Bising yang Merusak Ekosistem Lautan: Sound Horeg dan Krisis Makna Kekhalifahan

Tidak cukup di darat manusia membuat kerusakan, semua elemen alam semesta ini akan mereka rusak hanya demi kepuasan diri mereka sendiri. Seperti yang terjadi di pesisir laut Pasuruan, Jawa Timur. Kapal-kapal yang membawa sound system besar beradu suara keras dan bising di are pesisir, memutar musik hingar-bingar yang menggema di perairan seolah-olah sedang merayakan kemenangan Timnas Indonesia di Piala Dunia.

Dalam film Seaspiracy menyoroti tentang bagaimana aktivitas manusia yang tampaknya “tidak berbahaya” seperti wisata laut atau hiburan berbasis laut yang justru hal ini menjadi kontributor besar terhadap kerusakan ekosistem. Dalam kaitan sound horeg ini adalah contoh nyata di Indonesia tentang bagaiamana budaya hiburan bisa mengganggu ritme alami kehidupan bawah laut, menurunkan populasi ikan, hingga dapat mengacaukan navigasi biotat laut.

Jelas fenomena ini tentunya dapat  mengkhawatirkan banyak pihak, menurut lembaga penelitian kelautan internasional, National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) dalam kajiannya menegaskan bahwa suara bising semacam sound horeg dapat menganggu sistem komunikasi satwa laut seperti paus dan lumba-lumba.

Selain itu suara yang terlalu bising dapat menyebabkan perubahan perilaku, menyebabkan stres, hingga kematian pada satwa laut, “tulis hasil kajian NOAA dalam sebuah unggahan di akun Instagram @fakta.indo.

Muslim percaya bahwa manusia di bumi mempunyai peranan yang sangat penting untuk mengelola dan merawat alam semesta. Surat Al-Baqarah ayat 30 memberikan makna mendalam tentang posisi manusia di bumi sebagai khalifah. Ayat ini sangat jelas bahwa manusia diciptakan untuk merawat dan menjaganya bukan justru merusak alam.

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di bumi. Mereka berkata, ‘Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang akan merusak dan menumpahkan darah di sana, sementara kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?’ Dia berfirman, ‘Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui (Qs. Al-Baqarah:30)”. 

Menurut Imam Al-Qurthubi dalam Tafsir Al-Qurthubi makna “khalifah” sebagai pemimpin yang mempunyai tugas untuk memakmurkan bumi, bukan untuk merusaknya. Ia menekankan bahwa manusia telah diberi amanah besar oleh ALLAH SWT, dan akan dimintai pertanggung jawaban atas semua segala tindak-tanduknya di muka bumi ini.

Jika menurut Seyyed Hossein Nasr seorang Ahli Filsafat Islam dan Ekologi, krisis ekologi modern saat ini akibat hilangnya kesadaran spiritual terhadap alam. Manusia modern hari ini kehilangan eksistensi jati dirinya “siapakah mereka dan darimana mereka berasal”. Manusia hari ini memperlakukan alam sebagai benda mati yang hanya bisa dieksploitasi semau mereka. Seyyed Hossein juga menyerukan kepada manusia untuk kembali kepada kesadaran Qur’ani, di mana setiap elemen adalah tanda (ayat-ayat) dari Allah SWT dan harus dihormati sebagai amanah besar. 

Buya Hamka juga mengkritik perilaku manusia  terhadap alam, dalam Tafsirnya Al-Azharnya Buya Hamka menafsirkan ayat Al-Baqarah 30 sebagai penegasan bahwa manusia harus sebisa mungkin dalam memakmurkan bumi dengan tanggung jawabnya, bukan kerakusan seperti jin yang menghancurkan sesuatu yang sudah Allah amanahkan.

Buya Hamka mengkritik manusia yang rakus dan sering mengeksploitasi atas nama pembangunan dan hiburan. Secara tegas Buya Hamka menyampaikan bahwa tugas manusia di muka bumi ini untuk mengelola bumi dengan adil dan bijaksana, tanpa merusak demi kesenangan sesaat.

Fenomena sound horeg adalah cerminan bagaimana manusia melupakan tugas dan tanggung jawabnya, mereka lebih senang untuk mencari hiburan dengan volume keras, pesta dan sensasi tanpa melihat bagaimana ekosistem yang ada di lautan. Dan para ulama sudah sepakat bahwa manusia diangkat sebagai khalifah di muka bumi untuk tidak mengeksploitasi bumi. Melainkan untuk menjaga, mengelola, memakmurkan, dan hidup selaras dengannya tanpa merusak. Jika manusia sering merusak alam khususnya lautan dia bukan hanya  mengkhianati dirinya melainkan menghianati amanah kekhalifahan.

 

Artikel Terkait

Overfishing dan Kekeringan Laut

Peningkatan suhu global menyebabkan peningkatan penguapan air dari permukaan laut, yang pada gilirannya meningkatkan konsentrasi garam dalam air laut. Kekeringan laut terjadi ketika air laut menguap lebih cepat daripada yang dapat digantikan oleh aliran air segar, seperti dari sungai-sungai atau curah hujan. Akibatnya, air laut menjadi lebih asin dan volume air laut berkurang.

Tanggapan