Perubahan Iklim: Kenaikan Permukaan Air Laut, Pengasaman, dan Dampaknya terhadap Kesehatan Lautan

Perubahan iklim adalah fenomena global yang semakin hari semakin dirasakan dampaknya. Salah satu sektor yang paling terkena dampaknya adalah kesehatan lautan. Perubahan ini tidak hanya mempengaruhi kehidupan laut, tetapi juga komunitas pesisir yang bergantung padanya. Artikel ini akan membahas tiga aspek utama dari dampak perubahan iklim pada lautan: kenaikan permukaan laut dan pengasaman lautan, dampak pada spesies dan habitat laut, serta strategi adaptasi komunitas.

Kenaikan Permukaan Air Laut

Perubahan iklim, yang sebagian besar disebabkan oleh aktivitas manusia seperti pembakaran bahan bakar fosil dan deforestasi, sangat mempengaruhi lautan di bumi kita. Salah satu dampak paling terlihat dari perubahan iklim adalah kenaikan permukaan air laut. Fenomena ini terutama disebabkan oleh mencairnya es di kutub dan gletser, serta ekspansi termal air laut saat bumi mengalami peningkatan suhu. Menurut Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), permukaan laut global telah naik sekitar 8 inci sejak tahun 1880[1], dan laju kenaikan ini semakin cepat dalam beberapa dekade terakhir.

Kenaikan permukaan air laut yang menyebabkan kebanjiran. / © Athit Perawongmetha / Greenpeace

Kenaikan permukaan laut menimbulkan berbagai ancaman bagi komunitas dan ekosistem pesisir. Daerah yang rendah sangat rentan terhadap banjir, yang dapat menyebabkan jutaan orang terpaksa mengungsi, kehilangan rumah, dan kerusakan infrastruktur. Selain itu, intrusi air asin ke dalam daerah air tawar dapat mencemari pasokan air minum dan merusak pertanian.

Pengasaman Air Laut

Selain kenaikan permukaan laut, pengasaman laut adalah konsekuensi signifikan lainnya dari perubahan iklim. Lautan menyerap sekitar seperempat dari karbon dioksida (CO2) yang dilepaskan ke atmosfer setiap tahun. Ketika CO2 larut dalam air laut, ia membentuk asam karbonat yang menurunkan kadar pH laut. Proses ini, yang dikenal sebagai pengasaman air laut, hal ini lah yang telah meningkatkan keasaman lautan sekitar 26% sejak era Revolusi Industri[1].

Pengasaman laut memiliki implikasi serius bagi kehidupan laut, terutama bagi organisme yang membentuk cangkang atau kerangka dari kalsium karbonat, seperti terumbu karang, moluska, dan beberapa spesies plankton. Air yang lebih asam membuat organisme ini lebih sulit untuk membentuk dan mempertahankan cangkang mereka, yang mengakibatkan struktur yang lebih lemah dan tingkat kematian yang lebih tinggi. Terumbu karang, yang sudah berada di bawah tekanan dari kenaikan suhu laut, menghadapi ancaman tambahan dari pengasaman, yang berpotensi menyebabkan degradasi terumbu secara luas.

Dampak pada Spesies dan Habitat Laut

Dampak perubahan iklim pada spesies dan habitat laut sangat mendalam dan luas. Suhu laut yang lebih hangat menyebabkan pergeseran dalam distribusi spesies laut saat mereka mencari perairan yang lebih dingin. Migrasi ini dapat mengganggu ekosistem yang ada dan menyebabkan perubahan dalam hubungan predator-mangsa. Misalnya, beberapa spesies ikan bergerak ke arah kutub, mengubah komposisi komunitas ikan dan mempengaruhi perikanan lokal.

Terumbu karang di beberapa area yang mengalami pemutihan. / © Yves Chiu / Greenpeace

Terumbu karang, yang sering disebut sebagai “hutan hujannya lautan,” sangat rentan terhadap perubahan iklim. Suhu laut yang meningkat menyebabkan pemutihan karang, fenomena di mana karang mengeluarkan alga simbiotik yang hidup dalam jaringan mereka, kehilangan warna dan sumber energi esensial mereka. Karang yang memutih lebih rentan terhadap penyakit dan memiliki kapasitas reproduksi yang berkurang. Jika kondisi stres ini berlanjut, kematian karang dalam skala besar dapat terjadi, menghancurkan keanekaragaman hayati dan mata pencaharian komunitas yang bergantung pada terumbu untuk makanan dan pariwisata.

Selain itu, pengasaman laut menimbulkan ancaman bagi plankton, yang merupakan dasar dari rantai makanan laut. Perubahan dalam komunitas plankton dapat merambat melalui rantai makanan, mempengaruhi ikan, mamalia laut, dan burung laut. Kerang, seperti tiram dan kerang, juga berisiko, yang dapat memiliki konsekuensi ekonomi yang signifikan bagi industri perikanan dan budidaya.

Bagaimana kita bisa beradaptasi dengan perubahan iklim ini agar laut kita tetap sehat?

Beradaptasi dengan dampak perubahan iklim terhadap kesehatan laut memerlukan pendekatan multisektor yang melibatkan pemerintah, komunitas, ilmuwan, dan kerja sama internasional. Komunitas pesisir, terutama yang berada di negara berkembang, sering kali berada di garis depan perubahan iklim dan membutuhkan dukungan untuk membangun ketahanan. Salah satu strategi adaptasi yang bisa dilakukan adalah menetapkan Kawasan Konservasi Laut (Marine Protected Areas/MPAs)[2]. MPAs dapat membantu melindungi keanekaragaman hayati, mengisi kembali stok ikan, dan meningkatkan ketahanan ekosistem laut terhadap perubahan iklim. Memperluas dan mengelola kawasan ini dengan efektif sangat penting untuk melindungi kehidupan laut dan mendukung perikanan yang berkelanjutan.

Pelibatan dan pendidikan komunitas juga merupakan komponen penting dari adaptasi. Memberdayakan komunitas lokal dengan pengetahuan dan sumber daya memungkinkan mereka untuk berpartisipasi dalam upaya konservasi dan mengadopsi praktik yang berkelanjutan. Program yang mempromosikan praktik penangkapan ikan yang berkelanjutan, mengurangi polusi plastik, dan mendorong adopsi energi terbarukan dapat secara signifikan berkontribusi pada kesehatan laut. Pada tingkat kebijakan, perjanjian internasional seperti Paris Agreement  yang bertujuan untuk membatasi kenaikan suhu global dapat mengurangi dampak dari perubahan iklim. Implementasi ini tentunya harus diiringi bersamaan dengan kebijakan nasional untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan mempromosikan penggunaan energi terbarukan. 

Kesimpulannya, perubahan iklim menimbulkan ancaman signifikan terhadap kesehatan laut, dengan kenaikan permukaan laut dan pengasaman laut memiliki konsekuensi yang parah bagi spesies dan habitat laut. Namun, melalui upaya bersama di tingkat lokal, nasional, dan internasional, komunitas dapat beradaptasi dan membangun ketahanan terhadap perubahan ini. Melindungi dan merestorasi ekosistem alami, memperluas kawasan konservasi laut, dan mendorong pelibatan komunitas adalah strategi penting dalam upaya melestarikan lautan kita untuk generasi mendatang.***

Sumber:

[1] Intergovernmental Panel on Climate Change, “IPCC 5th Assessment Synthesis Report,” 2014. Accessed: Jun. 21, 2024. [Online]. Available: https://ar5-syr.ipcc.ch/topic_observedchanges.php

[2] What is a marine protected area (MPA)? : Ocean Exploration Facts: NOAA Office of Ocean Exploration and Research,” Ocean Explorer, 2019. Accessed: Jun. 21, 2024. [Online]. Available: https://oceanexplorer.noaa.gov/facts/mpas.html

Artikel Terkait

Overfishing dan Kekeringan Laut

Peningkatan suhu global menyebabkan peningkatan penguapan air dari permukaan laut, yang pada gilirannya meningkatkan konsentrasi garam dalam air laut. Kekeringan laut terjadi ketika air laut menguap lebih cepat daripada yang dapat digantikan oleh aliran air segar, seperti dari sungai-sungai atau curah hujan. Akibatnya, air laut menjadi lebih asin dan volume air laut berkurang.

Tanggapan