Laut, Maafkan aku!
Jiwaku penuh dengan kerinduan akan rahasia lautan. Jantung dari lautan seperti mengirimkan denyut yang sangat mendebarkan tubuhku.
Aku selalu berfikir “Bagaimana aku bisa menyebrangi lautan hanya dengan berdiri dan menatap air?”, sampai akhirnya aku memutuskan untuk kembali ke lautan dan mengobati rasa rinduku dengannya.
Sabtu (27/10), aku memutuskan untuk kembali ke lautan Sulawesi.
Bagiku, laut itu seperti manusia, seperti orang yang sudah lama kukenal. Kedengarannya sangat gila bukan? Aku tau! Tapi ketika aku berenang di laut aku berbicara dengannya. Aku tidak pernah merasa sendirian ketika aku disana.
Tapi, pada kesempatan kali ini, laut nampak marah denganku. Aku merasa diasingkan olehnya, aku merasa mereka tidak menyukai kedatanganku kala itu, sampai akhirnya aku memutuskan untuk mencari dan terus mencari tau apa yang salah dengan diriku sehingga laut bersikap seperti itu padaku, tapi jawaban itu tak dapat kutemukan dalam waktu sehari.
Minggu (28/10), aku kembali ke tempat yang sama dan aku tetap tidak menemukan jawaban mengapa laut sangat membenciku, sampai akhirnya aku merenung di sebuah pantai di Sulawesi sambil memandang indahnya mentari terbenam.
Kala itu angin seperti berbisik padaku “laut tidak membencimu, laut hanya kecewa padamu. Mengapa kau merusaknya? Mengapa kau membiarkan sampahmu mencemarinya? Mengapa kau biarkan dekorasi rumahnya rusak?”.
Hatiku terenyuh mendengar bisikan sang angin. Aku terus merenung dan memikirkan cara apa yang dapat aku lakukan untuk meminta maaf pada laut.
Senin (29/10), aku kembali menyelam untuk meminta maaf kepada laut atas apa yang telah aku perbuat selama ini padanya. Kala itu aku berjanji pada laut aku tidak akan merusaknya lagi, aku tak akan mecemarinya, aku juga tak akan merusak dekorasi rumahnya.
Selamat tinggal sampah, aku harap kau merasakan gimana rasanya dibenci oleh orang yang sudah lama kau kenal. Aku juga berharap agar kau tidak merusak hubungan baik antara manusia dengan alam yang telah diciptakan sedemikian rupa oleh sang pencipta
Laut, dari lubuk hatiku yang terdalam, aku menyampaikan rasa minta maafku yang sedalam-dalamnya. Aku harap engkau dapat menerimaku seperti dahulu kala.
Tanggapan