Kenapa Ikan Terbang Bisa Terbang? Jawabannya Lebih Menarik dari yang Kamu Kira!

Bayangkan kamu sedang berlayar melintasi samudera yang luas, lalu tiba-tiba menyaksikan pemandangan yang hampir seperti mimpi: seekor ikan melompat keluar dari air, lalu melayang dengan anggun di atas permukaan ombak. Ikan yang luar biasa ini, di beberapa daerah disebut ikan Torani, lebih dikenal secara global sebagai ikan terbang (flying fish). Keberadaan mereka selalu berhasil memicu decak kagum dan rasa penasaran. Mereka adalah bukti betapa alam punya cara-cara inovatif untuk bertahan hidup.
Meski namanya ikan terbang, jangan bayangkan mereka punya sayap berbulu seperti burung. Kenyataannya berbeda, tapi tak kalah menarik. Ikan ini termasuk dalam famili Exocoetidae, sekelompok ikan laut bersirip kipas yang masih satu ordo dengan ikan-ikan bertubuh panjang seperti ikan jarum (needlefish). Istilah sirip kipas (ray-finned) mengacu pada struktur siripnya yang ditopang oleh tulang keras. Dalam famili ini, ada sekitar 64 spesies yang telah teridentifikasi, terbagi dalam tujuh genus berbeda.
Perlu dipahami bahwa ikan terbang tidak benar-benar terbang seperti burung yang mengepakkan sayap. Kemampuan unik mereka terletak pada lompatan kuat dari dalam air, lalu meluncur di udara dalam jarak yang cukup jauh. Secara teknis, gerakan ini lebih tepat disebut gliding (melayang). Nama ilmiahnya, Exocoetidae, juga punya cerita menarik—berasal dari bahasa Latin exocoetus, yang diambil dari bahasa Yunani ἐξώκοιτος (artinya “tidur di luar”). Ini muncul dari kepercayaan kuno yang keliru bahwa ikan ini bisa keluar air untuk tidur di darat.
Rahasia kemampuan terbang ikan ini terletak pada adaptasi anatomi yang luar biasa. Ciri paling mencolok adalah sirip dada (pectoral fins) yang sangat besar, berfungsi seperti sayap saat mereka melayang. Sirip ini tidak hanya lebar tapi juga cukup kaku, dengan bentuk aerodinamis yang mirip sayap burung—melengkung sempurna untuk menciptakan daya angkat. Tulang sirip (fin rays) di dalamnya memberikan struktur pendukung agar bentuk ini tetap stabil selama di udara.
Melengkapi adaptasi unik ini, ekor mereka yang bercabang dalam dengan lobus bawah lebih panjang berperan penting sebagai pendorong utama. Ekor khusus ini berfungsi layaknya mesin tempel, berosilasi cepat di air untuk menghasilkan daya dorong awal yang dibutuhkan saat melompat keluar air – bahkan tetap bekerja saat tubuh ikan sudah sebagian berada di udara untuk mempertahankan momentum melayang.

Bentuk tubuh mereka juga dirancang sempurna untuk gerakan udara. Profil ramping seperti torpedo meminimalkan hambatan baik di air saat akselerasi maupun di udara saat meluncur. Saat berenang cepat, sirip dada besar mereka menempel rapat di sisi tubuh untuk menjaga efisiensi hidrodinamik.
Adaptasi internal yang tak kalah menarik dari ikan ini adalah:
- Lengkung neural (neural arches) yang melebar
- Kompleks kaudal (caudal complexes) yang mengeras
Struktur tulang belakang yang diperkuat ini memberikan kekakuan dan kekuatan yang dibutuhkan untuk lompatan luar biasa sekaligus menjaga stabilitas selama melayang di udara.
Yang menarik, tidak semua ikan terbang memiliki “sayap” yang sama. Mereka bisa dibedakan menjadi dua tipe utama: yang bersayap dua dan bersayap empat. Jenis bersayap dua seperti dari genus Exocoetus hanya mengandalkan sirip dada yang membesar untuk kecepatan. Sementara jenis bersayap empat – termasuk spesies dari genus Cypselurus dan ikan terbang California – memiliki keunggulan tambahan berupa sirip perut yang juga membesar, membantu mereka bertahan lebih lama di udara.
Ukuran tubuh mereka pun berbeda:
- Ikan bersayap dua umumnya 18-30 cm
- Ikan bersayap empat lebih besar, sekitar 38 cm
- Ikan terbang California adalah yang terbesar, bisa mencapai 48 cm
Proses mereka terbang adalah pertunjukan atletis alam yang memukau. Semua bermula dari dalam air dimana mereka berenang dengan kecepatan tinggi menuju permukaan. Kecepatannya bisa melebihi 56 km/jam, bahkan ada yang tercatat mencapai 70 km/jam! Selama akselerasi ini, sirip dada besar mereka tetap rapat menempel tubuh untuk mempertahankan efisiensi hidrodinamik.
Saat mendekati permukaan air, ikan terbang bisa tiba-tiba membentangkan sirip dadanya yang membesar, mengubahnya menjadi permukaan meluncur. Yang menakjubkan, sementara tubuhnya masih sebagian terendam, ekor bagian bawahnya mulai bergetar cepat – bisa mencapai 70 kali per detik – menghasilkan daya dorong tambahan untuk sepenuhnya melompat ke udara. Proses ini mirip pesawat yang berlari di landasan pacu sebelum lepas landas.
Kalau sudah cukup cepat, seluruh ekor ikan akan terangkat dari air dan dimulailah fase meluncur. Jarak luncurannya bisa mencapai 50 meter, tapi beberapa spesies lebih canggih lagi. Mereka memanfaatkan hembusan angin dari ombak untuk mendapat daya angkat ekstra, bahkan bisa melakukan “penerbangan singkat” berulang kali. Saat luncuran mulai melambat, mereka bisa mencelupkan ujung ekornya kembali ke air untuk mendorong diri lagi, seperti teknik “skittering” yang memungkinkan mereka menempuh jarak lebih jauh tanpa benar-benar kembali ke air. Akhirnya, untuk mendarat, mereka bisa melipat sirip dan terjun bebas, atau menggunakan ekor untuk meluncur lagi sambil mungkin mengubah arah.

Ikan-ikan luar biasa ini tersebar secara global dan menghuni semua samudera di dunia dengan preferensi khusus di perairan tropis dan subtropis yang hangat. Mereka umumnya hidup di zona epipelagik, lapisan permukaan laut yang masih terjangkau sinar matahari hingga kedalaman sekitar 200 meter (660 kaki).
Beberapa wilayah yang dikenal sebagai habitat utama mereka antara lain:
- Sepanjang pesisir Atlantik dan Pasifik Amerika Serikat, terutama di perairan California, Florida, dan Georgia
- Laut Karibia, dengan Barbados yang dijuluki “negeri ikan terbang” karena pentingnya budaya mereka disana
- Samudera Hindia dan kawasan Indo-Pasifik yang luas
- Perairan sekitar Jepang, Vietnam, dan China dimana mereka ditangkap secara komersial
Meski kebanyakan hidup di laut lepas, beberapa spesies juga ditemukan dekat terumbu karang. Perlu diketahui bahwa pola migrasi historis bisa berubah akibat faktor lingkungan atau aktivitas manusia, seperti yang terjadi pada populasi ikan terbang di sekitar Barbados.
Dalam jaring-jaring kehidupan laut yang kompleks, ikan terbang menempati posisi penting sebagai penghubung. Menu utama mereka adalah plankton, organisme mikroskopis yang mengikuti arus laut. Mereka juga melengkapi dietnya dengan krustasea kecil, telur ikan, dan larva ketika tersedia. Beberapa spesies bahkan bersifat omnivora, mengonsumsi baik materi tumbuhan maupun hewan.
Namun, para “penerbang” lincah ini sekaligus menjadi mangsa penting bagi berbagai predator laut dan burung laut. Di bawah air, mereka diburu oleh:
- Predator tangguh seperti lumba-lumba, tuna, marlin
- Ikan pedang, makarel, cumi-cumi, dan porpoise
Saat berada di udara, mereka justru menjadi sasaran burung pemangsa, terutama cikalang (frigate birds) yang terkenal pandai menyambar mereka di tengah penerbangan. Kemampuan meluncur ikan terbang diduga berkembang terutama sebagai cara menghindari predator bawah air ini.
Yang menarik, ikan terbang muda memiliki trik pertahanan lain – beberapa spesies memiliki filamen mirip kumis di rahang bawah yang membantu mereka menyamar sebagai tumbuhan laut mengambang, memberikan kamuflase alami dari pemangsa.
Dunia ikan terbang dipenuhi keunikan dan pencapaian yang mengagumkan. Kemampuan meluncur mereka telah diteliti secara rinci dan memiliki fakta-fakta yang menakjubkan:
- Rekor terlama ikan terbang bisa melayang mencapai 45 detik
- Sekali melayang, umumnya bisa sampai 50 meter, tapi ada yang bahkan sampai lebih dari 400 meter.
- Kemampuan melayang mereka mencapai sekitar 6 meter di atas permukaan laut
- Rata-rata kecepatan mereka berkisar 70 km/jam saat meluncur
Salah satu keunikan ikan terbang adalah ketertarikan mereka pada cahaya. Para nelayan memanfaatkan perilaku ini dengan menggunakan lampu di malam hari untuk menarik mereka ke jaring atau kapal. Bahkan ada laporan dari pelaut yang menemukan ikan terbang terdampar di geladak kapal karena tertarik lampu kapal semalaman.
Selain keajaiban biologisnya, ikan terbang juga memiliki nilai budaya dan ekonomi yang penting di berbagai belahan dunia. Di Barbados, mereka bukan hanya melimpah tetapi juga menjadi bagian vital identitas nasional – menghiasi mata uang lokal dan menjadi bahan utama hidangan khas negara tersebut.

Dalam dunia kuliner, masyarakat Jepang menggunakan telur ikan terbang (tobiko) sebagai salah satu bahan yang populer untuk olahan makanan sushi. Negara lain seperti di Vietnam, Tiongkok, Indonesia, dan India menjadikan ikan terbang sebagai komoditas perikanan yang penting.
Yang menarik, kemampuan meluncur ikan terbang bahkan menginspirasi dunia teknologi. Pada awal abad ke-20, desain aerodinamis mereka dipelajari sebagai model potensial untuk pengembangan pesawat terbang – bukti nyata bagaimana solusi alam dapat menginspirasi inovasi manusia.
Jika kita menengok sejarah evolusi, konsep meluncur pada ikan ternyata bukan penemuan baru. Fosil tertua ikan yang mampu meluncur berasal dari keluarga Thoracopteridae yang sudah punah, hidup pada periode Trias Tengah sekitar 235–242 juta tahun lalu. Yang menarik, ikan purba ini tidak memiliki hubungan langsung dengan ikan terbang modern saat ini.

Sirip mirip sayap pada kedua kelompok ini merupakan contoh sempurna evolusi konvergen—di mana tekanan lingkungan yang serupa menyebabkan kemunculan ciri yang mirip secara independen. Ikan terbang modern (famili Exocoetidae) diperkirakan muncul jauh lebih baru dalam sejarah Bumi, dengan bukti fosil dari epoch Eosen Awal.
Diduga, kemampuan meluncur pada ikan purba ini—sama seperti kerabat modernnya—berkembang sebagai cara menghindari pemangsa, mungkin bahkan reptil laut yang mendominasi lautan pada masa itu. Penelitian terbaru juga mulai mengungkap dasar genetik yang membentuk sirip unik mereka.

Kesimpulannya, ikan Torani, atau ikan terbang, merupakan bukti keanekaragaman dan kecerdikan yang luar biasa dari kehidupan di lautan kita. Ikan ini bukan hanya perenang biasa; mereka adalah penerbang alam yang luar biasa, memiliki serangkaian adaptasi unik yang memungkinkan mereka untuk menentang keberadaan akuatik mereka, meskipun hanya untuk sementara waktu. Dari ekornya yang kuat yang melontarkan mereka ke udara hingga siripnya yang seperti sayap yang membawa mereka di atas ombak, ikan terbang terus memikat dan menginspirasi, mengingatkan kita akan keajaiban tak berujung yang ada di lautan dunia.
Tanggapan