Jarang Dibahas, Ikan-Ikan Unik Penghuni Terumbu Karang dan Masa Depan Rumahnya

Ikan Nemo (Giru Ocellaris), Ikan Dori (Botana Leter Enam), Ikan Mandarin, Ikan Moorish Idol, Ikan Singa, dan Ikan Kepe adalah beberapa jenis ikan dari ribuan spesies ikan yang hidup di terumbu karang.

Ikan-ikan tersebut sangat terkenal dengan keindahan warna dan bentuknya sehingga menjadi idola bagi penghobi snorkeling. Namun, ada banyak ikan yang jarang sekali dibahas, padahal sering dan mudah ditemukan di ekosistem terumbu karang di Indonesia, seperti ikan sersan mayor. Selain itu ada ikan apa lagi, ya?

Ikan-Ikan Unik Penghuni Terumbu Karang

Ikan Sliding (Sweeper)

Ikan Sliding ini jarang dibahas dan diketahui orang kebanyakan, padahal ikan ini sering dan cukup mudah ditemukan bergerombol.

Ikan Sliding bergerombol. / Foto: Peter Pelacak Alam

Bentuk tubuhnya pipih dan sering ditemukan berlindung di bawah atau di sekitar terumbu karang saat siang hari. Namun mereka akan lebih aktif di malam hari untuk berburu mangsanya seperti ikan dan udang kecil.

Ikan Sembilang (Stripped Eel Catfish)

Ikan sembilang adalah ikan yang berbentuk seperti ikan lele dengan pola bergaris horizontal. Ikan ini sering ditemukan bergerombol yang terdiri dari puluhan hingga ratusan individu.

Ikan Sembilang. / Foto: Peter Pelacak Alam

Ikan sembilang memiliki tiga patil di area kepala dan bisa memberikan rasa sakit pada manusia jika terkena tusukan.

Ikan Dakocan Putih (Two Stripe Damsel)

Ikan Dakocan Putih (atas) di terumbu karang yang mengalami pemutihan. / Foto: Peter Pelacak Alam

Ikan Dakocan Putih umumnya hidup berkoloni dalam sebuah terumbu karang. Mereka cukup agresif terhadap species ikan dan hewan laut lainnya. Mereka akan mengusir species lain yang mendekat ke terumbu karang yang mereka tinggali, termasuk manusia.

Ikan Dakocan Hitam (Three Spotted Damsel)

Ikan Dakocan Hitam. / Foto: Peter Pelacak Alam

Memiliki perilaku yang sama dengan Ikan Dakocan Putih, Ikan Dakocan Hitam ini juga hidup berkoloni dan agresif terhadap spesies ikan dan hewan laut lainnya. Namun, dakocan hitam tidak hanya ditemukan di terumbu karang, ikan ini juga sering ditemukan menjadikan bulu babi, anemon, dan lamun sebagai tempat tinggalnya.

Ikan Sersan Mayor (Sergeant Major)

Ikan Dakocan Hitam dewasa (hitam – kiri) dan Ikan Sersan Mayor (belang – kanan). / Foto: Peter Pelacak Alam

Ikan sersan mayor adalah ikan yang ditemukan hampir di semua ekosistem terumbu karang di Indonesia. Mereka adalah pemangsa yang cukup agresif dan bisa memakan hampir semua jenis makanan yang diberikan. Umumnya berkumpul dalam jumlah ratusan.

Ikan Onde-Onde/Kompele/Brownkelly (Harlequin Sweetlips)

Ikan Onde-Onde ini pasti menjadi pusat perhatian bagi siapapun yang melihatnya. Warna dan polanya cukup unik yakni marun hingga kecokelatan dengan bintik putih. Gerakannya juga cukup lucu seperti menari.

Ikan Onde-Onde. / Foto: Peter Pelacak Alam

Ikan ini cukup mudah diamati karena jarang bersembunyi jika didekati. Uniknya lagi, semakin bertambahnya usia, pola dan warna tubuhnya akan berubah jauh.

Ikan Terompet (Trumpet Fish)

Ikan Terompet. / Foto: Peter Pelacak Alam

Sering dikira ikan jarum karena bentuk tubuhnya yang memanjang, namun ikan ini adalah ikan terompet. Ciri khas ikan terompet yang membuatnya berbeda dengan ikan jarum adalah bagian ekor yang lebih kecil dari pada ukuran badannya.

Ikan Piso-Piso (Razorfish)

Ikan Piso-Piso adalah ikan yang paling unik dari sekian banyak jenis ikan. Bentuknya mirip seperti daun atau pisau yang tegak lurus dan mereka pun berenang secara tegak lurus.

Ikan Piso-Piso. / Foto: Peter Pelacak Alam

Ikan ini ditemukan bergerombol dengan koloni hingga puluhan individu dan ditemukan di banyak habitat perairan seperti terumbu karang, dasar laut berpasir, padang lamun, bahkan laut dangkal di sekitar pantai.

Ikan Dokter (Blue Cleaner Wrasse)

Ikan Dokter (dua di tengah). / Foto: Peter Pelacak Alam

Ikan yang berwarna hitam biru ini dikenal dengan nama ikan dokter atau ikan bersih-bersih. Nama ini didapat karena ikan ini memang sering ditemukan sedang memakan sel-sel kulit mati ikan atau hewan laut sehingga menjadi salah satu ikan yang punya simbiosis mutualisme dengan hewan laut terbanyak.

Mengapa Ada Banyak Ikan dan Hewan Laut Menghuni Terumbu Karang?

Ekosistem terumbu karang memberikan tempat hidup yang aman dan nyaman bagi banyak species ikan di lautan. Banyak ikan menjadikan terumbu karang sebagai tempat untuk bertelur agar telur-telur mereka tidak bisa dijangkau oleh predator di laut.

Selain itu terumbu karang juga menghasilkan makanan bagi hewan-hewan kecil yang kemudian dimangsa oleh hewan laut, dan dimangsa kembali oleh hewan laut lainnya sehingga terjadi rantai makanan.

Banyaknya variasi hewan laut yang hidup di terumbu karang menjadikan ekosistem ini sebagai tempat paling produktif di lautan.

Anak-anak ikan menjadikan terumbu karang sebagai tempat untuk bersembunyi. / Foto: Peter Pelacak Alam

Peranan terumbu karang sangat penting bagi manusia karena menjadi sumber pangan kelautan, ekonomi, rekresasi, hingga spiritual. Namun, dari sekian banyaknya manfaat yang diberikan, terumbu karang malah saat ini sudah mengalami banyak kerusakan akibat ulah manusia. Salah satunya adalah fenomena pemutihan terumbu karang (coral bleaching) akibat kenaikan suhu air laut.

Mengapa Kenaikan Suhu Air Laut Mengakibatkan Pemutihan Terumbu Karang dan Apa Penyebabnya?

Untuk memahami penyebab pemutihan terumbu karang, kita perlu paham dengan apa yang membuat atau menyusun sebuah terumbu karang.

Terumbu karang adalah koloni hewan yang disebut polip yang berwarna transparan dengan kerangka kapur putih yang mereka hasilkan sebagai tempat tinggalnya.

Untuk mencukupi kebutuhan energi dan makanannya, polip-polip ini yang bersimbiosis dengan alga yang disebut Zooxanthellae yang hidup di jaringan polip.

Zooxanthellae mendapatkan makanan melalui fotosintesis, sehingga bergantung pada polip untuk hidup dan berlindung. Sebagai gantinya Zooxanthellae memberikan makanan kepada polip dari hasil fotosintesisnya dalam bentuk glukosa, gliserol, dan asam amino. Selain itu Zooxanthellae juga memberikan warna khas dari terumbu karang yang bisa kita lihat.

Saat kenaikan suhu air laut terjadi, Zooxanthellae menjadi stress dan meninggalkan polip. Tanpa adanya Zooxanthellae, polip pun kembali ke warna aslinya sehingga kerangka putih terumbu karang terekspos yang kita kenal dengan peristiwa pemutihan terumbu karang atau Coral Bleaching.

Tanpa simbiosisnya dengan Zooxanthellae, terumbu karang menjadi kekurangan makanan dan rentan terhadap penyakit dan sebagian besar hanya akan bertahan dalam waktu kurang dari 10 hari. Setelah itu, terumbu karang akan mati, menjadi rapuh, dan perlahan akan ditutupi oleh lumut, pasir, dan debu laut.

Kondisi terumbu karang yang mengalami pemutihan secara masal. / Foto: Peter Pelacak Alam

Lalu, apa yang menjadi penyebab kenaikan suhu air laut? Kenaikan suhu air laut adalah akibat menumpuknya gas rumah kaca seperti CO2 di atmosfer.

Gas ini membuat panas terperangkap di atmosfer bumi dan tidak terlepas ke angkasa. Gas CO2 ini berasal dari dari pembakaran bahan bakar fosil seperti pembangkit listrik tenaga batu bara dan penggunaan kendaraan bermotor berbahan bakar fosil seperti bensin dan solar.

Gas CO2 dalam jumlah wajar dapat diserap oleh tumbuhan dan algae melalui proses fotosintesis, namun pembangunan dan pembuangan limbah tanpa mempedulikan lingkungan membuat berkurangnya luas hutan dan pesisir sehingga penyerapan alami CO2 juga semakin berkurang.

Di saat terumbu karang bertahan menghadapi krisis iklim ini, di saat yang sama mereka juga harus menghadapi hal-hal lain yang mengancam kelestariannya.

Beberapa hal lainnya adalah penangkapan ikan ilegal menggunakan jaring pukat, bius, bom, overfishing serta pembuangan sampah dan limbah ke laut.

Potret kondisi terumbu karang yang sudah mati. / Foto: Peter Pelacak Alam

Sebagai Masyarakat, Apa yang Dapat Kita Lakukan?

Sebagai masyarakat, jangan berkecil hati dan merasa kita tidak bisa berkontribusi untuk program restorasi terumbu karang.

Ada beberapa hal yang dapat kita lakukan yang dapat membantu memberikan efek tidak langsung terhadap terumbu karang, di antaranya:

1. Sebisa mungkin menggunakan kendaraan umum untuk berpergian atau menggunakan kendaraan bermotor seperlunya saja. Dengan mengurangi penggunaan kendaraan bermotor, kita ikut mengurangi penambahan gas CO2 ke atmosfer.

2. Beralih ke penggunaan energi yang lebih sustainable seperti menggunakan panel surya di sebagian atau sepenuhnya untuk peralatan listrik di rumah. Listrik yang kita gunakan saat ini sebagian besar dihasilkan oleh pembangkit listrik yang menggunakan batu bara sebagai bahan bakar.

Pembakaran batu bara merupakan salah satu penyumbang gas CO2 terbesar di Indonesia. Saat ini, solar panel adalah salah satu penghasil listrik yang sudah tersedia di pasaran dan mudah instalasinya.

    3. Tidak membuang sampah sembarangan sehingga tidak beterbangan dan berakhir ke laut. Mengurangi atau menghentikan penggunaan plastik sekali pakai. Kantong plastik kerap ditemukan tersangkut di sekitar terumbu karang.

    4. Membeli ikan di pasar tradisional. Selain membantu perekonomian nelayan lokal, kita juga secara tidak langsung mengurangi pembelian ikan dari industri perikanan yang sering kali melakukan penangkapan ikan secara besar-besaran dan serampangan.

    5. Tidak membeli ikan-ikan yang dilindungi seperti napoleon, ikan pari, dan ikan hiu. Sehingga, nelayan tidak lagi tertarik untuk menangkap dan menjual ikan-ikan tersebut.

    6. Membagikan pengetahuan ini ke berbagai platform media sosial agar makin banyak lagi yang paham tentang pentignya laut dan terumbu karang sebagai penopang dan sumber kehidupan.

    Baca juga: Dampak Bumi Memanas: Tak Hanya Terumbu Karang yang Jadi Korban, Kini Ratusan Ribu Ikan Mati

    Editor: J. F. Sofyan

    Artikel Terkait

    Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

    Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

    Overfishing dan Kekeringan Laut

    Peningkatan suhu global menyebabkan peningkatan penguapan air dari permukaan laut, yang pada gilirannya meningkatkan konsentrasi garam dalam air laut. Kekeringan laut terjadi ketika air laut menguap lebih cepat daripada yang dapat digantikan oleh aliran air segar, seperti dari sungai-sungai atau curah hujan. Akibatnya, air laut menjadi lebih asin dan volume air laut berkurang.

    Tanggapan