Kampung Penyu “Kerukunan Pemuda Pelindung Penyu”, Kepulauan Selayar

Aku sangat bersyukur,dengan mengikuti kegiatan Young Explorer ke Sulawesi Selatan aku jadi makin mengetahui bahwa laut Indonesia itu begitu indah, di sana aku melihat flora dan fauna yang belum pernah aku lihat sebelumnya.

Aku sangat bersyukur ternyata masih banyak orang yang peduli terhadap lingkungan. Contohnya di sana aku mengunjungi komunitas yang peduli terhadap pelestarian penyu.

Komunitas kampung penyu didirikan pada tahun 2013, kampung penyu merupakan singkatan dari “kerukunan pemuda pelindung penyu”.

Berawal dari kesadaran masyarakat yang awalnya menjadikan telur penyu sebagai mata pencaharian dengan memburu dan mengambil telur penyu untuk dijual.

Setelah mereka menyadari bahwa jika mereka terus menerus mengambil telur – telur penyu tersebut maka lama kelamaan populasi penyu akan menyusut kemudian akan punah, salah seorang pendiri komunitas kampung penyu adalah Pak Datu.

Sejak tahun 2014 kampung penyu ditetapkan sebagai Kawasan wisata konservasi penyu dan semenjak itulah kampung penyu dikenal oleh masyarakat sampai ke manca negara.

Telur yang diperoleh dari masyarakat diserahkan ke Kampung Penyu lalu masyarakat mendapat imbalan dari setiap telur penyu yang mereka serahkan, di Kampung Penyu telur – telur itu ditetaskan hingga menjadi tukik yang siap dilepas ke alam sehingga diharapkan kelangsungan hidup penyu akan terus berlanjut.

Selain melepas tukik di kampung penyu, aku dan teman – teman dari Sekolah Alam Indonesia juga mengikuti kegiatan transplantasi terumbu karang di Pantai Liang Tarrusu.

Selama perjalanan menuju ke lokasi transplantasi aku dan rombongan SL 7 menaiki perahu yang hanya bisa diisi kurang dari dua puluh orang.

Saat di perahu aku begitu takjub melihat pemandangan sekitar, air laut yang jernih dan berwarna kebiruan , langit biru yang luas, ikan – ikan yang terlihat dari permukaan laut, juga hamparan pasir putih yang terbentang luas.

Dari dalam perahu aku juga menikmati semilir angin dan cipratan ombak yang membuat diriku segar Kembali.

Setelah perjalanan kurang lebih 1 jam waktunya perahu menepi di pinggir Pantai Liang Tarrusu, disana aku belajar tentang jenis terumbu karang, juga cara transplantasi terumbu karang.

Selesai mengikat karang di kerangka, waktunya kerangka itu dimasukkan kedalam laut, setelah itu aku dan teman – teman kembali menaiki perahu untuk menuju ke lokasi selanjutnya.

Di perjalanan aku melihat tiga ekosistem utama laut yaitu terumbu karang, padang lamun, juga hutan mangrove.

Saat melintasi hutan mangrove aku  merasa takjub dengan hutan mangrove yang lebat, yang aku pahami fungsi hutan mangrove mirip dengan terumbu karang dan padang lamun yaitu melindungi pantai dari abrasi.

Sebelumnya aku dan teman – teman juga sudah mengunjungi pantai Tanjung Bira, disana kami melakukan aksi bersih – bersih pantai dan kampanye lingkungan.

Di Pantai Tanjung Bira mungkin awalnya terlihat bersih, seperti tidak ada sampah yang mengotorinya, tetapi saat kegiatan mulai dilakukan ternyata sampah tetap banyak dan rata – rata sampah itu muncul dari wisatawan yang datang lalu tidak membuang sampah pada tempatnya.

Sampah – sampah yang kami temukan hampir semua berbahan plastik, seperti bungkus minuman kemasan, bungkus makanan kemasan, sedotan plastik, sendok dan garpu plastik, juga plastik yang sudah robek setelah dipakai.

Aku berharap selanjutnya aku bisa berpetualang ke tempat lain di Indonesia dan melakukan berbagai macam kegiatan untuk melindungi, menjaga, dan memperbaiki alam yang ada di Indonesia.***

Baca juga: Menikmati sembari Berkontribusi untuk Laut

Editor: J. F. Sofyan

Artikel Terkait

Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

Tanggapan