Bio-Testo Fish: Suplemen Bio Hormon Dari Bahan Madu Alami untuk Meningkatkan Produktifitas Budidaya Ikan

budidaya ikan

Salah satu cara untuk memproduksi populasi monoseks adalah dengan teknologi sex reversal, yaitu suatu teknologi yang mengarahkan perkembangan kelamin menjadi jantan atau betina semua.

Sex reversal dilakukan pada saat gonad ikan belum terdiferensiasi menjadi jantan atau betina. Cara yang umum dilakukan untuk memperoleh populasi ikan monoseks jantan adalah dengan menggunakan hormon steroid 17α-metiltestosteron (MT).

Namun demikian, penggunaan hormon MT diduga dapat menyebabkan adanya residu. Residu hormon MT diduga bersifat karsinogenik pada manusia (Phelps et al. 2001). Hal ini sangat berbahaya mengingat sifat dari bahan hormon MT yang dapat memicu pengaktifan sel kanker di dalam tubuh manusia apabila mengkonsumsi ikan yang terkontaminasi oleh hormon sintetik tersebut.

Selain itu, MT juga sulit untuk didegradasi secara alami, sehingga berpotensi sebagai endocrine residue agent (Conteras-Sancez dan Fitzpatrick 2001). Bahan lain yang telah terbukti efektif untuk sex reversal pada ikan adalah aromatase inhibitor seperti fadrozole (Kwon et al. 2000).

Namun demikian, aromatase inhibitor termasuk obat yang tidak dijual bebas sehingga tidak mudah diperoleh. Selain itu, penggunaan bahan perangsang steroid yang tidak tepat dapat mengakibatkan kematian, kemandulan, dan pencemaran lingkungan yang merugikan organisme lain.

Madu merupakan bahan alami yang mengandung flavonoid chrysin dan diduga dapat berfungsi sebagai bio-hormon testosteron serta sebagai zat penghambat kerja enzim aromatase atau sebagai aromatase inhibitor (Dean 2004).

Madu bersifat ramah lingkungan, dan kandungan mineralnya tinggi, terutama kalium. Kalium dalam madu diduga dapat berfungsi sebagai pengarah diferensiasi kelamin ikan melalui modulasi peredaran testosteron, dan pengendalian tindakan androgen (Capelo et al. 2001).

Penggunaan madu untuk sex reversal telah dilakukan baik melalui pakan maupun perendaman. Dari penjelasan di atas maka perlu adanya penelitian lanjutan mengenai bagaimana tingkat efektifitas madu terhadap sex reversal.

Pembudidayaan ikan.

Tujuan pengembangan inovasi ini yaitu untuk menentukan formulasi pembuatan hormon alami terbaik terhadap pengaruh maskulinisasi larva ikan, serta produk Bio-Testo Fish ini dibuat dengan tujuan agar para pelaku usaha budidaya ikan sudah tidak lagi menggunakan hormon sintetik 17α-metiltestosteron yang diduga memiliki sifat karsinogenik dan sulit didegradasi oleh alam sehingga dapat menjadi bahan pencemar lingkungan.

Rencana Keberlanjutan Inovasi Bio-Testo Fish

Agar memudahkan dalam proses produksi Bio-Testo Fish, bahan madu akan diubah menjadi serbuk dengan menggunakan alat pengering semprot (spray dryer).

Setelah bahan madu sudah dijadikan dalam bentuk serbuk, selanjutnya dosis 20 ml madu yang sudah ditetapkan sebagai dosis ideal dalam sex reversal akan dilakukan konversi ke dalam bentuk gram. Massa jenis madu dikalikan volume, 1,36 g/ml x 20 ml = 27,2 gram.

Dari penelitian ini, inovasi produk Bio-Testo Fish berhasil di kembangkan dengan formulasi terbaik dalam penggunaannya.

Suplemen ini merupakan hormon testosteron alami dari bahan madu untuk maskulinisasi ikan yang terbukti sangat efektif dalam membalikkan ke arah jenis kelamin jantan dengan persentasi keberhasilan 100% melalui hewan uji coba larva ikan mas (Cyprinus carpio).

Dalam tahap pengembangannya, Bio-Testo Fish akan dikemas dalam bentuk serbuk dengan berat 27 gram per saset. Fungsi pengemasan dalam bentuk saset agar lebih memudahkan konsumen untuk mengukur takarannya. Mengingat 1 saset digunakan untuk 1 Liter air.

Sebagai standar baku dalam pembuatan suplemen Bio-Testo Fish, maka dibuatkanlah ketentuan formulasi berikut ini :

Komposisi:100 % Madu Murni
Cara Penggunaan:
  • Dilakukan saat larva ikan berusia 6 hari
  • Lakukan perendaman larva ikan dengan serbuk madu dengan perbandingan 1 saset untuk 1 liter air
  • Perendaman dilakukan selama 10 jam
  • Apabila sudah selesai dilakukan perendaman, media air diganti dengan air yang baru
  • Penamapakan awal pembentukan gonad jantan sudah bisa di identifikasi secara mikroskopik saat larva ikan berusia 17 hari
Kegunaan:Menghasilkan ikan monoseks dan bertujuan untuk menunjang pertumbuhan yang cepat, mencegah pemijahan liar, mendapatkan penampilan yang baik, dan menunjang genetika ikan. Aplikasi disarankan untuk komoditi ikan nila, gurame, patin, lele dan berbagai jenis ikan hias
Berat:27 gram / 1 liter air
Produk Bio-Testo Fish.

Dengan demikian, produk Bio-Testo Fish sudah dapat dikembangkan untuk kegiatan komersial. Selanjutnya, produk ini harus memiliki izin usaha dan uji kelayakan produk melalui Sertifikasi Pendaftaran Obat Ikan ke Kementrian Kelautan dan Perikanan. Hal ini penting dilakukan sebelum produk Bio-Testo Fish dapat diperdagangkan di pasaran.

Aspek Kebermanfaatan Bio-Testo Fish bagi Masyarakat

Bio-Testo Fish merupakan produk hormon testosteron alami dan satu satunya produk bio-hormon pertama di indonesia yang menggunakan bahan madu untuk maskulinitas ikan.

Produk ini dibuat dengan tujuan agar para pelaku usaha budidya ikan sudah tidak lagi menggunakan hormon sintetik 17α-metiltestosteron (MT) yang diduga memiliki sifat karsinogenik dan sangat sulit di degradasi oleh alam sehingga dapat menjadi bahan pencemar lingkungan.

Inovasi pengembahan produk Bio-Testo Fish ini memiliki banyak keunggulan diantaranya yaitu :

  1. memiliki senyawa kuat fitokimia chrysin sebagai bio-hormon testosteron.
  2. terbuat dari bahan alami madu sehingga tidak bersifat karsinogenik
  3. sangat ramah lingkungan dan mudah didegradasi oleh alam
  4. terbukti efektif dalam pengarahan jenis kelamin jantan

Dengan adanya inovasi ini diharapkan dapat memberikan konstribusi terhadap para pelaku usaha budidaya ikan agar dapat meningkatkan hasil ikan monoseks yang memiliki banyak manfaat baik dari segi pertumbuhan dan pemuliaan genetik sehingga mampu meningkatkan produktifitas hasil panen.

Baca juga: Tips Budidaya Ikan Bandeng, Potensi Usaha dan Pemenuhan Gizi Masyarakat Indonesia

Editor: J. F. Sofyan

Artikel Terkait

Overfishing dan Kekeringan Laut

Peningkatan suhu global menyebabkan peningkatan penguapan air dari permukaan laut, yang pada gilirannya meningkatkan konsentrasi garam dalam air laut. Kekeringan laut terjadi ketika air laut menguap lebih cepat daripada yang dapat digantikan oleh aliran air segar, seperti dari sungai-sungai atau curah hujan. Akibatnya, air laut menjadi lebih asin dan volume air laut berkurang.

Penerapan Kampung Ikan Berbasis Teknologi Hatchery dalam Optimalisasi Percepatan Kemandirian Pangan Perikanan Nasional

Salah satu kisah sukses teknologi hatchery adalah hatchery skala rumah tangga (HSRT) yang terdapat dibagian utara Bali.

Teknologi ini dikembangkan oleh Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut Gondol Bali dan dengan pesat diterapkan oleh nelayan – nelayan setempat yang awalnya ingin mengadakan diversifikasi usaha dari perikanan budidaya secara tradisional ke perikanan budidaya skala industri seperti tambak dan keramba jaring apung.

Tanggapan