Kepulauan Seribu Terkepung Sampah

Berita atau informasi tentang penggunaan plastik sekali pakai maupun produk-produk lainnya yang sulit diurai dan jumlahnya semakin banyak tentu kita sudah sering lihat atau dengar baik di Televisi maupun Media Sosial yang akrab kita gunakan setiap harinya.

Bosen gak sih liat sampah tiap hari? ngebetein banget pasti, gak sedap untuk dipandang gitu.

Perairan maupun pesisir pulau di kawasan Kepulauan Seribu setiap hari dikepung oleh sampah, baik itu sampah yang sulit terurai (Anorganik) maupun sampah yang mudah terurai (Organik). Sampah yang mengepung cukup lengkap mulai dari sandal jepit, botol bekas oli, kemasan makanan atau minuman instan, bambu sampai boneka dan mainan anak pun kita dapat jumpai bahkan helm dan jok mobil pun ikut serta mengepung.

Aneh gak sih genk! kenapa barang-barang itu bisa sampai disini, gak mungkin banget kan yak sampah kayak jok mobil itu berasal dari pulau-pulau kecil di kepulauan seribu, soalnya di pulau gak ada tuh mobil. Dapat dipastikan itu semua berasal dari darat baik Jakarta, Banten maupun daerah lainnya sekitaran kepulauan seribu.

Setiap hari dikepung sampah apa gak pernah dibersihkan tuh sampah? Sekedar informasi saja buat kalian, setiap harinya ada petugas yang membersihkan sampah di pesisir dan perairan kepulauan seribu loh, dan sampah yang dikumpulkan itu sebagaian ada yang dimanfaatkan sebagai bahan untuk pembuatan pupuk kompos, ada juga yang diolah menggunakan insenerator, dan sisanya diangkut menggunakan Kapal Laut Bersih milik Sudin LH ke Jakarta untuk diolah lebih lanjut.

Jumlah limbah yang diangkut setiap hari bisa puluhan ton, banyaknya sampah yang mengepung Kepulauan Seribu setiap harinya. Hal ini merupakan pekerjaan besar karena sampah akan terus ada dan mengapung. Tapi sampai kapan ?

Tanpa kita sadari sampah yang mengepung ini ternyata merugikan kita semua, apa saja sih kerugian kita?

Pertama, tentu saja ini mengganggu estetika yang seharusnya pulau-pulau cantik itu sedap dipandang jadi terlihat kusam. Pulau seribu merupakan pulau yang mengandalkan sektor pariwisata, jika pulau kotor maka kunjungan wisatawan akan menurun .

Kedua, dampak kesehatan bagi mahluk hidup, selain bau sampah yang mengganggu pernafasan kita, sampah-sampah tersebut juga dapat terdegredasi jadi partikel kecil seperti halnya plastik menjadi mikroplastik, berdasarkan beberapa penelitian mikroplastik ini sering ditemukan pada ikan-ikan yang dikonsumsi oleh kita, akibat dari mikroplastik ini fatal loh karena partikel tersebut bersifat karsinogenk.

Ketiga,  biaya yang dikeluarkan untuk menangani sampah ini cukup besar, coba bayangkan biaya yang keluar dari kegiatan ini dari mulai biaya untuk SDM, operasional kapal, dan operasional kendaran pengangkut lain sampai dengan pengolahannya.

Keempat, hal ini juga berdampak ke sektor ekonomi masyarakat seperti nelayan yang jaringnya atau mesin kapalnya rusak karena tersangkut sampah, jumlah tangkapan yang menurun karena wilayah tangkapan mereka tercemar, sampah biaya bahan bakar yang membengkak karena mereka harus melaut lebih jauh lagi. Dan tentunya masih ada lagi kerugian yang kita alami.

Lalu apa yang bisa kita lakukan agar hal ini tidak terus terjadi? Yap genk! tentunya kita harus bijak lagi dalam hal penggunaan plastik dan pengolahan sampah yang kita hasilkan, kalau itu sudah kita lakukan jangan bosen untuk terus melakukannya dan juga mengajak orang disekitar kita untuk ikut serta melakukannya.

Salam Lestari dan Laut Sehat!

Editor : Annisa Dian Ndari

Artikel Terkait

Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

Tanggapan