Membangun Ketahanan Pesisir di Tengah Sengketa di Natuna

Laut Natuna, atau mungkin masih mengenalnya dengan laut cina selatan? Seperti yang tertulis di Atlas yang dulu pernah dibeli saat masih pergi sekolah?

Laut Natuna menyimpan keindahan alam bawah laut yang sangat menakjubkan, serta  kekayaan sumber daya alam yang dimiliki oleh laut Natuna sangat berlimpah. Cadangan minyak dan gas yang dimiliki oleh Laut Natuna menjadi bagian satu dari sekian banyak sumber minyak yang dimiliki dunia. Tidak hanya itu saja, Natuna memiliki kekayaan alam lain yang  berasal dari perikanan, pantai yang eksotis, hutan, sawah, ladang kelapa dan cengkeh yang melimpah. Sebagai warga Indonesia, kita patut bangga memiliki kekayaan alam yang begitu melimpah di kawasan Laut Natuna.

Namun, di balik keindahan dan kekayaan alam tersebut, di Laut Natuna Utara sana, terjadi sengketa dan perebutan wilayah. Dimana, Cina mengklaim bahwa Laut Natuna Utara adalah miliknya. Laut Natuna sudah hampir dari delapan tahun menjadi pusat sengketa internasional yang kompleks. Dimana, sengketa ini sangat mempengaruhi hubungan diplomatik antara negara, dan memberikan dampak yang negatif kepada masyarakat pesisir Natuna.

Di tengah persengketaan ini, penting bagi kita untuk menjaga kesehatan laut dan memberdayakan masyarakat pesisir sebagai upaya utama dalam membangun ketahanan yang berkelanjutan.

Ekosistem Laut Natuna

Laut Natuna dikenal kaya akan sumber daya hayati, terutama ikan, dan cadangan minyak serta gas. Kawasan laut Natuna menjadi habitat bagi beberapa jenis hewan laut yang memiliki nilai ekonomis cukup tinggi, seperti ikan layang, ikan tuna, ikan cakalang, ikan kerapu, udang, cumi, kepiting karang, kepiting bakau dan ikan tongkol, yang bisa menjadi sumber perekonomian bagi masyarakat pesisir di kawasan Natuna.

Tidak hanya kekayaan biota laut saja, Natuna juga memiliki cadangan minyak dan gas yang signifikan. Ladang-ladang minyak dan gas di kawasan Natuna termasuk yang terbesar di Indonesia, dengan potensi produksi yang dapat mendukung kebutuhan energi bagi negara Indonesia. Tetapi, pemanfaatan sumber daya tersebut tidak lepas dari tantangan. Risiko pencemaran dan konflik kepentingan dalam pengelolaan sumber daya alam berkelanjutan perlu adanya antisipasi untuk memastikan keberlanjutan sumber daya alam dan kesejahteraan masyarakat bagi setempat.

Dampak Sengketa terhadap Masyarakat Pesisir

Sengketa Laut Natuna ini memberikan dampak yang signifikan bagi masyarakat pesisir di wilayah Natuna. Dari Segi Perekonomian,  ketidakstabilan perekonomian lokal terjadi karena ketidakpastian yang menghambat investasi dan pertumbuhan ekonomi. Selain itu, keterbatasan nelayan yang masih menggunakan metode tradisional menghadapi kesulitan karena keterbatasan kapal dan teknologi pada saat memancing yang berdampak mempengaruhi perekonomian lokal.

Peningkatan patroli militer dan kehadiran kapal-kapal yang bertugas untuk menjaga kedaulatan Laut Natuna Utara sering kali menimbulkan ketegangan, namun berkat kehadiran kapal perang milik Indonesia ini memberikan rasa sedikit lebih aman bagi masyarakat pesisir di perairan Natuna. Konflik antara nelayan lokal dan kapal asing yang hendak memasuki perairan wilayan ZEE juga menimbulkan kerugian material dan rasa takut.

Contoh nyata yang pernah terjadi pada tahun 2017 saja, Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP) berhasil menangkap kapal asing yang memasuki wilayah perairan Indonesia. Pada tahun 2017, adanya intrusi dari kapal-kapal Cina di kawasan Laut Natuna Utara. Dan pada tahun 2021, intrusi dari kapal Cina terjadi kembali di garis ZEE Indonesia dan bahkan menjadi intensif karena melibatkan beberapa jenis kapal, seperti kapal ikan, kapal riset, kapal penjaga pantai, sampai kapal militer. Tidak hanya Kapal Cina saja, namun terdapat juga kapal penangkapan ikan milik Vietnam. KKP bahkan berhasil melakukan penangkapan kapal sebanyak 68 kapal asing milik Vietnam pada tahun 2017. Sedangkan di tahun 2018, KKP menangkap 8 kapal berbendera vietam. hingga tahun 2021, jumlah kapal Vietnam yang berhasil KKP tangkap adalah sekitar 71 kapal.

Sengketa ini juga memberikan pengaruh terhadap hubungan sosial dan budaya tradisional, karena persengketaan ini, kehidupan Nelayan dan Masyarakat Pesisir terpengaruh karena konflik ini memperangaruhi aktivitas dan mata pencaharian nelayan. Tidak hanya itu saja, keamanan dan akses ke sumber daya laut menjadi terganggu. Contohnya seperti pada akhir 2021, Cina menunutut agar Indonesia segera menghentikan pengeboran minyak dan gas yang dilakukan di laut Natuna Utara karena Cina menganggap itu adalah miliknya karena hubungan dengan Nine Dash Line. Persengketaan ini memicu ketidakstabilan emosional dan ketidakpastian di masyarakat yang mempengaruhi kepercayaan diri dan identital lokas Laut Natuna Utara.

Salah satu warga yang berprosfesi sebagai nelayan tradisional di Natuna, Bapak Hafis Sama, mengatakan kepada BBC bahwa dirinya menghadapi kesulitan dalam mencari ikan di perairan Natuna karena keterbatasan kapal dan teknologi memancing sehingga membuatnya harus mengeluarkan biaya operasional yang lebih tinggi untuk bahan bakar, es, makanan dan minuman. Sehingga istilah gali lobang, tutup lobang menjadi bagian kehidupan sehari-hari para nelayan tradisional karena masih jauh dari kata makmur.

Upaya Membangun Ketahanan Pesisir

Menerapkan kebijakan pengelolaan yang berkelanjutan sangat penting untuk memastikan pemanfaatan sumber daya alam yang dilakukan  tidak merusak lingkungan. Langkah penting yang bisa dilakukan adalah dengan melibatkan masyarakat lokal dalam pengelolaan sumber daya alam hayati seperti ikan, udang, cumi, kepiting, setta minyak dan gas.  Hal ini akan terjadi terciptanya kerjasama yang baik antara masyarakat dan pemerintah. Pembangunan dan penguatan infrastruktur yang baik dan mendukung keberlanjutan pesisir dan melindungi pesisir dari abrasi dan juga banjir, juga harus menjadi prioritas.

Mengedukasi masyarakat tentang pentingnya menjaga lingkungan pesisir dan dampak negatif dari aktivitas yang merusak. Menggalakan kampanye sadar lingkungan dan mendorong partisipasi aktif masyarakat dan pemerintah dalam pelestarian alam, merupakan bagian dalam upaya ini. Selain itu, edukasi masyarakat dalam tanggap darurat dan evakuasi saat bencana alam juga perlu ditingkatkan untuk memastikan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi situasi darurat.

Koordinasi dengan negara-negara tetangga dan komunitas internasional sangat penting untuk mengatasi dan menyelesaikan sengketa tentang masalah lintas batas ini. Membangun hubungan kerjasama dengan negara-negara ASEAN dan Lembaga Regional agar mampu memperkuat ketahanan pesisir serta lingkungan alam yang berharga di Natuna. melalui kolaborasi internasional tersebut, diharapkan upaya ini mampu menciptakan perdamaian dan stabilitas yang mendukung kesejahteraan masyarakat pesisir.

Pengelolaan Sumber Daya Laut yang Berkelanjutan

Pengelolaan sumber daya laut yang berkelanjutan ini memiliki peran yang cukup krusial dalam menjaga keberlanjutan ekosistem dan keamanan di wilayah perbatasan. Laut Natuna Utara, yang terletak di jalur strategis menghubungkan Samudera Pasifik dan Samudera Hindia, memberikan keunggulan dalam navigasi laut dan perdagangan internasional. Klaim batas yang masih tumpang indih hingga saat ini menimbulkan ketegangan dan Cina memiliki ambisi yang cukup besar dalam mengklaim sebagian besar laut Cina Selatan dan termasuk Laut Natuna Utara.

Potensi ladang gas alam di Laut Natuna Utara membuatnya menjadi objek persaingan antarngeara. Pengelolaan yang bijaksana diperlukan untuk memastikan pemanfaatan sumberdaya alam yang berkelanjutan. Illegal fishing yang telah dilakukan oleh kapal nelayan merupakan salah satu contoh ancaman utama. perlu adanya pengawasan ketat dan pengelolaan sumberdaya perikanan harus segera dilakukan agar tetap terjaga keseimbangan dan keberlanjutan ekosistem laut.

Pemerintah bersama berbagai pihak terkait dapat bergerak aktif dalam mengimplementasikan strategi konservasi, seperti zona konservasi laut dan melakukan rehabilitas. Penerapan teknologi dalam kegiatan perikanan juga didorong untuk meminimalkan dampak negatid terhadap ekosistem laut. Praktik berkelanjutan ini jika mulai dilaksanakan akan menjaga keseimbangan ekosistem dan tetap mendukung kebutuhan ekonomi masyarakat lokal.***

Sumber:

Ayuningtyas, D. (2024) Ancaman Kedaulatan di Laut Natuna Utara: Illegal fishing pada tahun 2017-2021, kumparan. Available at: https://kumparan.com/dinda-ayuningtyas/ancaman-kedaulatan-di-laut-natuna-utara-illegal-fishing-pada-tahun-2017-2021-22LFjwWLNpG (Accessed: 25 June 2024).

Batistuta, A.D. (2024) Eksistensi Laut Natuna Utara: Antara Kedaulatan indonesia & konflik LCS, kumparan. Available at: https://kumparan.com/arydimitri48/eksistensi-laut-natuna-utara-antara-kedaulatan-indonesia-and-konflik-lcs-22wvVRi05fy/4 (Accessed: 25 June 2024).

Lumbanrau, R.E. (2020) Kisah Nelayan-Nelayan Natuna: ‘Gali Lubang Tutup Lubang’ Meski Hidup di Surga Ikan, BBC News Indonesia. Available at: https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-51202795 (Accessed: 25 June 2024).

Natuna: China Dan Indonesia Sepakat Tidak Ada sengketa soal zee, ‘Demi Stabilitas Kawasan’ (2020) BBC News Indonesia. Available at: https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-51143850 (Accessed: 25 June 2024).

 

Artikel Terkait

Overfishing dan Kekeringan Laut

Peningkatan suhu global menyebabkan peningkatan penguapan air dari permukaan laut, yang pada gilirannya meningkatkan konsentrasi garam dalam air laut. Kekeringan laut terjadi ketika air laut menguap lebih cepat daripada yang dapat digantikan oleh aliran air segar, seperti dari sungai-sungai atau curah hujan. Akibatnya, air laut menjadi lebih asin dan volume air laut berkurang.

Tanggapan