5 Kebiasaan Sepele ini Punya Efek “Pretty Savage” Buat Laut Kita!

Siapa, sih yang ngga gemes liat sampah-sampah bertebaran di laut tercinta?

Ingin hati ini berteriak dan meronta, tapi apalah daya, manusia tak semua berpikiran sama. Satu melihara, yang lain merusak tanpa punya logika. Ya, begitulah dunia bekerja.

Tapi sebenernya beban hidup yang ditanggung sama laut bukan cuma sampah yang … membahana itu doang, ya. Masih ada mikroplastik, zat kimia berbahaya, jejak karbon, dan teman-temannya.

Humm, malang sekali nasib laut kita..

Punya cita-cita melindungi lautan, tapi ngga tau mulai dari mana? Tenang, kamu bisa banget mewujudkan itu. Bahkan mungkin kamu udah memulai tanpa menyadarinya.

Ngga perlu mikir tinggi-tinggi dengan aksi-aksi dramatis penuh imajinasi yang akhirnya cuma jadi ekspektasi. Lima hal yang keliatan sepele ini bakal bawa kamu to the next level buat bantu selametin laut kita.

Tidak Pakai Ban Gembos

Eh? Apa hubungannya?

Jadi gini, lautan itu menyerap lebih dari 25% emisi karbon dioksida yang ada di bumi. Hal ini menyebabkan terjadinya ‘ocean acidification’ atau pengasaman lautan yang bahaya banget buat kehidupan makhluk-makhluk di dalamnya.

Masuk ke ban. Bukan, maksudnya kita kembali ke pembahasan kenapa ban dengan tekanan udara standar itu penting.

Departemen Energi Amerika memperkirakan bahwa menggunakan kendaraan dengan ban gembos menyia-nyiakan sekitar 1,2 juta galon bahan bakar pertahun. Dengan mengisi udara ban sesuai kapasitasnya, kita telah membantu mengurangi jejak karbon yang berdampak pada laut dan kelangsungan hidup biota air.

Lagipula, siapa, sih yang suka bannya gembos, ya kan? Udah berat, lemot, buang-buang energi lagi.

Gimana? Udah merasa bantu laut belum?

Lebih Dekat dengan Tetangga

Lah apa lagi ini? Tenang, tenang. Ini beneran, kok. Denger dulu penjelasan aku, ya.

Memiliki hubungan yang lebih intim dengan tetangga maupun orang-orang di sekitar, kita dapat dengan lebih mudah menebarkan awereness terhadap keberlanjutan laut pada orang-orang tersebut. Diskusi tipis-tipis dulu aja tentang, misalnya ban gembos tadi, lalu bisa dilanjutkan ke pembahasan yang lebih serius tentang hubungan kita ke depannya ~ehh bukan, ya.

Dengan menebarkan kesadaran akan pentingnya laut bagi kehidupan pada orang-orang terdekat, harapannya pasukan penjaga laut akan semakin banyak.

Udah ngerti, kan? Bisa banget dicoba. Atau malah udah dari lama, tapi kamu baru sadar?

Tidak Buang Puntung Rokok di Jalan

“Mentok, nih. Sebats dulu, deh” ucap seorang teman.

Tidak ingin menjustifikasi. Merokok atau engga itu memang pilihan, ya. Risiko, kan ditanggung masing-masing. Tapi setidaknya jadilah perokok yang bertanggung jawab.

Gimana, tuh?

Sudah jelas bahwa rokok itu berbahaya bagi kesehatan manusia. Tidak perlu didebat, ya. Tapi masalah tidak berhenti di situ, wahai makhluk paling mulia. Masih ada si puntung rokok yang jadi limbah bagi lingkungan kita.

Puntung rokok mengandung bahan kimia berbahaya seperti arsenik, aseton, amonia, benzen, kadmium, formaldehid dan logam berat lain. Ketika masuk ke perairan, zat-zat ini akan ikut terlarut dan berpotensi mengancam kehidupan ikan serta makhluk air lainnya.

The Ocean Conservacy, sebuah kelompok advokasi lingkungan nirlaba yang telah menyeponsori pembersihan pantai sejak 1986 menemukan bahwa selama 32 tahun terakhir, puntung rokok jadi satu-satunya barang yang dikumpulkan dari pantai di seluruh dunia, lebih banyak dari sedotan dan limbah plastik lain.

Jadi coba direnungkan kembali, “kemana puntung rokok sisa sebats, saya buang?”

Tempat sampah? Lantai? Lempar aja pinggir jalan? Rendemin air sisa di gelas a*qua?

Jadi, apakah kamu udah jadi perokok yang bertanggung jawab?

Bilang, “ngga usah pakai plastik, mba, mas” Waktu Bayar di Kasir

Sekarang ada satu lagi tambahan kata ajaib selain “tolong, maaf, terima kasih”, yaitu “ngga usah pakai plastik”.

Penggunaan plastik sekali pakai harus bener-bener direm. Kenapa? Karena plastik jenis ini paling susah dan sedikit buat masuk ke jalur daur ulang. Jika dalihnya adalah kepraktisan, penyelamatan industri, bisa diakali dengan plastik biodegradable, maka itu sudah tidak reliabel lagi.

Karena faktanya, tanggul pengaman kita udah jebol. Udah ngga seimbang lagi antara input dari pabrik dengan output plastik yang dapat diterima secara aman oleh lingkungan. Di Amerika aja, hanya sekitar 8,7% dari limbah plastik yang masuk daur ulang dari seluruh sampah plastik pertahunnya.

Tapi hal ini perlu terus dikawal dengan tetap menggunakan bahan penggantinya secara bijak. Karena faktanya biaya produksi plastik seklai pakai jauh lebih murah dan menghasilkan buangan paling sedikit. Sehingga bahan-bahan penggantinya seperti kain, plastik reusable, dan semacamnya benar-benar harus dimanfaatkan secara maksimal.

Makan Jangan ada Sisa

Btw kaya potongan lirik lagu apa gitu, ya.

Lah, emang ada hubungannya makan sama laut?

Ada dong. Balik lagi ke pembahasan tentang jejak karbon.

Sistem rantai makanan, termasuk diantaranya aktivitas makan, menyumbang lebih dari 20% total emisi rumah kaca.

Selain jadi bentuk syukur dan penghormatan terhadap makanan, terlebih yang sudah menghidangkan, makan tanpa sisa juga bermanfaat buat lingkungan, tak terkecuali laut.

Kalau ngga mau jadi sie bersih-bersih karena, misal lagi diet, udah kenyang, dan sebagainya. Ya usahakan masak secukupnya, pesan menu tanpa kalap dan dengan bertanggung jawab.

Laut itu adalah kehidupan. Inget lagi kalau 70% oksigen yang sekarang kita hirup berasal dari tumbuhan laut. Lebih dari 90% sumber air kita berasal dari lautan. Laut menyerap lebih dari 25% emisi karbon dioksida manusia. Jangan lupa juga, lautan jadi rumah bagi keanekaragaman hayati terbesar di bumi.

Jadi, udah siap, dong jadi penyelamat laut dengan lima hal kecil di atas? keliatan emang sepele, tapi kalau kita biasakan bersama dampaknya juga bisa besar di masa depan lho .

Editor : Annisa Dian Ndari

Artikel Terkait

Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

Tanggapan