Sindiran Navicula di Pawai Bebas Plastik Jakarta

Pawai Bebas Plastik dan kehadiran Monster Plastik beserta Zombie Plastik pada hari minggu 21 Juli 2019 telah berhasil menghebohkan Kota Jakarta.

Kumandang slogan “Tolak plastik sekali pakai! Tolak!” dari para peserta pawai terdengar dari Bundaran HI hingga Taman Aspirasi Monumen Nasional (Monas).

Ribuan orang berkumpul untuk mengikuti march di CFD area bersatu bersuara mendorong pemerintah untuk menegakkan regulasi dan juga korporasi untuk segera menghentikan kecanduannya terhadap plastik sekali pakai.

Acara pawai tersebut diramaikan dengan kehadiran Ibu Susi Pudjiastuti, Kaka dan Ridho Slank, Navicula, Simagora, dan beberapa artis lainnya. Masyarakat semakin dibuat antusias dengan kehadiran para artis dan petinggi negara tersebut.

Namun dari segala pertunjukan yang menarik perhatian saya adalah ketika Band Navicula beraksi di panggung. Band ini memang terkenal dengan  lantangnya menyuarakan aksi lingkungan !

Navicula Band merupakan musisi asal Bali, Roby Gede adalah Vokalis dari band ini dan merupakan host dari Film Pulau Plastik. Karya-karya dari band ini hampir seluruhnya berangkat dari keresahan mereka terkait isu-isu lingkungan yang sangat memperihatinkan.

Lirik-lirik dari lagu yang gagas Roby Gede dengan teman-temannya tersirat makna yang dalam, contohnya dalam lagu Mafia Hukum terdapat lirik yang terlihat jelas kekesalan mereka terhadap sistem pemerintahan:

“Tertangkap bercinta dihukum penjara, korupsi berjuta masih berkuasa, prinsip imprasial tak berlaku lagi, siapa punya modal takkan masuk bui.”

Pada kesempatan kemarin, Roby Gede and The Genk melantunkan lagu yang cukup menyindir Kota Jakarta dan ketika latunan mulai menggema tak sedikit orang yang mengerutkan dahi.

“Slalu banjir tiap hujan, Asap jalan jadi awan, Di jantung Metropolutan” Kalimat tersebut benar-benar mencitrakan keadaan Kota Jakarta. Bagi Navicula kota Jakarta bukan Metropolitan melainkan Metropolutan, yang memang begitu realitanya.

Polusi telah menjelma menjadi awan dan air sungai pun sering menyapa perumahan warga. Realita yang menyedihkan bagi orang diluar sana yang mengenal Jakarta sebagai kota yang indah.

  Kita telah bebas dari penjajah, mengapa hal-hal tersebut tak dapat kita selesaikan? Tak malu kah dirimu wahai Jakarta?

Kurang jelaskah sindiran Navicula untukmu? Sekarang tanggalkan sikap masa bodoh, buka mata dan bertindaklah untuk Jakarta. Oh pemuda Jakarta, masihkah kalian nyaman dengan realita ini?

Editor : Annisa Dian Ndari.

Artikel Terkait

Tanggapan