Paus Pilot Terdampar: Peringatan Perubahan Iklim

Saya bukanlah expert perubahan iklim. Tetapi merasakan suhu yang semakin panas dibandingkan 30 tahun yang lalu, sudah cukup menjadi bukti bahwa perubahan iklim (climate change) terus membayangi kehidupan kita.

Tidak hanya di tempat asal saya (Jakarta) dan domisili saya sekarang (Madura), dibelahan dunia manapun saya yakin orang lain merasakan hal yang sama.

Beberapa waktu yang lalu, 52 paus Pilot terdampar di perairan selat Madura. Adakah kaitannya dengan perubahan iklim?

Warga berusaha menyelamatkan paus yang terdampar

Paus versus Perubahan Iklim

Pantai Patereman, Kecamatan Modung, Bangkalan Selatan masih terus membayangi pikiran saya saat melihat tayangan tentang 52 Paus yang terdampar. Saya bukan peneliti ataupun seorang yang ahli dalam bidang perubahan iklim. Tapi saya bersikeras ingin membahas hal ini. Ada hal menarik ternyata tentang paus.

Satu Paus seharga jutaan pohon.” (Ralph Cammi-IMF)

Paus, selain mamalia terbesar penguasa lautan ternyata berperan banyak dalam menyerap karbon dari atmosfer. Paus memakan plankton di laut dalam, lalu naik kepermukaan untuk membuang kotorannya. Kotoran paus ini adalah sumber nutrien bagi fitoplankton untuk berfotosintesis.

Semakin banyak fitoplakton yang mendapatkan nutrien dari poop paus, semakin banyak hasil fotosintesis yang dapat dilakukan, semakin banyak juga karbon yang diserap oleh fitoplankton. Nah, makhluk kecil ini ternyata penyumbang 50% oksigen dan menyerap 40% karbondioksida di atmosfer bumi.

Jika dikalkulasikan dengan peranan paus, setiap tahunnya paus rata-rata menyerap 33 ton CO2. Sementara pohon hanya menyerap CO2 sebanyak 24 kg per tahun.

Tapi kawan, puluhan paus yang terdampar di suatu selat beberapa waktu silam membuat saya kembali berfikir. Jika saja kejadian itu terulang kembali setiap tahun di satu tempat saja, maka kita membuang karbon sebanyak 1.176 ton ke udara atau setara dengan 7.840.000 km berkendara motor.

Lalu bagaimana jika terulang di beberapa tempat di belahan Indonesia lainnya atau belahan dunia lainnya setiap tahun, setiap bulan?

Selamatkan Paus, Selamatkan Manusia!

Ada berbagai teori penyebab terdamparnya paus. Namun saya tidak akan membahas itu. Apapun penyebabnya, kita sebagai mahluk bumi berkewajiban membuat lautan menjadi rumah yang nyaman bagi seluruh makhluk yang tinggal di dalamnya.

Bait lagu Nenek moyangku seorang pelaut… menyiratkan bahwa kekayaan dan potensi laut harus sebesar-besarnya kita manfaatkan. Tentu dengan pemanfaatan yang lebih baik dan berkelanjutan untuk generasi yang akan datang. Mari bersama selamatkan lautan.

Editor : Annisa Dian Ndari

Artikel Terkait

Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

Tanggapan