Pulau Sumedang, Belitong: Ragam Biota, Keunikan Budaya, dan Tantangan Akses
Saya dan beberapa teman-teman yang baru bergabung dalam volunteer Ocean Defender Greenpeace Indonesia pada akhir September 2023 menjalani Ekspedisi Pembela Lautan 2023.
Pada tahun ini Ekspedisi Pembela Lautan menyambangi suatu pulau kecil nan indah yang belum banyak tersentuh berada di salah satu gugusan pulau Belitung (Belitong), namanya Pulau Sumedang.
Pulau Sumedang merupakan suatu pulau kecil atau pulau terluar yang berada di sisi barat daya Kabupaten Belitung. Pulau ini masuk dalam wilayah Kecamatan Membalong, Kabupaten Belitung, Provinsi Bangka Belitung, Indonesia. Pulau ini juga termasuk dalam Daerah 3T (Tertinggal, Terdepan dan Terluar).
Pulau ini terdiri dari 1 dusun dan 2 RT dengan jumlah penduduk sebanyak kurang lebih 160 Kepala Keluarga atau kurang lebih 600-700 jiwa. Uniknya di pulau ini mayoritas penduduk berasal dari suku luar, yakni Suku Bugis, Suku Melayu dan beberapa warga pendatang yang berasal dari pulau Jawa.
Untuk mencapai pulau Sumedang terdapat 2 akses melalui jalur laut. Pertama, melalui pelabuhan kota Tanjung Pandan dengan jarak tempuh kisaran 7-8 jam menggunakan kapal kecil.
Kedua, melalui pelabuhan kecil Teluk Gembira Membalong dengan jarak tempuh kisaran 3-4 jam menggunakan kapal kecil. Kisaran jarak tempuh tersebut tergantung dengan kondisi cuaca ketika berada di laut.
Pada saat pertama kali menginjakkan kaki saya di Pulau Sumedang, saya dan kawan-kawan langsung mendapatkan sambutan hangat oleh warga dan beberapa anak kecil yang menghampiri dengan sangat antusias, sampai-sampai anak-anak kecil pun membantu kami membawakan barang-barang kami, begitu luar biasa.
Maklum, di pulau ini sangat jarang pendatanag atau wisatawan seperti kami yang datang ke Pulau Sumedang dikarenakan akses yang lumayan cukup dan terbatas.
Hewan-Hewan Unik Penghuni Pulau Sumedang, Belitong
Selain warga dan anak-anak kecil tadi, kami juga disambut oleh ratusan lebih burung-burung yang oleh warga pulau Sumedang dinamakan burung Cikalang Christmas (Fregata andrewsi). Uniknya dari burung ini memiliki kaki yang sangat kecil lalu mempunyai sayap yang lumayan besar dan panjang.
Burung ini memakan ikan laut dan terbang secara berkelompok. Jika waktu sudah mulai gelap atau pada sore hari ke malam hari, burung ini berkumpul dan lebih banyak lagi terbang di udara, bisa mencapai kira-kira ribuan lebih. Dan uniknya lagi, apabila burung ini jatuh ke daratan burung ini tidak akan bisa terbang ke udara lagi.
Selain burung Cikalang tadi, pengalaman seru dan pertama dalam hidup saya melihat hewan unik seperti tadi tidak berhenti di sini saja. Kali ini saya juga menemukan ada beberapa macam hewan laut unik yang pertama kali saya jumpai.
Kerang Kima, saat air surut, area terumbu karang dangkal di Pulau Sumedang sebagian terekspos ke permukaan air, tanpa harus berenang atau snorkeling. Sangat mudah dan cukup banyak menjumpai kima si kerang yang cantik hidup sehat di area ini.
Sebagai informasi, kima telah diatur oleh regulasi perlindungan nasional tentang jenis tumbuhan dan satwa dilindungi, disebutkan bahwa jenis kima yang dilindungi ada 2 jenis yaitu Hippopus hippopus (Kima Tapak Kuda. Kima Pasir) dan Hippopus porcellanus (Kima Cina, Kima Porselen).
Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1999 tentang Pemanfaatan Tumbuhan dan Satwa Liar, menyebutkan bahwa pemanfaatan kima untuk tujuan perdagangan diperbolehkan dari hasil pengembangbiakan turunan ke-2 (F2), atau turunan ke-1 (F1) dengan ijin Menteri (KKP RI).
Selain kima, saya juga menemukan Anemon laut (Rumah ikan Nemo/ikan badut), Terong Laut (Timun Laut), Gurita Bintik Putih, Ikan Buntal, dan masih banyak lagi berbagai biota di area terumbu karang yang terekspos ini.
Peninggalan Peradaban Lampau dan Beragam Tempat Sakral
Seperti yang sudah saya sebutkan di awal, mayoritas penduduk Pulau Sumedang merupakan suku pendatang dan bukan asli suku Belitung. Jadi, banyak peninggalan-peninggalan unik dan cukup aneh yang di bawa dari luar Pulau Sumedang seperti tempat-tempat sakral, cerita-cerita, bahasa-bahasa, dll.
Sebelum kapal yang saya tumpangi merapat di pulau ini, terlihat dari kejauhan sebuah Mercusuar yang menjulang tinggi dengan ketinggian sekitar 60 meter lebih dibangun pada abad 18 oleh pemerintah Belanda. Merupakan salah satu ikon Pulau Sumedang.
Tidak bisa sembarang orang boleh memasuki dan menaiki area dalam mercusuar ini. Kami harus meminta izin terlebih dahulu kepada salah satu warga Pulau Sumedang yang bernama Pak Sule. Beliau merupakan warga sekaligus petugas yang menjaga dan merawat mercusuar tersebut.
Setelah diizinkan, kami pun masuk untuk melihat langsung bagian dalam sampai bagian atas mercusuar dengan menaiki satu per satu anak tangga yang berjumlah kurang lebih 300 anak tangga dengan 19 lantai yang terbuat dari besi baja yang sudah berkarat karena dimakan usia tetapi masih kokoh.
Sesampainya di atas mercusuar terlihat seluruh bagian Pulau Sumedang (360 derajat) dengan suguhan pemandangan yang sangat indah di mata.
Masih banyak tempat-tempat unik dan sakral menurut penduduk setempat setelah mercusuar tersebut. Terdapat 2 makam unik dan bersejarah yang terdapat di Pulau Sumedang.
Adapun yang pertama warga Pulau Sumedang menyebutnya Makam Kuning. Makam kuning tersebut menurut salah satu warga pulau Sumedang bukan berisi manusia atau orang melainkan konon berisi harta karun yang dulu dikubur oleh penemu Pulau Sumedang dan juga penjelajah laut yang berasal dari Sulawesi.
Selain makam kuning tadi, Pulau Sumedang juga mempunyai makam unik lainnya yakni Makam Putih yang konon katanya makam putih ini berisikan 3 orang penjelajah laut yang berasal dari Sulawesi.
Konon ceritanya 3 penjelajah laut tersebut sedang melaksanakan ibadah haji ke Arab Saudi dengan menggunakan kapal laut. Setelah pulang dari ibadah haji tersebut ketiganya meninggal di Pulau Sumedang dan dimakamkan di makam putih tersebut.
Uniknya dari makam putih tersebut selain cerita 3 penjelajah tadi yaitu makam selalu ditutupi oleh kain putih yang mana pengunjung atau turis tidak diizinkan untuk melihat isi bagian dalam makam tersebut.
Dan, uniknya lagi terdapat 1 papan besi yang berada tepat di depan makam putih tersebut. Konon, menurut warga Pulau Sumedang bagi siapa saja yang bisa mengangkat papan besi tersebut semua keinginan bakal tercapai.
Sumur Tua Sumber Kehidupan
Tempat unik lainnya yang berada di pulau Sumedang yakni sebuah sumur tua yang menurut warga entah mulai kapan sumur itu ditemukan namun yang pasti sumur itu sudah ada sejak dahulu sejak sebelum warga datang ke Pulau Sumedang dan juga uniknya lagi air yang terdapat di dalam sumur tersebut tidak akan pernah abis sampai kapan pun.
Sumur ini sangat berpengaruh penting untuk kehidupan sehari-hari bagi warga Pulau Sumedang. Sumur ini berisikan air payau yang bisa untuk langsung diminum dan keperluan lainnya seperti mandi, masak, dll.
Biasanya warga mengambil air di sumur ini pada waktu sore hari menggunakan gerobak yang berisikan ember-ember.
Hanya ada SD di Pulau Sumedang, Belitong
Tidak hanya sampai di sini, cerita tempat-tempat keunikan yang terdapat di Pulau Sumedang masih ada beberapa tempat unik yang ingin saya bagikan kepada kalian semua.
Di Pulau Sumedang ini hanya terdapat 1 sekolah yakni Sekolah Dasar Negeri 29 Membalong Belitung. Sayangnya, banyak anak-anak kecil yang tidak dapat melanjutkan sekolah ke jenjang selanjutnya dan hanya tamat SD.
Hal tersebut dikarenakan beragam permasalahan diantaranya tidak adanya sekolah SMP dan SMA di pulau tersebut. Akses yang sangat sulit untuk melanjutkan sekolah di luar Pulau Sumedang.
SD Negeri 29 Membalong mempunyai kurang lebih 4-5 ruang kelas. Murid kelas 1 dan 2 masuk sekolah pada pukul 8-10 pagi. Murid kelas 3, 4, 5 dan 6 masuk pukul 10-12 siang.
Minimnya pengajar yang ada di sekolah tersebut berdampak terhadap sistem waktu belajar mengajarnya. Ada kelas pagi dan ada pula kelas siang.
Jumlah murid keseluruhan di SD Negeri 29 Membalong kurang lebih 40-60 siswa. Salah satu guru yang mengajar di SD tersebut yakni Pak Ardi mengatakan murid-murid sangat antusias dan semangat dalam setiap proses belajar-mengejar walaupun keadaan sekolah yang serba kekurangan itu.
Beliau juga berharap kepada pemerintah Belitung untuk segera membangun sekolah lainnya seperti SMP dan SMA di pulau tersebut. Tujuannya agar para murid-murid tidak putus di SD saja tetapi bisa melanjutkan sekolah ke jenjang SMP dan SMA.
Akses Listrik Belum 24 Jam
Satu info penting lagi yang perlu kalian tahu bahwa listrik di Pulau Sumedang tidak sepenuhnya 24 jam nyala. Listrik hanya bekerja pada malam hari yang dimulai pada pukul 17.00-06.00 pagi, selebihnya listrik mati total.
Selain soal listrik, jaringan internet yang berfungsi di Pulau Sumedang ini hanya ada 2 provider yakni XL dan Axis. Selebihnya tidak ada sinyal sama sekali selain provider tersebut.
Sekian cerita dari saya tentang Pulau Sumedang Belitung ini. Mari kita sama-sama merawat dan menjaga semua peninggalan-peninggalan penting dari nenek moyang kita atau orang terdahulu kita. Tunggu cerita selanjutnya, ya!***
Baca juga: Serial Cerita Ekspedisi Pembela Lautan 2023
Editor: J. F. Sofyan
Tanggapan