Ragam Ekosistem dan Variasi Jenis Biota Laut yang Eksotik di Taman Wisata Perairan Kepulauan Padaido, Biak Numfor, Papua
Papua, ketika berbicara tentang Papua yang pertama terlintas dalam pikiran adalah tentang Freeport (salah satu Tambang Emas terbesar di dunia) dan juga Raja Ampat, gugusan pulau yang terapung di atas laut dengan keindahan yang berhiaskan terumbu karang serta biota eksotik lain yang mempercantik suasana perairan.
Namun sabar dulu. Selain Raja Ampat, masih ada keindahan lain di Papua. Cerita keindahan panorama Papua kali ini ditengok dari bawah perairan Kepulauan Padaido dan laut sekitarnya, yang terletak di utara Kabupaten Biak Numfor, Papua.
Kawasan utara Kepulauan Padaido berbatasan langsung dengan Samudera Pasifik dan Distrik Biak Timur, bagian selatan berbatasan dengan Selat Yapen, bagian barat berbatasan dengan Distrik Biak Timur dan pada sisi Timur berbatasan Samudera Pasifik.
Kondisi perairan di Kepulauan Padaido memiliki kedalaman perairan berkisar antara 100 sampai 1200 meter dengan 90% kedalaman perairan berada di bawah 500 meter. Perairan ini memiliki Suhu permukaan antara 28 -30°C dengan salinitas permukaan perairan berkisar 27 – 34,5 ppm.
Tinggi gelombang laut perairan di kepulauan ini berkisar antara 1,12 – 1,21 meter. Jenis pasang surut yang terjadi adalah campuran harian ganda.
Masyarakat di kepulauan ini memiliki profesi mata pencaharian yang berbeda satu dengan lainnya. Sebagian besar bertumpu pada ikan tangkap dan perkebunan (Kelapa), sedangkan sisanya bersandar pada sektor pertanian (menanam ketela pohon dan umbi-umbian), peternakan (ternak Babi, ayam kampung, itik) dan budidaya (rumput laut).
Kawasan Konservasi Perairan Nasional Kepulauan Padaido dan Laut Sekitarnya
Penetapan kawasan perairan Kepulauan Padaido berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: KEP. 68/MEN/2009 tentang “Penetapan Kawasan Konservasi Perairan Nasional Kepulauan Padaido dan laut di sekitarnya di Provinsi Papua”.
Selanjutnya, ditetapkan lagi Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: 62/KEPMEN-KP/2014 tentang “Rencana Pengelolaan dan Zonasi Taman Wisata Perairan (TWP) Kepulauan Padaido dan Laut di Sekitarnya di Provinsi Papua Tahun 2014-2034”.
Zonasi adalah pembagian atau pemecahan suatu areal menjadi beberapa bagian, sesuai dengan fungsi dan tujuan. Tujuan penetapan kawasan ini untuk mewujudkan kelestarian sumber daya ikan dan ekosistem yang terkandung di dalamnya.
Luas Zonasi Taman Wisata Periaran ini seluas 183.000 Ha, yang terjangkau dari 32 gugusan pulau-pulau kecil.
Ekosistem Terumbu Karang Kepulauan Padaido
TWP Kepulauan Padaido juga menyimpan beragam ekosistem. Seperti Ekosistem terumbu karang, ekosistem mangrove, dan ekosistem padang lamun. Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik tak terpisahkan antara makhluk hidup dengan lingkungan atau tempat hidupnya.
TWP Kepulauan Padaido dan laut sekitarnya memiliki tutupan terumbu karang dalam kondisi sedang. Persentase terumbu karang yang hidup 33,72 %, terumbu Dead Coral Algae atau kondisi terumbu karang mati (23,8%) dan kondisi lain OT (Other) 13,37% dan spons sebesar 2,85 %.
Berbagai kategori terumbu karang ini menjelaskan ada reaksi kompetisi antar bentuk untuk mendapatkan ruang untuk bertumbuh. Setidaknya ada 17 jenis terumbuh karang yang telah terdata.
Selain itu, Juga terdapat beragam Megabentos. Megabentos yang hidup di perairan ini diantaranya, Lola, kima, teripang, Drupella, Lobster, Linckia laevigata, Bulu babi dan Achantaster Planci.
Ada komunitas Megabentos, ada juga komunitas ikan karang. Komunitas ikan karang turut berkontribusi dalam kestabilan ekosistem terumbu karang. Ada tiga kelompok besar ikan berdasarkan jenis makanan. Pertama, kelompok kolarivorous 17 %. Kedua, kelompok karnivora 28%. Ketiga kelompok herbivora 55 %.
Ekosistem Padang Lamun
Di Taman Wisata Perairan ini terbagi dalam 8 jenis lamun diantaranya, jenis Ehhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Cymodecea Serrulata, Halodule uninervis, Cymodea rotundata, Halodule pinifolia, Halopila Ovalis dan Syringodium isoetifolium.
Namun jenis lamun ini tidak terdistribusi (tersebar) secara merata. Hanya satu jenis lamun paling sering dijumpai di seluruh TWP ini yaitu lamun jenis T Hemoricii (Jenis dominan).
Rata-rata penutupan lamun di TWP kepulauan Padaido 57,20 %. Tutupan lamun ini termasuk dalam kategori padat karena masih dalam di rentang 51-75 %. Namun tutupan lamun ini termasuk dalam kategori kurang kaya/kurang sehat jika dikaitkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 200 Tahun 2004. Pedoman ini bertujuan untuk pemantauan padang lamun dari indikasi-indikasi penyebab kerusakannya. Artinya kelestarian padang lamun memang wajib untuk dijaga dan dilestarikan.
TWP Kepulauan Padaido dan laut sekitarnya menyimpan biota laut yang dilindungi. Penyu, paus dan lumba-lumba adalah jenis biota laut yang dilindungi baik secara peraturan Negara Indonesia maupun aturan Internasional.
Masyarakat setempat mengatakan sering melihat tukik di Pulau Auki dan cangkangnya di Pulau Pasi. Pulau Auki dan Pulau Pasi adalah salah dua pulau di kepulauan Padoida.
Ekosistem Mangrove
Ekosistem mangrove di TWP Kepulauan Padaido berada dalam kategori tutupan kanopi sangat baik, dengan persentase 82,3 %, artinya lebih besar dari 75 % (kategori tutupan kanopi baik). Sedangkan kerapatan pohon termasuk sedang dengan nilai 1261 (kategori sedang di antara 1000-1500).
Jenis mangrove yang dominan di dalam ekosistem ini ialah Brugueirra gymnorrhiza. Mangrove ini, dominan hidup pada substrat berlumpur dan tersembunyi di dalam pulau. Berbeda dengan mangrove jenis Sonneratia alba yang mana hidup dominan pada lingkungan pasir berbatu yang berhadapan langsung dengan laut.
Jenis Ikan Ekonomis
Keberadaan ikan ini memberi kontribusi positif demi kestabilan ekosistem. Selebihnya tidak lain adalah sebagai sumber ekonomi bagi masyarakat setempat.
Setidaknya ada enam Jenis ikan ekonomis di TWP ini. Jenis Lutjanus gibbus, jenis Lethrinus olivaceus, jenis Lutjanus carponotatus, jenis Lethrinus microdon dan jenis Lethrinus nebulosus.
Caranya mudah dan praktis untuk menangkap ikan-ikan ini. Masyarakat lokal hanya menggunakan peralatan tradisional seadanya, berupa pancing, jaring dan tombak tradisional (Molo).
Sementara lokasi penangkapan pun masih terjangkau di perairan sekitar Pulau Nusi, Pulau Pai, Pulau Pasi, Pulau Rasi, Pulau Wamsoi dan Pulai Dauwi.
Kesadaran masyarakat dan sosio ekonomi yang berlaku hidup di TWP ini masih tinggi. Bisa dilihat dalam praktek pemanfaatan biota ramah lingkungan. Baik untuk kepentingan pangan konsumsi, kelestarian lingkungan maupun untuk kepentingan ekonomi (jual).
Telah terdata 51 nelayan yang dengan hasil ekonomi dari tangkapan rata – rata 60 juta- 420 juta /tahun. Harga jual ikan segar berkisar Rp. 100.000,- s/d Rp. 300.000,-/tumpuk dan Ikan Asar Rp. 20.000,-/tumpuk dengan pendapatan kotor pada tiap trip (satu kali penangkapan) sekitar Rp. 500 ribu s/d Rp. 4 juta.
Upaya Pelibatan Masyarakat dalam Pengelolaan Kawasan Konservasi
Ada empat kelompok mitra pengelolaan kawasan konservasi di TWP Kepulauan Padaido. Pertama, Kelompok Penggerak Konservasi Pulau Rasi. Kedua, Kelompok Penggerak “Biak Padaido Divers”. Ketiga, Kelompok Penggerak Konservasi “Manikersi”. Keempat, Pemerintah Daerah dalam Kawasan.
Penegak hukum tidak lupa dengan kewajiban mereka dalam menjaga kedaulatan pangan dan serba kehidupan di perairan ini. Mereka selalu siap siaga menjaga daerah ini dan memantau segala bentuk pelanggaran. Kegiatan dilakukan dengan berpatroli di kawasan konservasi.
Jalur patroli pemantauan mulai Perairan Biak Timur, Pulau Auki, Pulau Wundi, Pulau Pulau, Pulau Nusi, Pulau Pakriki, Pulau Meosmangguandi, Pulau Pasi, Pulau Bromsi, Pulau Padaidori, Pulau Pakriki, Pulau Pai, dan Biak Timur.
Hasil Patroli tidak ditemukan aktivitas pelanggaran. Terlihat beberapa nelayan sedang melakukan aktivitas penangkapan ikan, dengan armada yang digunakan adalah perahu fiber motor tempel, perahu kayu motor tempel, perahu kayu tanpa motor. Alat tangkap yang digunakan berupa pancing dasar dan jaring.
Sarana di kawasan perairan Padaido cukup lengkap. Mulai dari peralatan untuk penelitian perairan, kendaraan transportasi laut (fiber patroli dan penelitian) dan kendaraan transportasi darat (sepeda motor).
Pengelolaan kawasan ini dikelola bersama demi kepentingan ekosistem yang tetap terjaga dan tetap menyelamatkan masyarakat setempat untuk tetap hidup berdampingan dengan laut.
Baca juga: Yuk Mengenal Kawasan Konservasi Laut di Indonesia
Sumber : BKKPN Kupang, KKP RI Tahun 2020
Foto Thumbnail: Akun Instagram @dody.kaunang
Tanggapan