Bagi Ikan Gong, Merusak Tidak Selamanya Buruk
Terumbu karang tumbuh membangun kastil-kastil besar, ikan-ikan berbaris rapih didepannya seakan ada acara kerajaan.
Arus mulai kencang, tampak ikan-ikan besar berjalan pelan di antara bongkahan terumbu karang, perlahan mendekat, menunjukkan tubuhnya yang besar dan bekas luka di jidatnya.
Masyarakat Negeri Kataloka menyebutnya ikan gong, dalam nama populer lain disebut ikan bayan benjol hijau (Bolbometopon muricatum) karena ikan ini memiliki jendolan pada jidatnya yang berbentuk seperti gong.
Gaya hidup bergerombol dan ukuran yang besar memberikan kesan predator untuk ikan gong, namun pada kenyataannya ikan gong adalah ikan yang ramah, ukurannya yang besar justru karena porsi makannya yang dashyat.
Saat lapar, gong dibenturkan ke terumbu karang, menjadikan terumbu karang potongan-potongan kecil sebelum dikunyah dengan gigi tonggosnya.
Peneliti mengatakan setiap individu ikan gong mengkonsumsi 5 ton terumbu per tahunnya, dan menghasilkan pasir putih sebesar 100 pound (sekitar 45 Kg) lebih per tahun dari fesesnya. Hal ini menandakan kelimpahan terumbu karang di Perairan Seram Bagian Timur cukup untuk kebutuhan makan ikan gong.
Bagi masyarakat Negeri Kataloka ikan gong kurang sedap untuk dikonsumsi karena dagingnya yang keras, namun bagi tim Ekspedisi Zooxanthellae, ikan gong menandakan betapa sehatnya laut Seram Timur dan menandakan akan banyak keunikan lain yang ditemukan.
Kekayaan laut timur memberikan masyarakat pesisir kesempatan untuk merasakan beragam jenis ikan. Rata-rata di wilayah Seram Bagian Timur mayoritas ikan targetnya merupakan ikan-ikan karang. Hampir seluruh jenis ikan karang sudah pernah mereka cicipi, salah satunya ikan lucu ini, ikan kotak atau biasa dikenal dengan boxfish.
Disebut boxfish atau ikan kotak karena bentuk tubuhnya yang betul-betul kotak namun itu hanya dialami saat fase juvenile.
Memasuki fase dewasa tubuh boxfish mulai berubah menjadi bentuk persegi panjang. Umumnya tubuh kotak boxfish dilukis polkadot berwarna kontras menutupi warna dasar sisik hexagonalnya.
Hampir seluruh bagian tubuh boxfish tidak berukuran ideal seperti sirip-sirip dan mulut monyongnya yang kecil membuat mata besar boxfish lebih menarik perhatian.
Di balik itu semua boxfish menyembunyikan kemampuan pertahanannya yang super. Ternyata sisik hexagonal boxfish cukup kuat untuk menahan serangan atau gigitan predator, melengkapi kekurangan boxfish yang lamban dalam bergerak dan hidup soliter. Tubuh boxfish juga bisa mengeluarkan lendir beracun (ichthyothoxin) untuk meracuni pemangsanya.
Sepertinya ikan ini tidak bisa diremehkan begitu saja karena fisiknya yang lucu dan terlihat lemah lembut. Menurut masyarakat Pulau Grogos ikan ini enak disajikan bakar walaupun komposisi daging ditubuhnya tidak sebanyak ikan pada umumnya.
Dari cerita masyarakat Pulau Grogos masih banyak lagi ikan unik lain di wilayah Seram Bagian Timur yang sayangnya tim Ekspedisi Zooxanthellae belum sempat lihat. Mungkin di Ekspedisi Zooxanthellae FDC berikutnya yang akan lebih banyak menemukan ikan unik jika kita semua tetap melestarikan alam bawah laut Indonesia.***
Baca juga: Serial Cerita Ekspedisi Zooxanthellae XVII FDC IPB University
Editor: J. F. Sofyan
Tanggapan