Berkenalan Dengan Dua Proyek Penelitian Baru Terkait Transisi Energi dan Mitigasi Penggunaan Lahan di Indonesia

Kabar peluncuran dua proyek penelitian LANDMARC dan TIPPING+ membawa angin segar bagi sektor lingkungan hidup di Indonesia. Pada hari ini, su-re.co (Sustainability and Resilience) secara resmi memperkenalkan dua proyek penelitian energi terbarukan di Indonesia kepada publik.

Melaui Sustainability and Resilience Kick-off Workshop, su-re.co juga hendak menggandeng potensi kolaborasi dengan menyalaraskan proyek dan perencanaan dengan para mitra yang hadir. Dr. Takeshi Takama, CEO su-re.co membuka workshop dengan ajakan kolaborasi kepada para peserta yang terdiri dari para pemangku kebijakan di tingkat daerah dan nasional, juga para mitra peneliti dan organisasi internasional.

“(Melalui workshop ini), kami beralih ke langkah berikutnya yaitu meningkatkan skala aktivitas dan proyek kami (Dengan Proyek IKI Small Grant), kami bertujuan untuk melakukan carbon offset melalui sistem blockchain. Proyek ini juga berkontribusi bersama dengan proyek TIPPING+ dan LANDMARC. Dengan penyalarasan tiga proyek ini, diharapkan dapat terus berdiskusi bagaimana su-re.co bisa berkontribusi untuk Indonesia, seperti program perencanaan dan kebijakan pembangunan rendah karbon” tegasnya.

Kegiatan workshop yang berlangsung pada Selasa siang turut dihadiri oleh 73 perwakilan organisasi dari berbagai sektor, seperti industri, pemerintah nasional, pemerintah daerah, LSM dan peneliti berskala internasional. Pada kegiatan ini juga turut hadir para pembicara utama Dr. Takeshi Takama (CEO su-re.co), Eise Spijker (Koordinator Proyek LANDMARC), J. David Tàbara (Koordinator Proyek TIPPING+), Florian Herzog (Koordinator Program IKI Small Grant), Irfan Darliazi Yananto (Perencana Direktorat Lingkungan Hidup, BAPPENAS) dan Trois Dilisusendi (Koordinator Penyiapan Program Bioenergi, Kementrian ESDM).

Para pembicara menjelaskan topik-topik terkait mitigasi penggunaan lahan, transisi energi bersih, dan biogas dengan sistem blockchain. Selain itu para pembicara menyampaikan sambutan baik dan harapannya bagi proyek ini untuk mebantu percepatan energi terbarukan di Indonesia.

Irfan Darliazi selaku perwakilan dari Direktorat Lingkungan Hidup BAPPENAS (Kementerian Perencanaan dan Pembangunan Nasional) menjelaskan bahwa “Terdapat program dan kegiatan prioritas, dan proyek prioritas nasional dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 yang memasukkan inisiatif pembangunan rendah karbon (LCDI) dan pengurangan risiko bencana dan iklim. Sekarang, kami harus menjaga kebijakan LCDI di jalurnya.”

Pada sesi Accelerating Clean Energy Transition, Dilisusendi selaku Koordinator Penyiapan Program Bioenergi, menegaskan bahwa “Pemerintah berkomitmen untuk mencapai bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) sesuai dengan target RUEN 23% di 2025 dengan strategi yang digunakan adalah substitusi energi primer, konversi energi primer dari bahan bakar fosil, penambahan kapasitas PLT EBT, dan pemanfaatan EBT non-listrik lainnya.

Pemerintah sedang menyiapkan Grand Strategy Energi Nasional (GSEN) dengan visi Menciptakan ketahanan dan kemandirian energi nasional. Untuk berhasil mencapai target nasional bauran EBT, maka diperlukan percepatan transisi menuju energi bersih. Dalam hal ini, pemerintah tidak bisa berjalan sendiri melainkan butuh kerjasama dan dukungan dari pemangku kepentingan yang terkait. Adapun beberapa kolaborasi yang bisa dilakukan diantaranya : Pengembangan teknologi EBT skala kecil menengah di daerah terpencil, Pendanaan green financing, dan penguatan capacity building bagi pemerintah daerah dalam mengelola EBT”

Proyek LANDMARC (Land Use Based Mitigation for Resilient Climate Pathways) di Indonesia turut menggandeng para pemangku kepentingan dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dan Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) untuk mengeksplorasi potensi penyimpanan karbon atau carbon storage melalui biogas dan kompos di Indonesia. Rangkaian kegiatan mulai dari pengumpulan data, pendekatan ke pemangku kepentingan dan penilaian teknologi mitigasi penggunaan lahan (Land-use Mitigation Technology) akan dilakukan.

“Kick-off Workshop yang diselenggarakan oleh su-re.co adalah titik awal yang baik untuk mulai membangun dampak dan melaksanakan dialog mengenai potensi kolaborasi antara pemangku kepentingan pada tingkat lokal, nasional dan internasional. Workshop seperti ini harus dilanjutkan yang bertujuan tidak hanya untuk memajukan penelitian, tetapi juga memajukan penerapan teknologi dan praktik baru dalam mitigasi Perubahan Iklim” kata Spijker, Koordinator Proyek LANDMARC, pada akhir sesi.

LANDMARC juga terbuka dengan kolaborasi seperti

  • Bertukar / berbagi data dan informasi observasi rupa bumi
  • Pengembangan dan permodelan skenario perubahan iklim dan penggunaan lahan
  • Menilai ketangguhan iklim dan sensitivitas iklim dari solusi emisi negatif dan manfaat tambahan serta trade-off dari solusi mitigasi berbasis lahan (lingkungan, sosial, ekonomi)

Berbeda dengan LANDMARC, proyek TIPPING+ akan meneliti studi kasus di Banten dan Bali. TIPPING+ mengkaji proses sosial dan intervensi kebijakan yang paling strategis yang dapat mengarah ke dalam titik kritis menuju transisi energi bersih di Indonesia sebagai negara berkembang. Secara detailnya, studi kasus di Banten akan berfokus pada penghapusan penggunaan batu bara dalam sistem kelistrikan di Banten dan mempromosikan penggunaan biogas skala rumah tangga di Bali. Kajiannya akan lebih lebih banyak menyoroti sudut pandang kebijakan publik.TIPPING+ terbuka untuk kerjasama antara lain

  • Bertukar / berbagi data kondisi sosial, ekologi, ekonomi, budaya untuk memvisualisasikan transisi energi bersih
  • Menilai intervensi pemberian intervensi kritis yang positif dan negatif untuk mendukung transisi energi bersih
  • Menilai rekomendasi praktis untuk mendukung intervensi kritis yang paling efektif di CCIR (terkait kebijakan, lingkungan, sosial, ekonomi)
  • Mengajak para aktor lokal dan regional seperti LSM, industri batubara, pemerintah lokal dan nasional (misalnya menyelenggarakan event), lembaga penelitian dan masyarakat lokal

Saat presentasi, Tàbara menekankan bahwa dengan Proyek TIPPING+, “Kami mencari visi dan narasi transformatif dalam menciptakan masa depan alternatif yang rendah karbon untuk semua pihak. Ide awal dari proyek TIPPING+ ini adalah bahwa seseorang tidak dapat memprediksi bentuk solusi universal untuk pembangunan yang tidak berkelanjutan (unsustainability) dalam konteks tertentu.

Namun, seseorang dapat bekerja dan belajar secara seksama dengan agen lokal dalam memenuhi kebutuhan dan meningkatkan kapasitas mereka untuk bersama-sama menciptakan dan menerapkan solusi berdasarkan konteksnya [terjemahan dari Bahasa Inggris].”

Selain itu, dengan terpilihnya sebagai penerima IKI Small Grant dari GIZ, su-re.co telah mengembangkan sistem blockchain pada biogas dengan harapan dapat memberikan manfaat finansial bagi petani dan pengguna serta manfaat kelestarian bagi alam dan masyarakat.

Ketiga proyek ini sangat terbuka dengan kolaborasi dari berbagai pihak baik dari peneliti, pemangku kepentingan maupun organisasi yang memiliki proyek di lokasi studi kasus terkait. Untuk informasi selengkapnya, hubungi Sustainability and Resilience (su-re.co) melalui email info@su-re.co.***

Artikel Terkait

Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

Tanggapan