Seutas Senyum yang Terukir dari Para Pedagang Kaki Lima

“Mas baksonya satu, ya. Tapi taruh disini aja”. Sambil menyerahkan wadah yang kubawa.
“Wah beneran nih, Mba. Enggak takut sampai rumah nanti dingin?”
“Enggak Mas, aman. Kos-an saya dekat kok di gang itu”.
 Sambil menunjukkan sebuah gang.
“Oalah oke deh”

Begitu selesai menyajikan baksonya di wadah yang kubawa, Mamang bakso pun memberikan wadah yang sudah berisikan bakso kepadaku. Tak lupa juga setelah membayar beliau juga melontarkan ucapan terima kasih diiringi dengan senyum serta mata yang berbinar-binar dan raut kebahagiaan yang terpancar dari wajahnya.

Hasil berburu jajan tanpa sampah yang aku lakukan dengan membawa wadah

“Bahagia”, kata itulah yang mewakili perasaanku setiap melihat binar mata yang berbahagia serta senyum yang terukir dari wajah para pedagang saat kusodorkan wadah atau kotak makan tiap kali membeli jajanan atau makanan dari dagangan mereka. Bukan tanpa alasan aku bisa menyimpulkan bahwa para pedagang tersebut senang saat melihat aku membawa wadah atau tempat makan sendiri saat membeli dagangan mereka. Karena aku anaknya juga suka jajan, sebelumnya juga aku sering banget beli dagangan mereka. Tapi pas pertama lihat aku bawa wadah dan melihat respon mereka yang sangat positif juga rasanya senang banget.

Pas beli soto langganan
“Mas soto biasa satu, ya”
“Siap neng kayak biasa taruh wadah, kan?”

Pas beli nasi goreng
“Mba, nasi goreng bakso nya pedes kayak biasanya satu, ya”
“Wah bawa tempat makan sendiri lagi”

Ada kebahagiaan tersendiri rasanya waktu melihat senyum para pedagangnya ketika lihat aku yang bawa wadah sendiri. Karena mereka bisa jadi menghemat plastik buat wadah dagangan mereka juga. Bahkan saking udah hafalnya aku selalu bawa wadah setiap beli makanan, sampai beberapa pedagang kalo aku lagi enggak bawa wadah karena kotor atau kelupaan pasti selalu ditanyain.

“Mba nasi goreng biasa satu, ya”
“Enggak bawa wadah, Mba?”
 sambil melihat ke arah tanganku.
Dengan malu-malu aku jawab, “Iya, enggak, Mba. Soalnya kelupaan”. Dasar aku susah banget emang konsisten huhu.

Ya, percakapan di atas adalah gambaran kondisi waktu aku enggak bawa wadah. Tentunya rasa malu pun pasti menyergapku. Tapi hal tersebut jadi pengingat buat aku juga biar enggak lupa bawa wadah. Atau kalo pas enggak bawa wadah atau kotak makan biar enggak malu pasti aku enggak jadi beli. Bahkan kalo memang lagi lapar banget terkadang mutusin buat langsung makan di tempat, atau kalau warungnya lagi ramai, ya bakalan bawa pulang juga ujung-ujungnya. Iya, jujur aku pun masih kesulitan buat bisa terus konsisten untuk jajan tanpa nyampah dengan selalu bawa wadah sendiri.

Gambaran nasi goreng yang kubeli dengan membawa wadah sendiri (walaupun keliatannya kayak bekal)

Kenapa lebih milih buat bawa wadah untuk jajan biar enggak nyampah?

Awal mula selalu bawa wadah kemana-mana ini karena aku sendiri juga orang yang tertarik dengan isu lingkungan dan selalu mengikuti isu terbaru yang ada. Ditambah lagi juga sering ikut berkegiatan di komunitas atau Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang memang berfokus pada isu lingkungan, tentunya hal tersebut membuat aku sering mendapatkan edukasi mengenai permasalahan lingkungan. Terlebih persoalan sampah dan bagaimana baiknya menyelesaikan masalah sampah ini. Beberapa tokoh atau orang yang kukenal yang memang turut bergerak menyuarakan isu yang sama pun juga berperan dalam mempengaruhiku untuk enggak nyampah tiap jajan dengan membawa wadah atau tempat makan sendiri.

Aku sadar enggak cuman aku sendiri yang suka jajan. Pasti di antara teman-teman pembaca juga ada yang suka jajan juga bukan? Tapi pernah kepikiran enggak, ada berapa banyak sih sampah terlebih plastik yang dihasilkan tiap kita membeli makanan? Pernah kepikiran kemana plastik bungkus makanan, sedotan, botol plastik, styrofoam dari makanan atau minuman yang kita beli akan berakhir?

Seperti yang kita tahu plastik yang sifatnya elastis itu butuh ratusan tahun agar bisa terurai (hancur) dengan sempurna di alam. Bayangkan jika tumpukan plastik yang belum terurai ini makin banyak tiap hari karena datang lagi sampah plastik yang baru. Dan parahnya lagi karena keterbatasan tempat di daratan untuk menampung sampah ini, ujung-ujungnya sampah plastik itu terbawa ke lautan. Dan tentunya hal tersebut juga berpengaruh pada ekosistem hewan dan tumbuhan yang ada di lautan. Lebih parahnya lagi, karena lautan tempat tinggal hewan seperti ikan ini dipenuhi dengan sampah plastik, tak jarang membuat kondisi mereka terancam, entah siripnya tersangkut dengan sampah plastik. Atau bahkan yang lebih parahnya lagi sampah plastik yang belum terurai sempurna (mikroplastik) tadi bisa masuk ke tubuh ikan loh. Dan yang lebih parahnya lagi juga otomatis kita jadi makan mikroplastik juga karena ikan yang kita konsumsi dari lautan tadi memiliki kandungan mikroplastik. Mengerikan bukan. Siapa sangka begitu besarnya dampak yang dihasilkan dari sebuah kantong plastik yang cuman sekali pakai dari makanan atau minuman yang kita beli?

Gambaran paus yang memakan plastik di lautan. Sumber gambar: goodnewsfromindonesia.id

Kenapa mesti bawa wadah kan bisa aja pakai plastik atau kemasan yang lebih eco-friendly (ramah lingkungan)?

Memang sudah ada inovasi terbaru untuk plastik atau kemasan sekali pakai ini. Tapi jika ingin bisa jajan tanpa menghasilkan atau ribet memikirkan sampahnya lagi, menggunakan kemasan atau plastik yang lebih ramah lingkungan tidak efektif. Karena tetap aja masih ada sampah yang kita hasilkan dari pemakaian plastik atau kemasan yang lebih ramah lingkungan, walaupun memang lebih mudah terurai di alam atau di daur ulang. Plastik atau kemasan yang ramah lingkungan butuh energi dan sumber daya untuk diproduksi. Dengan membawa wadah sendiri, kita bisa membantu mengurangi permintaan atas produksi kemasan baru. Selain mengurangi biaya dan energi, kita juga bisa mencegah zat polutan atau pencemar yang dihasilkan dari kegiatan produksi plastik ataupun kemasan baru juga.

Memang awalnya terasa susah dan ribet kemana-mana bawa wadah atau tempat sendiri dari rumah tiap kali mau beli jajan atau makanan. Tapi kalo masih merasa susah tiap kali mau bawa wadah, ingat aja bagaimana sampah yang kita hasilkan berdampak bagi lingkungan kita. Atau sesederhana mengingat senyum yang terukir dari wajar para pedagang yang kita beli dagangannya saat tahu kita bawa wadah. Mereka senang karena bisa mengurangi biaya yang dikeluarkan buat menyediakan kemasan makanan dari dagangan yang mereka jual. Kita pun juga jadi enggak perlu ribet lagi mikirin sampah kita mau dibuang kemana.

Ya seperti biasanya tentunya tulisan ini dihasilkan pertama menjadi pengingat untuk penulis. Apalagi yang semangatnya buat zero waste akhir-akhir ini sudah kendor lagi huhu :”)

Tulisan ini merupakan penulisan ulang dari tulisan lama pada 13 Desember 2024.

Artikel Terkait

Tanggapan