Diet Daging dan Plastik Sekali Pakai dengan Mudah dalam Perjalanan ke Timur Indonesia
Saya senang sekali pernah menimba banyak ilmu di Greenpeace, JAAN, Kontras dan beberapa organisasi lain. Karenanya saya jadi paham betul tentang bagaimana cara menghargai alam dan makhluk hidup di bumi ini.
Berhubung saya adalah seorang vegetarian sejak 5 tahun lalu, jadi ya masakan saya enggak jauh dari sayur dan buah-buahan.
Menu masakan saya di suatu malam saat menginap di Ekas, Lombok, adalah steak yang saya ganti dengan ubi ungu dengan saus tiram dan potongan jamur champignon, jamur kesukaan saya.
Saya belum pernah masak masakan ini sebelumnya, tapi bermodal niat dan susah cari warteg disini alhasil jadilah masakan terbaru ala chef Vio.
Bahan-bahan yang digunakan tentunya yang mudah dijumpai di pasar tradisional mengingat perjalanan saya dan Pelangi selalu blusukan ke pelosok daerah.
Untuk minyak goreng sebisa mungkin saya pakai minyak kelapa, biasanya saya beli di minimarket seperti Alfamart atau Indomart dan membeli merk Barco karena paling mudah ditemui di pasaran.
Kenapa sih kok ribet pakai minyak kelapa segala? Alasannya karena saya kesel liat banyak perkebunan kelapa sawit yang bikin banyak orangutan mati dibunuh belum lagi perbudakan manusia dan cerita penggusuran rumah warga disana.
Kenapa juga kok ga beli nasi bungkus atau jajan di rumah makan? Karena saya tahu kebanyakan rumah makan atau warung pasti masak apa-apa pakai monotarium glutamat alias mecin. Sekali-kali jajan enggak apa-apa tapi kalau sayang sama badan sendiri lebih baik masak yang sudah pasti sehat dan higienis.
Jadi vegetarian buat saya pribadi gampang-gampang susah, keseringan sih gemes karena sering dikasihani kalo beli makan cuma tahu tempe sayur dan sering dikasihani juga karena sering dengan berat hati nolak makanan yang berbahan dasar ikan-ayam-daging.
Menurut saya hewan yang juga makhluk hidup juga sama-sama punya hak hidup seperti manusia juga kalau teman-teman baca di google atau sumber lain atau bahkan pernah nonton cowspiracy disitu dijelaskan bahwa sapi menghasilkan gas rumah kaca lebih besar dibandingkan alat transportasi.
Itu terjadi karena sapi menghasilkan gas metana dari proses pencernaannya. Gas metana ini yg berbahaya untuk lingkungan kita. Dalam narasi di film ini disebutkan bahwa efek rumah kaca 51 persen dihasilkan dari sapi.
Menurut Tempo.co Gas metana yang dikeluarkan ternak, terutama sapi, mencapai 14,5 persen dari total emisi gas rumah kaca di dunia. Gas metana yang dikeluarkan ternak, terutama sapi, mencapai 14,5 persen dari total emisi gas rumah kaca di dunia.
Metana (CH4) adalah gas tidak berbau yang menimbulkan efek rumah kaca. Komposisi metana di atmosfer bumi lebih rendah dibanding karbon dioksida (CO2), tapi koesifien daya tangkap panas metana lebih tinggi, yakni 25 kali karbon dioksida.
Pemanasan global disebabkan oleh naiknya jumlah emisi gas rumah kaca, termasuk metana. Metana mempertipis lapisan ozon yang melindungi bumi, sehingga suhu naik.
Penyumbang emisi rumah kaca lainnya adalah dari pembukaan lahan untuk pertanian seperti merusak hutan untuk ditanami kedelai, jagung, dll. Hal ini mengakibatkan tanaman penghasil oksigen tidak ada lagi.
Di dalam tanah yang pohonnya ditebang tersebutlah dimana metana dan karbon dioksida tersimpan. Jika pohon-pohon tersebut ditebang maka metana dan CO2 akan dilepaskan keluar dan menjadi emisi gas rumah kaca.
Atas dasar itulah dalam perjalanan dengan vw kombi ini saya dan Pelangi juga banyak ngobrol dengan masyarakat tentang bahaya pemanasan iklim global, ngobrol juga kenapa jadi vegetarian, gimana caranya jaga alam dan banyak hal lainnya supaya makin banyak orang sadar akan pentingnya menjaga bumi kita dari perubahan iklim.
Plastik juga menjadi salah satu tema yang kami bicarakan karena related terhadap apa yang dimakan manusia dan hewan serta tentu saja untuk alam kita sendiri.
Membawa kantong sendiri saat belanja sudah menjadi kebiasaan kami, sering juga masih ditawari plastik bahkan sampai dipaksa walaupun sudah dijelaskan berkali-kali akan kejelekan plastik sekali pakai ini atau juga sering dikasihani ketika membeli nasi bungkus atau sayur, katanya ‘kasihan tas-nya kotor’.
Bukan “kasihan plastiknya habis itu dibuang-terbang-jatuh ke laut- plastik dimakan ikan-ikan dimakan manusia.”
Menyelamatkan lingkungan dimulai dari diri sendiri itu lebih baik daripada tidak sama sekali, bawa kantong kain kemana-mana, toples atau botol minum kan tidak berat jadi menurut kami hal tersebut seharusnya tidak menjadi alasan untuk tidak memulai menyelamatkan lingkungan. Awalnya memang sedikit ribet tapi lama-lama pasti terbiasa kok 😉
Yuk sama-sama jaga lingkungan dan jaga hidup satwa!
Editor : Annisa Dian N.
Tanggapan