Dampak Egoisme Manusia dalam Berkendara

Dewasa ini, nampaknya kita (manusia) makin terlihat tidak sehat.

Apapun kita ingin miliki, demi sebuah pengakuan bahwa kita orang yang maju dan mengikuti zaman. Kita menjadi konsumerisme, alih-alih ingin menjadi maju namun sebenarnya kita terjebak pada siklus tak berujung.

Ya namanya juga siklus, pasti tidak berujung.

Namun lingkaran pada siklus ini nampaknya menjadi pedang yang menodong kita dari belakang. Seakan kita harus terus maju tanpa menengok ke sisi lain atau kita akan mati terhumus pedang dari belakang.

Ya, pedang itu adalah egoisme.

Sifat egois memang sudah menjadi sifat alamiah di setiap jiwa manusia, namun nampaknya saat ini egoisme sudah menjadi bagian budaya ‘baik’ di kehidupan kita.

Lihat saja, dijalan lebih banyak kendaraan bermotor daripada orang yang berjalan kaki atau naik sepeda. Pantas saja karena kita salah satu negara dengan penggunaan sepeda motor terbesar di dunia. Adapun menurut otorider.com

Indonesia menjadi negara dengan penjualan sepeda motor paling besar di seluruh dunia. Berdasarkan data Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI), penjualan sepeda motor sepanjang 2019 mencapai angka 6.487.460 unit. Angka tersebut tumbuh sedikit sekitar di kisaran 1,6% dibandingkan tahun lalu.

Dilansir dari Motorcycles Data, penjualan sepeda motor di pasar Asia Tenggara berkontribusi sebesar 22,4% terhadap pasar dunia. Secara total sebanyak 13,75 juta unit sepeda motor telah tersebar di kawasan ASEAN, angka tersebut naik 5,3% dari tahun sebelumnya.”

Adapun penjualan mobil di Indonesia juga cukup tinggi pada tahun 2019 menurut oto.detik.com yaitu:

Jakarta – Indonesia menjadi pasar otomotif terbesar di kawasan Asia Tenggara. Tahun 2019 lalu, menurut catatan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan mobil di Indonesia mencapai 1.030.126 unit.”

Smog from air pollution appears in the sky above a business district in Jakarta.

Bayangkan saja, pada tahun 2019 penjualan sepeda motor sebanyak 6.4 jutaan unit. Itu penjualan, bukan pengguna. Penjualan mobil mencapai 1 juta unit, itu penjualan bukan pengguna. Bisa kita bayangkan penggunanya sebanyak apa? Itu baru indonesia, belum Dunia.

Apa yang menyebabkan sepeda motor atau mobil menjamur disini?  Apa sebabnya kita terlalu masif menggunakan kendaraan bermotor yang notabene mengeluarkan gas emisi yang merusak lingkungan.

Ya, apalagi kalau bukan egoisme kita. Aku, kamu, dan kalian semua.

Apa penyebabnya? Mungkin banyak faktor mengapa kita menjadi sangat konsumtif terhadap kendaraan bermotor. Antara lain karena Indonesia menjadi negara pasar bebas, juga regulasi pemerintah yang kurang kuat tentang pembatasan kendaraan sehingga kita tidak khawatir untuk membeli kendaraan, dan sebagainya.

Namun hal yang paling mendasar dan paling berpengaruh adalah karena keinginan / permintaan / egoisme kita. Tidak mungkin tukang semen menjual semen ke kelompok masyarakat adat pedalaman yang notabene rumahnya terbuat dari kayu-kayu atau serabut.

Logika sederhana yang bisa kita pahami semua, tidak mungkin perusahaan kendaraan motor menjual dan membuka pabriknya kalau bukan karena permintaan yang tinggi dari konsumen, ya konsumennya adalah kita.

Kita menuntut kebersihan udara, sementara kita hobi mengendarai sepeda motor. Kita mengeluh dada kita sesak karena asap sementara kita senang bergonta-ganti sepeda motor setiap ada keluaran model baru. Kita berteriak bebaskan macet, sementara kita pergi yang hanya jarak 100 meter saja menggunakan sepeda motor.

Ya, Kita memang hobi menyalahkan, namun tidak hobi mengintrospeksi diri.

Egoisme kita tumbuh begitu pesat hingga melupakan yang ada di sekitar, seakan hanya kita manusia yang butuh hidup. Kita ingin serba mudah padahal notabenenya hidup harus berjuang. Kita ingin dimanja, padahal dunia bukan milik seorang diri. Kita ingin semuanya serba cepat, serba ‘efektif’ dan serba ‘efisien’ padahal segalanya butuh proses.

Seperti yang dikatakan Filsuf post modern sekaligus Psikolog dari jerman yaitu Erich Fromm

“Orang egois tidak mampu mencintai orang lain, mereka juga tidak mampu mencintai diri mereka sendiri.”

Apakah kita sadar egoisme kita yang sering menggunakan kendaraan bermotor berdampak baik-baik saja bagi kita? Teruntuk kita sekaligus alam? Mari kita telisik!

  1. Dampak bagi kita manusia

Dikutip dari beberapa referensi, salah satunya https://otc-fahrenheit.co.id/

Bahwa dampak dari seringnya menggunakan sepeda motor yaitu

  • Gangguan Saluran Pernafasan

Pengendara motor memiliki risiko tinggi untuk mengalami gangguan pernafasan seperti TBC, bronkitis, dan ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) jika tidak berhati-hati.

Ketika mengendarai motor apalagi ketika malam hari, angin dapat menyerang tubuh pengendara motor. Jika badan tidak terlindungi dari angin, pengendara motor memiliki risiko untuk mengalami gangguan pernafasan.

  • Iritasi Mata

Iritasi atau penyakit mata adalah salah satu gangguan kesehatan yang paling sering terjadi ketika Anda menggunakan sepeda motor. Apalagi bagi Anda yang tinggal di kota-kota besar. Debu dan polusi udara adalah penyebab gangguan kesehatan pada mata seperti iritasi.

Iritasi atau konjungtivitis ditandai dengan mata gatal, mata merah, dan berair.

  • Bell’s Palsy

Bell’s palsy adalah penyakit saraf yang menyerang bagian wajah. Kondisi ini akan menyebabkan wajah terasa kebas hingga otot saraf muka yang tidak bisa dikendalikan.

Pengendara motor berisiko untuk mengalami bell’s palsy karena wajahnya yang tidak terlindungi dari angin. Terutama angin dingin di malam hari.

Sebenarnya masih banyak lagi dampak kesehatan bagi manusia. Bukan hanya dampak bagi manusia, justru dampak bagi lingkungan lah yang justru sangat berbahaya untuk semua makhluk.

Sepertinya kita sudah tahu bahkan sudah paham mengenai dampak kendaraan bermotor bagi lingkungan. Seperti polusi udara dan peningkatan pemanasan global.

Sebenernya bukan hanya gas emisi kendaraan bermotor saja yang berdampak terhadap pemanasa global, namun banyak faktor lainnya seperti asap pabrik, dan sebagainya. Pemanasan global berdampak sangat signifikan bagi lingkungan termasuk kita manusia.

Adapun dampaknya dikutip dari berbagai referensi salah satunya lingkunganhidup.co :

Mencairnya Gletser, berdampak pada tingginya permukaan air laut.

Perubahan Iklim, perubahan iklim akan mengubah cuaca dan menganggu adaptasi di ekosistem. Banyak akan terjadi pemusnahan hewan akibat tidak bisa beradaptasi akibat perubahan iklim.

Gelombang panas, gelombang panas menyebabkan cuaca yang sangat panas bahkan ekstrim seperti yang melanda India.

Rusaknya ekosistem laut, kondisi terumbu karang dunia terus berkurang dan rusak akibat pemanasan global. Terumbu karang sangat berpengaruh terhadap kehidupan hewan laut, termasuk ikan.

Terganggunya rantai makanan di dalam ekosistem. Perubahan pola waktu dan durasi migrasi burung migran, hibernasi memakan waktu lebih lama. Akibatnya seluruh rantai makanan menjadi terganggu, akibatnya banyak hewan kelaparan lalu mati, lalu semakin menipis dan keseimbangan alam menjadi terganggu. Pada akhirnya berdampak pada bahan makanan manusia.

Menurunnya kualitas udara, yang dimana sangat berdampak pada kesehatan kita terlebih paru-paru.

Itu adalah beberapa contoh dampak dari pemanasan global (sebenarnya masih banyak lagi) yang salah satunya diakibatkan karena adanya gas emisi dari kendaraan bermotor kita. Dan itu karena kita, karena egoisme kita, karena sifat manja kita, karena tuntutan kita yang ingin mudah dan cepat.

Dampak diatas mungkin hampir semua sudah menyadari dan sudah menjadi rahasia umum. Pada akhirnya kita membunuh diri kita sendiri, dan membunuh yang lainnya termasuk hewan.

The air quality is getting worse recently due to the high pollution from traffic and the coal power plant that surrounds Jakarta.

Pada akhirnya kita memang tidak mencintai diri kita, dan pula tidak mencintai yang lainnya seperti kutipan filsuf diatas. Karena egoisme kita.

Pedang egois dalam siklus kehidupan kita memang sangat sulit kita lawan, namun bukan tidak mungkin kita tidak bisa melawan dan menahannya, kita bisa.

Kita dibekali akal untuk berpikir atas apa yang kita perbuat maupun berpikir sebelum kita berbuat. Mungkin terdengar terlalu naif dan klise, namun hal mendasar seperti inilah yang mengakibatkan dampak besar, dengan kata lain yaitu Butterfly Effect.

Ini bukan kritik untuk menyerang sejumlah orang, ini pengingat untuk kita semua ya semua manusia. Karena kita sudah terlalu lalai.

Kita mengabaikan perintah Tuhan untuk menjaga alam, kita mengabaikan peringatan Ilmuwan yang sudah sejak lama mengingatkan kita tentang kerusakan alam, kita mengabaikan hukum alam yang dimana semua saling ketergantungan, manusia dengan hewan dengan tumbuhan.

Sudah begitu banyak kelalaian yang manusia (kita) perbuat. Sekali lagi ini pengingat untuk kita semua sebagai manusia yang hidup di Bumi. Aku kamu dan kita semua.

Mari berubah, mari lebih mencintai alam, mari perbanyak bacaan, mari berpikir mendalam, mari kita jaga sesama!

Editor : Annisa Dian N

Artikel Terkait

Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

Tanggapan