Pakai Sunscreen Tanpa Menyakiti Laut Kita: Kupas Tuntas Sunscreen Ramah Lingkungan

Sobat Laut, zaman sekarang siapa sih yang belum tahu sunscreen? Terlebih lagi di negara tropis seperti Indonesia yang terletak di garis khatulistiwa, di mana paparan sinar matahari berada pada intensitas yang tinggi. Saat ini, berkat kemajuan studi tentang dampak sinar UV terhadap kulit dan perkembangan pesat industri kosmetik, masyarakat dunia, terutama Indonesia, telah aktif menggunakan sunscreen sebagai perlindungan sehari-hari untuk kulit mereka.

Penggunaan sunscreen terbukti mampu melindungi kulit dari kulit terbakar matahari alias sunburn, penuaan dini seperti keriput atau flek, dan kanker kulit. Meski kulit kita mampu melindungi dirinya dari sinar matahari lewat produksi melanin, sunscreen memberikan perlindungan tambahan yang mampu memperlambat atau mencegah efek negatif sinar UV merusak kulit. 

Sayangnya penggunaan sunscreen yang rutin dan menyeluruh tidak membawa dampak yang baik bagi kehidupan teman teman penghuni laut. Dilansir dari National Park Service (NPS.gov), sebanyak 4 hingga 6 ton sunscreen larut di laut setiap tahunnya dan sebanyak 10% terumbu karang mengalami coral bleaching akibat terpapar kandungan sunscreen.

Tak hanya terumbu karang, flora dan fauna akuatik lain pun turut menderita. Itu sebabnya Indonesia wajib waspada akan dampak negatif sunscreen terhadap lingkungan demi melestarikan biodiversitas ekosistem laut Indonesia. Yuk! Bersama-sama kita kupas tuntas problematika sunscreen dan lingkungan laut kita.

Tipe-Tipe Sunscreen

Sebelum kita masuk membahas lebih dalam tentang dampak sunscreen terhadap laut, Sobat Laut wajib tahu tipe-tipe sunscreen yang dipakai oleh masyarakat sehari-hari. Saat ini di pasaran kosmetik dan skincare terdapat tiga jenis sunscreen, yakni physical sunscreen, chemical sunscreen, dan hybrid sunscreen.

Physical sunscreen bekerja sebagai tameng di permukaan kulit dengan memantulkan sinar UV keluar. Kandungan utama dari physical sunscreen merupakan titanium dioxide dan zinc oxide, kedua kandungan ini terkenal mampu melindungi kulit dari gejala penuaan dini, seperti flek dan keriput. Satu-satunya kekurangan dari sunscreen ini adalah cenderung memberikan lapisan putih, atau whitecast, pada permukaan wajah sehingga jenis sunscreen ini jarang digunakan sehari-hari.

Chemical sunscreen memiliki mekanisme yang berbeda, di mana jenis sunscreen ini bekerja di bawah permukaan kulit dengan menyerap sinar UV dan mengubahnya menjadi panas. Mekanisme tersebut mencegah kulit menyerap sinar UV sehingga terbebas dari efek negatif sinar UV. Chemical sunscreen biasanya mengandung oxybenzone, avobenzone, octinoxate, octocrylene, octisalate, dan ecamsule.

Sedangkan hybrid sunscreen merupakan gabungan antar kandungan physical dan chemical sunscreen sehingga diharapkan mampu memberikan manfaat dari kedua sunscreen tersebut, sembari mengeliminasi kekurangan dari physical sunscreen.

Sunscreen Merusak Laut

Pertanyaannya adalah bagaimana sunscreen bisa merusak laut? Ketika Sobat Laut berenang di laut atau kolam, sunscreen yang dipakai akan terbawa air dan akhirnya larut di lautan. Bahkan saat mandi setelah memakai sunscreen, kandungan kimianya akan masuk ke saluran pembuangan dan bermuara di laut.

Menurut penelitian National Ocean and Atmospheric Administration (NOAA) pada tahun 2022, ada beberapa kandungan dalam sunscreen yang berbahaya bagi biota laut, seperti 3-Benzylidene camphor, 4-Methylbenzylidene camphor, Octocrylene, Benzophenone-1, Benzophenone-8, OD-PABA, nano-Titanium dioxide, nano-Zinc oxide, Octinoxate, dan Oxybenzone. Seluruh kandungan ini bisa diserap oleh makhluk laut dan menumpuk dalam jaringan tubuh mereka, sehingga menyebabkan kerusakan sistem tubuh hingga berakibatkan kematian.

Salah satu kasus kematian ini dialami oleh terumbu karang yang mengalami coral bleacing. Pengendapan kandungan berbahaya dari sunscreen pada terumbu karang mampu merusak susunan rantai DNA dan protein dalam terumbu karang, menyebabkan penurunan pada sistem imun hingga menghasilkan keturunan yang cacat. Gangguan genetik akibat kandungan sunscreen juga terjadi di hewan laut lainnya, seperti indikasi karakteristik betina pada ikan jantan, abnormalitas ukuran pada bulu babi, cacat tubuh pada kerang. Dampak-dampak negatif ini dapat diderita oleh generasi laut selanjutnya karena bersifat herediter.

Tak hanya pada hewan, kasus lain juga terjadi pada alga hijau yang mengalami kematian massal akibat ketidakmampuan mereka untuk berfotosintesis yang disebabkan oleh akumulasi kandungan sunscreen pada sistem transportasi nutrisinya. Apabila hal ini berlanjut, kelangsungan ekosistem laut akan menghadapi kematian massal yang meningkat pesat setiap tahunnya.

Sunscreen Berbahaya untuk Laut versus Sunscreen Ramah Lingkungan

(Sumber : National Ocean and Atmospheric Administration (NOAA), diupload pada tanggal 17 Agustus 2022)
(Sumber Gambar : National Ocean and Atmospheric Administration (NOAA), diupload pada tanggal 17 Agustus 2022)

Beberapa Sobat Laut mungkin telah menyadari di mana letak bahaya kandungan-kandungan sunscreen itu berada. Sebanyak 90% dari bahan berbahaya dalam sunscreen berasal dari chemical sunscreen. Senyawa kimia sintetis dalam chemical sunscreen mudah menyerap ke kulit, itulah sebabnya chemical sunscreen begitu populer di pasaran. Namun, ironisnya, kemudahan ini juga membuatnya dapat merusak terumbu karang dan biota laut lainnya melalui penyerapan yang efisien. Hybrid sunscreen, yang menggabungkan sifat-sifat dari kedua jenis sunscreen, juga tidak ramah lingkungan karena mengandung senyawa-senyawa berbahaya bagi laut.

Meskipun demikian, ini bukan berarti Sobat Laut harus berhenti menggunakan sunscreen sama sekali. Alternatif yang lebih ramah lingkungan adalah physical sunscreen. Physical sunscreen diakui sebagai pilihan yang lebih baik karena mengandung titanium dioxide dan zinc oxide dengan partikel yang besar sehingga tidak mudah terserap ke dalam kulit atau lingkungan laut. Kedua senyawa ini juga stabil secara kimia, mengurangi risiko reaksi berbahaya di laut. Namun, Sobat Laut perlu berhati-hati terhadap nano particle zinc oxide dan titanium dioxide yang sering terdapat dalam hybrid sunscreen. Partikel-partikel kecil ini dapat menembus pori-pori dan mengganggu ekosistem laut, mirip dengan dampak yang ditimbulkan oleh chemical sunscreen.

Untuk memilih sunscreen yang aman bagi laut, periksa label kandungan pada kemasan sunscreen terlebih dahulu sebelum membeli sunscreen. Hindari sunscreen yang mengandung kandungan-kandungan seperti nano-Titanium dioxide, nano-Zinc oxide, Octinoxate, Oxybenzone, Avobenzone. Hal ini juga berlaku pada makeup maupun lotion tubuh yang mengandung SPF.

Rekomendasi Sunscreen Ramah Lingkungan

Beberapa rekomendasi sunscreen ramah lingkungan untuk Sobat Laut yang ingin ikut serta dalam melestarikan dan menjaga kesehatan laut Indonesia dan dunia : 

  1. Physical Sunscreen SPF 50+ PA++++ dari Amaterasun (Brand Lokal)
  2. The Great Shield Sunscreen SPF 50 PA++++ dari Avoskin (Brand Lokal)
  3. Tone Up Mineral Sunscreen Serum dari Azarine (Brand Lokal)
  4. Mineral Sun Milk Body Lotion SPF 50 dari Hawaiian Tropic (Brand Luar)
  5. Sensitive Mineral Sunscreen SPF 50+ dari Blue Lizard (Brand Luar)

Alternatif Lain

Selain penggunaan sunscreen, Sobat Laut juga dapat mencoba menggunakan baju renang Anti UV sebagai perlindungan ekstra. Saat berada di tempat yang terik, pakailah topi dan kacamata hitam untuk mencegah sinar UV langsung mengenai kulit kalian.

Two birds with one stone, menjaga kesehatan kulit sekaligus menjaga kesehatan laut. Upaya kecil ini, jika dilakukan secara kolektif, dapat menjaga keberlanjutan dan keindahan lautan untuk generasi mendatang. Yuk! Mulai dari sekarang untuk melestarikan biodiversitas Laut Indonesia dan dunia.***

Baca juga: Laut untuk Kita, Kita untuk Laut

Artikel Terkait

Tanggapan