Smart Sea Traveler, Menjadi Wisatawan Bahari Peduli Lingkungan

“Menyatulah dengan alam, coba selami cara alam bergerak dan bereaksi, sayangi ia. Setelah itu baru namakan dirimu manusia.” – Jerinx

Menyusuri alam dengan tujuan berwisata memang sangat menyenangkan. Terlebih lagi dengan dukungan berupa bervariasinya ekosistem pariwisata di Indonesia. Mulai dari tingginya pegunungan hingga dalamnya lautan. Pada tahun 2015, potensi wisata bahari Nusantara mampu menarik minat wisatawan domestik dan mancanegara sebesar 25%.

Ragam aktivitas wisata bahari seperti merasakan halusnya pasir pantai sampai menyelami keindahan bawah laut, selalu saja memanjakan mata. Disaat sektor ekonomi, tidak terkecuali pariwisata tengah lesu akibat wabah yang tak kunjung usai. Ada secercah harapan yang bisa menjadi pengharapan, untuk meningkatkan pendapatan dari kancah kepariwisataan.

Berdasarkan survei yang dilakukan Kompas.com tahun 2020, wisata laut/bahari menempati urutan pertama sebagai tempat wisata yang ingin dikunjungi setelah pandemi berakhir, atau setara 28,4% dari total keikutsertaan 1.200 responden.

Kebanggaan akan pariwisata bahari Indonesia juga tergambar dari pengumuman yang dilakukan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif melalui media sosial Instagram. Atas perolehan sebuah penghargaan bagi Indonesia sebagai Destinasi Wisata Selam Terbaik di Dunia Versi Dive Travel Awards 2020 oleh Majalah Dive UK 2020.

Menjadi Wisatawan Cerdas, Jangan Bringas!

Snorkeling
Snorkeling

Sayangnya, dalam upaya menggenjot pendapatan di sisi pariwisata. Ternyata ada nasib lingkungan yang sedang dipertaruhkan.

Andrew Zimmer pernah berkata, “please be a traveler, not a tourist!” (tolong jadilah seorang petualang, bukanlah turis!). Ungkapan ini tidak terlepas dari rendahnya kepedulian masyarakat yang melabeli dirinya sebagai pecinta alam. Namun nyatanya, tidak bertujuan menikmati keindahannya saja, mereka tidak tersadar telah merusak lingkungan.

Wisatawan Merusak Karang
Wisatawan Merusak Karang

Ingatan saya kembali kepada saat-saat mengunjungi salah satu kawasan wisata bahari di Indonesia. Terpesona akan keeksotisan bawah lautnya segera sirna. Tatkala saya melihat pengunjung bahkan tour guide yang menginjak terumbu karang, demi sebuah foto. Iya, lagi-lagi untuk eksistensi semata.

Kisah memilukan kerusakan terumbu karang di Raja Ampat juga seakan menampar diri agar lebih bijak berwisata. Bagaimana tidak? 1,8 hektar terumbu karang telah hancur berkeping-keping. Dan perlu waktu puluhan hingga ratusan tahun untuk memulihkannya.

Selain itu, dilansir dari Tribunnews.com, terumbu karang di Lombok Barat terancam akibat wisata bahari. Jadi, jangan sampai anak cucu hanya tahu terumbu karang dari foto saja. Saatnya bagi kita sebagai wisatawan mulai bangkit dan sadar demi alam dan tentunya juga keberlanjutan wisata.

Wisatawan Cerdas, Ketahuilah Pantangan dan Pengetahuan Dasar Terkait Laut

Infografis Wisata Bahari
Infografis Wisata Bahari

Begitu banyak aktivitas yang bisa dilakukan saat berwisata bahari, snorkeling, diving hingga memancing. Konsep sapta pesona mampu menjadi pedoman bagi wisatawan bahari. Yang terdiri dari aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah, dan kenangan. Melalui konsep sapta pesona ini, Pemerintah ingin mengajak pelaku pariwisata termasuk wisatawan untuk lebih peduli terhadap kondisi lingkungan tempat berwisata.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait larangan dan himbauan bagi wisatawan saat berwisata bahari. Berikut pedoman sederhana bagi wisatawan cerdas untuk wisata bahari lebih baik.

#1 Jangan merusak fasilitas umum atau mencoret tumbuhan pantai

Vandalisme tidak pernah dibenarkan sebab dapat merusak fasilitas umum maupun keelokan alam. Tidak terkecuali saat berlibur di pantai, sangat dilarang mencoret tumbuhan pantai, seperti pohon kelapa. Selain mengganggu keindahan, juga dapat menyakiti tumbuhan.

#2 Memilih jasa penyedia layanan wisata ramah lingkungan

Hanya segelintir jasa penyedia wisata yang peduli terhadap lingkungan. Oleh sebab itu, sebagai wisatawan cerdas, kita harus selektif.

#3 Snorkeling atau menyelam dalam kelompok kecil

Banyaknya gerombolan penyelam akan mengganggu biota bawah laut. Alih-alih mendekati penyelam, ikan malah menjauh karena ketakutan dengan makhluk asing seperti manusia.

#4 Jangan memberi makan ikan

Ikan di laut terbiasa menggunakan instingnya untuk berburu mangsa. Ketika ikan di alam liar terbiasa diberi makan oleh pengunjung. Perilaku makannya menjadi berubah dan dikhawatirkan ikan akan mati karena kehilangan kemampuan mencari makanan sendiri.

#5 Jangan mengambil sesuatu dari dasar laut

Melihat hamparan cangkang kerang atau bintang laut sungguh menarik pandangan. Namun jangan pernah mengambil benda hidup atau mati di laut. Karena kegiatan eksploitasi ini dapat merusak ekosistem.

#6 Jangan meninggalkan apapun termasuk sampah
Himbauan Jangan Membuang Sampah
Himbauan Jangan Membuang Sampah

Mengutip dari VOA Indonesia, total sampah yang masuk ke laut Indonesia pada tahun 2020, diperkirakan mampu mencapai angka 521.540 ton. Masihkah kita ingin menjadi manusia egois? Apabila tidak ada tempat sampah di tempat wisata, bawalah kembali sampah kita ke rumah. Termasuk pula sampah kecil seperti puntung rokok.

#7 Menggunakan tabir surya ramah lingkungan

Ternyata tabir surya yang mengandung oxybenzone dapat mengganggu pertumbuhan terumbu karang. Mungkin hal ini terlihat sepele, nyatanya tabir surya dengan kandungan oxybenzone dapat mengancam siklus hidup karang. Seperti penelitian  Danovaro dkk (2008), menyebutkan bahwa oxybenzone dalam tabir surya mengakibatkan karang keras memutih dalam waktu 96 jam.

#8 Jangan menyentuh atau menginjak karang

Karang merupakan hewan yang sangat sensitif dengan adanya gangguan dan perubahan alam. Karang yang diinjak akan stress dan berujung kepada kematian.

#9 Jangan menggunakan bahan berbahaya saat memancing

Penggunaan bahan peledak saat menangkap ikan dapat mengakibatkan kematian ikan dalam jumlah besar dan kerusakan terumbu karang. Gunakanlah alat tangkap ramah lingkungan seperti, pancing.

Itulah penjelasan terkait pentingnya menjadi wisatawan cerdas ketika berkunjung ke wisata laut. Ingatlah bahwa wisata alam tidak akan berumur panjang apabila sebagai wisatawan, kita tidak sadar untuk memulai menjaganya.

Alam akan menyajikan keindahan tatkala manusia memberikan kepedulian (Mel).

Editor : Annisa Dian Ndari

Artikel Terkait

Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

Tanggapan