tanyakan ke penduduk laut Indonesia yang lain, seperti apa tanggapan mereka.

Tak perlu kujelaskan pasti kau sudah tahu. Lihat sekelilingmu, seperti inilah kondisinya.

Banyak hal yang disayangkan terhadap lingkungan dan ekosistem laut Indonesia, negara yang diklaim sebagai surga dunia ini seolah lautnya menjadi tempat pembuangan sampah plastik.

Padahal menurut hasil studi dari Joleah B Lamb (2018), efek sampah plastik tak hanya dirasakan oleh hewan-hewan laut saya tapi juga sebanyak 89% terumbu karang yang bersentuhan dengan plastik cenderung terjangkit penyakit.

Selain itu, terumbu karang berperan besar menyediakan habitat yang krusial dalam kelangsungan hidup spesies laut dan  dapat menyesuaikan kadar karbon serta nitrogen dalam air yang menghasilkan nutrisi penting untuk rantai makanan laut.

Tapi banyak dari kita yang belum menyadari dan mempedulikan hal tersebut, sebagian dari kita masih sibuk menjadikan laut menjadi tempat eksploitasi untuk mempertebal dompet dengan cara yang destruktif. Tak jarang kita temukan beberapa kasus illegal fishing menggunakan bahan peledak.

Kerusakan terumbu karang yang terkena dampak bahan peledak (sumber: www.dictio.id)

Belum selesai dengan sampah plastik, cara penangkapan ikan yang dilakukan dengan bahan peledak juga turut andil dalam merusak ekosistem laut. Padahal kita tahu cara ini akan merusak terumbu karang dan menyebabkan kematian biota laut di sekitar area peledakan.

Tak cukup sampai itu saja, kita juga dibuat terheran-heran dengan data dari KIARA yang menunjukkan bahwa dalam kurun waktu 19 tahun dari 1998 hingga 2017 ada 37 kasus tumpahan minyak yang terjadi di perairan Indonesia. Beberapa di antaranya terjadi di kawasan perairan Timor di Nusa Tenggara Timur (NTT) pada tahun 2016.

Banyak hewan laut yang akan kehilangan tempat tinggal karena rusaknya terumbu karang, banyak hewan laut yang tidak sehat karena terkena dampak sampah plastik di lautan, semakin banyak hewan laut yang terdampak sampah plastik maka akan semakin mendekatkan Indonesia pada kemiskinan bahari.

Semakin kita menunda kesadaran dan kepedulian kita terhadap hal tersebut, maka sudahlah… (secara tidak sadar) kita sedang mempersiapkan kepunahan asset bahari Indonesia.

Maka dari itu, perlu adanya keseimbangan antara manusia dan laut dengan penerapan standar dan kriteria baru untuk konservasi lingkungan.

Tolong sampaikan kepada manusia-manusia di daratan ya, “Manusia harus memperlakukan laut sebagai bagian dari penghuni bumi dan bukan sumber bagi konsumsi. Karena manusia lebih membutuhkan laut dibandingkan laut yang membutuhkan manusia, maka laut harus diberi hak proteksi, .”

Aksi apa yang sudah kamu lakukan untuk menyelamatkan laut Indonesia dari krisis kerusakan ??

Editor : Annisa Dian Ndari

Artikel Terkait

Tanggapan