Dampak Bumi Memanas: Tak Hanya Terumbu Karang yang Jadi Korban, Kini Ratusan Ribu Ikan Mati

AFP News, Ratusan ribu ikan mati

Gelombang panas ekstrem diketahui tengah melanda dunia beberapa waktu terakhir. Di Asia tenggara terutama di Myanmar, telah dilaporkan dalam banyak media massa bahwa gelombang panas ekstrem melanda dengan suhu mencapai 48,2 derajat Celsius pada April 2024.

Begitu pula terjadi di Thailand dengan suhu mencapai 41 derajat Celsius. Bahkan udara panas ini sampai menyebabkan 30 orang meninggal dunia, terkait “heat stroke”.

Di Kamboja, suhu mencapai 43 derajat Celcius, yang membuat PM Hun Sen mempertimbangkan untuk menutup sekolah demi melindungi guru dan siswa.

Peristiwa ini diduga berakar dari masalah mendasar yaitu krisis iklim, lalu menyebabkan gelombang panas tersebut yang diketahui sejak awal tahun 2023, berdampak terhadap pemutihan terumbu karang secara massal. Hal itu terjadi di seluruh wilayah tropis, termasuk di Florida di AS, Karibia, Brazil, Pasifik Tropis bagian timur (termasuk Meksiko, El Salvador, Kosta Rika, Panama, dan Kolombia), Great Barrier Reef Australia, wilayah di Pasifik Selatan (termasuk Fiji, Vanuatu, Tuvalu, Kiribati, Samoa, dan Polinesia Prancis), Laut Merah (termasuk Teluk Aqaba), Teluk Persia, dan Teluk Aden.

NOAA juga telah menerima konfirmasi mengenai pemutihan yang meluas di bagian lain cekungan Samudera Hindia, termasuk di Tanzania, Kenya, Mauritius, Seychelles, Tromelin, Mayotte dan lepas pantai barat Indonesia.

Kini dilaporkan (5/1) ratusan ribu ikan mati di sebuah waduk di Provinsi Dong Nai, Vietnam selatan. Gelombang panas yang parah dan pengelolaan danau disebut sebagai penyebabnya.

Ratusan ribu ikan mati di sebuah waduk Provinsi Dong Nai, Vietnam selatan akibat gelombang panas. / Foto: AFP

Foto-foto yang diterbitkan di media lokal menunjukan warga mengarungi dan berperahu melintasi waduk Song May seluas 300 hektar. Sekujur waduk bukan lagi air, tapi bangkai ikan yang membusuk.

Pengelola waduk sempat melakukan upaya dengan memanfaatkan banyak air untuk menyelamatkan tanaman di hilir. Pengelola mencoba merenovasi waduk, mendatangkan pompa untuk mengeluarkan lumpur agar ikan memiliki lebih banyak ruang dan air.

Ratusan ribu ikan mati di sebuah waduk yang mengering di Provinsi Dong Nai, Vietnam selatan akibat gelombang panas. / Foto: AFP

Namun upaya itu gagal total, dan tak perlu menunggu terlalu lama untuk terjadinya bencana kematian massal ikan di dalam waduk. Media lokal memperkirakan jumlah ikan yang mati mencapai 200 ton.

Suhu di Provinsi Dong Nai, Vietnam, seratus kilometer dari Ho Chi Minh City, mencapai 40 derajat Celcius sepanjang April 2024 dan tercatat memecahkan rekor tertinggi yang tercatat tahun 1998.

Ratusan ribu ikan mati di sebuah waduk yang mengering di Provinsi Dong Nai, Vietnam selatan akibat gelombang panas. / Foto: AFP

Peristiwa ini menjadi alarm nyata dan bukti nyata yang menunjukan betapa dahsyatnya dampak-dampak turunan akibat krisis iklim. Tidak bisa menunggu lama lagi, dunia dan para pemimpin harus segera melakukan tindakan signifikan dalam menurunkan emisi agar tidak memperparah krisi iklim untuk keselamatan umat manusia dan seluruh lini sistem penopang alam dan sumber pangan.***

Baca juga: Konfirmasi NOAA: Bencana Pemutihan Karang Massal yang Ke-4 Tengah Terjadi

Sumber: AFP News, Reqnews

Artikel Terkait

Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

Penerapan Kampung Ikan Berbasis Teknologi Hatchery dalam Optimalisasi Percepatan Kemandirian Pangan Perikanan Nasional

Salah satu kisah sukses teknologi hatchery adalah hatchery skala rumah tangga (HSRT) yang terdapat dibagian utara Bali.

Teknologi ini dikembangkan oleh Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut Gondol Bali dan dengan pesat diterapkan oleh nelayan – nelayan setempat yang awalnya ingin mengadakan diversifikasi usaha dari perikanan budidaya secara tradisional ke perikanan budidaya skala industri seperti tambak dan keramba jaring apung.

Tanggapan