Menjelajah Pantai Indah Nan Menawan di Kaki Kiri Sulawesi

Sulawesi memiliki garis pantai yang sangat panjang. Sehingga nama-nama pantai yang ada di Sulawesi sangat banyak.

Alhamdulillah di tahun 2023 kami siswa kelas 7 Sekolah Alam Indonesia yang berlokasi di Depok Jawa Barat berkesempatan mengunjungi beberapa pantai di Sulawesi Selatan.

Kami tidak hanya menikmati indahnya pantai di Sulawesi Selatan, tetapi kami juga melakukan kegiatan yang bermanfaat bagi keindahan pantai dan laut di Sulawesi Selatan.

Kegiatan kami tersebut bertajuk Young Explorer (YE). Aku akan sedikit bercerita tentang YE di Sulawesi Selatan.

Young Explorer (YE) berarti penjelajah muda, yaitu kegiatan akhir kami di kelas 7, yang merupakan aplikasi ilmu yang telah kami pelajari saat duduk dikelas 7. Kegiatan ini kami rencanakan sejak awal  semester 1.

Awalnya kami berdiskusi dari dan memilih 10 destinasi YE, kemudian mengerucut menjadi 3 destinasi pilihan untuk kami diskusikan di kelas. Berdasarkan hasil diskusi, kesepakatan akhir kami tertuju di Sulawesi Selatan.

Kami mencari dana mandiri untuk mewujudkan mimpi kami belajar langsung di Sulawesi Selatan. Kami mencari dana dengan berjualan mandiri rutin di sekolah maupun di sekitar rumah kami, mencari donatur dan sponsor dengan presentasi ke perusahaan, menjadi event organizer kegiatan, menjual barang bekas berkualitas, menjual minyak jelatah, menjual sampah, menawarkan jasa (misalnya jasa mencuci motor).

Saya akan menceritakan 2 kegiatan besar diantaranya yaitu : suistainable conservation dan eco tourism campaign. Melalui kegiatan suistainable conservation kami melakukan konservasi tukik (penyu muda) dan konservasi terumbu karang di Pulau Selayar.

Sedangkan pada eco tourism campaign kami melakukan 4 program, yaitu kampanye bahaya sampah di pengunjung pantai Tanjung Bira, membagi wadah atau alat tidak sekali pakai (sedotan, sendok, garpu stainless), membersihkan sampah di pantai, dan yang terakhir adalah Waste Brand Audit –yaitu mengelompokkan sampah yang kami kumpulkan dan melakukan pendataan sampah berdasarkan merk yang tertera sampah tersebut.

Kegiatan kami di Pantai Tanjung Bira

Byuurr, suara ombak menabrak pasir pantai. Hari ini tanggal 6 mei, ini adalah hari ke 3 kegiatan YE. Sore ini kami akan melakukan bersih-bersih sampah di pantai dan Waste Brand Audit (WBA) di pantai Tanjung Bira.

Pantai Tanjung Bira adalah pantai yang indah, pasirnya putih, lautnya bening dan terlihat biru dari kejauhan. Tidak jauh dari bibir pantai ada kawasan padang lamun, yang terlihat hitam dari permukaan. Perlengkapan yang dbutuhkan yaitu karung goni dan kertas data.

Kami menyusuri sepanjang pantai Tanjung Bira mulai dari D’perahu Resto sampai lokasi yang bertuliskan Tanjung Bira di bibir pantai. Di pantai dengan view yang indah itu ternyata kami mendapatkan 5 karung sampah. Sampah yang kami dapatkan seperti kaleng minuman, bungkus rokok, bungkus makanan, botol/gelas minuman, sisa kardus dll.

Sampah terbanyak yang kami temukan adalah sampah plastik. Setelah itu kami mengumpulkan karung-karung tersebut ke tong sampah terdekat dan menghubungi pihak kebersihan untuk pengambilan sampah yang kami kumpulkan.

Saat pemgumpulan sampah dan sampah terkumpul di karung.

Setelah WBA kami melakukan kampanye tentang “bahaya sampah”,  serta kampanye tentang “konservasi terumbu karang dan penyu”. Kampanye ini ditujukan kepada wisatawan yang sedang berkunjung di pantai.

Kami diberikan target sebanyak 5 kali kampanye, tetapi kami hanya bisa melakukan kampanye sebanyak 3 kali, dikarenakan ada kendala bahasa karena masyarakat di sana lebih banyak berkomunikasi dengan bahasa Makassar dan mayoritas wisatawan sedang bermain di laut.

Sebelum melakukan kampanye kami selalu menanyakan terlebih dahulu apakah wisatawan tersebut bisa menggunakan Bahasa Indonesia, jika bisa maka kami akan menjelaskan tentang materi kampanye. Jika tidak bisa maka kami ucapkan terimakasih dan kami mencari wisatawan yang bisa berkomunikasi dengan bahasa Indonesia.

Respon wisatawan yang mendengar materi kampanye kami sangat berbeda-beda. Yang pertama, ada pria dan wanita tidak berkomentar apa apa. Yang kedua ada pria dengan wanita yang memberikan banyak pertanyaan kepada kam.

Saya sendiri salut dengan kakak perempuan tersebut karena menyimak kampanye kami. Yang ketiga ada seorang bapak dengan istrinya, mereka juga memperbolehkan kami untuk kampanye. Bapak dan istrinya sangat antusias mendengarkan kami, dan aku paling suka yang kampanye ketiga ini karena aku merasa ada respon timbal balik dari pasangan suami istri itu.

Keseruan Kami di Pulau Selayar

Keesokan harinya kami berlayar dari Tanjung Bira ke Pulau Selayar. Saat naik kapal menyebrang ke Selayar terhampar di sejauh mata memandang lautnya sangat indah, berwarna biru dengan angin yang semilir, cahaya matahari yang hangat, dan awan-awan yang berbentuk lucu, sepertinya mereka punya imajinasi. Tak terlihat sampah di pinggir pantai.. MasyaAlloh sungguh indah lautan di Sulawesi. Semoga Allah beri kesempatan bisa mengarungi lautan ini lagi suatu hari nanti…

Perjalanan kami dari Tanjung Bira ke Selayar

Tanggal 7 Mei, adalah hari ke 4 kami melaksanakan YE, kami sedang melakukan transplantasi terumbu karang. Kami melakukannya di Pantai Liang Tarusu di pesisir Pulau Selayar. Disana pantainya tak kalah indah dengan pantai Tanjung Bira, udaranya sejuk, pantai terlihat masih sepi, lebih terdengar suara ombaknya, lebih bening dan biru airnya, lebih putih pasirnya dan ada ayunan kayunya. Salah satu kegiatan baru akan saya lakukan yaitu transplantasi terumbu karang. Apa itu transplantasi? Yap itu adalah penanaman kembali, seperti reboisasi di laut.

Mengikat Terumbu Karang di Spiderweb

Transplantasi yang akan kita lakukan adalah transplantasi terumbu karang. Terumbu karang adalah hewan bukan tumbuhan. Satu orang dari kami mendapatkan 2 karang, berarti ada 100 karang lebih yang ditransplantasi oleh kami.

Ketika kakak guide selesai berbicara menjelaskan cara transplantasinya dan memperbolehkan kami mulai mengikat karang, kami langsung menerapkan cara yang sama dengan kakaknya di media besi seperti spiderweb dengan menggunakan kabeltis, dan semua selesai tanpa ada kendala yang berarti. Setelah selesai mengikat, kami naik perahu dan mengangkut besi spiderweb yang berisi karang kecil tadi.

Kami menggunakan perahu menuju tengah laut yang terumbu karangnya rusak, sebenarnya view lautnya bagus warnanya biru, tapi jika kalian menyelupkan sedikit kepala kalian kebawah sampai kalian bisa melihat dasar laut, kalian akan melihat terumbu karang yang hitam dan tidak ada ikan yang warna-warni. Karena ternyata terumbu karang di wilayah tersebut rusak. Maka kami mencoba memperbaikinya dengan meletakkan karang yang sudah kami ikat kebesi di dasar laut. Sesampainya disana kami turun dari perahu dan melihat kakak-kakaknya menurunkan karang yang sudah kami ikat.

Saat kakak guide turun ke dasar laut meletakkan terumbu karang.

Di tanggal 8 mei 2023, hari ke-5 kegiatan YE, kami melakukan pelepasan tukik di Kampung Penyu Pulau Selayar. Kampung penyu berdiri pada tahun 2013 karena kesadaran masyarakat Dusun Tulang (nama dusun sebelum berganti nama menjadi Kampung Penyu).

Banyak anggota Kampung Penyu dulunya adalah pemburu telur penyu dan menjualnya. Di Kampung Penyu sekarang kondisinya buruk, banyak serpihan bangunan, banyak sampah dipinggir pantai, semua itu karena abrasi yang parah pada tahun 2018.

Kegiatan kami disini adalah konservasi tukik. Tukik adalah penyu kecil, jadi sebelum menjadi penyu pasti mereka sudah melewati masa menjadi tukik. Kami melakukan kegiatan pelepasan tukik saat sang mentari akan tenggelam.

Pak Datu adalah ketua komunitas Kampung Penyu yang akan mengajari kami untuk melepas tukik di laut. Suara Pak Datu yang membelah dinginnya sore hari berkata, “Jadi tukik harus dilepas berlawanan dengan laut, sekarang kita sedang melihat laut yang indah dan itu timur, maka muka tukik dan badannya harus menghadap ke barat.

Tujuannya adalah agar si penyu dapat mengingat-ingat daratan tempat dia dilepaskan, jadi saat bertelur dia kembali ketempat dia dilepaskan”. Di kalimat terakhir saya baru tahu ternyata penyu bisa kembali ketempat dia dilepaskan dengan cara mengingat-ingat daratan saat dia dilepaskan.

Lalu pak Datu melanjutkan “ada 2 pilihan untuk melepaskan penyu, menghadap daratan dan penyunya searah dengan kalian atau kalian menghadap laut dan penyunya sebaliknya jadi penyunya menghadap diri kalian?” . “Kami yang menghadap laut pak, penyunya sebaliknya” kata kami. Setelah kami menjawab, kami diberikan masing-masing orang 1 tukik, dan kami melihat tukik yang kami pegang.

Tukik Lucuku

Tukik yang aku pegang sangat suka bergerak, mungkin dia mau berkata “hwaaa, ada raksasa!!!! Cabutt aahhh!! Larii!!!” tapi mungkin dia lupa bahwa dia sedang dipegang jadi ga mungkin dia bisa lari. Tukikku juga lucu, atau semua tukik itu memang lucu?, tapi kayaknya tukikku paling lucu dari yang lain, kalo saja tukik ini selalu kecil, tidak pernah menjadi besar dan boleh dibawa pulang, pasti langsung ku bawa ke Jakarta.

\Kemudian kami bersiap dengan pose yang sudah kami pilih yaitu menghadap laut. Saat Pak Datu memperbolehkan kami melepas tukik, maka aku melepas tukik lucu itu lalu aku mengikuti dia berjalan, dia muter-muter baru berjalan ke laut, lalu muter lagi dan dia berjalan sampai laut, sepertinya dia tukik yang terakhir sampai laut… tapi tidak mengapa, aku memiliki lebih banyak waktu melihat tingkah lucunya 😛 Saat kami melepasnya bersamaan kami juga melambai untuk kepergian mereka ke laut.

Kami melepas tukik lucu untuk hidup di laut Sulawesi.

Meletakkan Telur Penyu 

Demikian cerita ku saat berkegiatan di pantai Sulawesi, sungguh pengalaman yang tak terlupakan dan aku inginsekali bisa mengulang kegiatan ini. Semoga kegiatan yang kami lakukan mempunyai dampak yang baik untuk laut indonesiaku.

Semoga berkurang sampah yang mengotori indahnya lautku, terumbu karang tumbuh besar dan menghiasi dasar lautku, dam semoga penyu penyuku bisa semakin besar dan tidak akan punah.***

Baca juga:

Editor: J. F. Sofyan

Artikel Terkait

Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

Tanggapan