Film Dokumenter “Before You Eat”: Pelanggaran HAM Hingga IUU Fishing

before you eat

Pernahkah kita berpikir sebelum menyantap makanan yang terhidang di depanmu, kira-kira dari mana asalnya?

Sayuran yang kita makan, bagaimana proses penanaman, pemanenan, pendistribusian, hingga sampai ke hadapan kita saat ini?

Daging yang kita makan, dari mana asalnya? Apakah peternak asal daging yang kita makan tersebut sudah sesuai dengan standard kesehatan dan tidak mengorbankan lingkungan dalam prosesnya?

Ikan, udang, cumi, dan hidangan laut yang kita santap, kira-kira seperti apa proses penangkapannya? Dari laut manakah hidangan laut yang kita makan?

©️BeforeYouEat
Dokumentasi Greenpeace Indonesia dalam dokumenter “Before You Eat”.

Mungkin sebelumnya aku pribadi sempat berpikir terkait pertanyaan-pertanyaan tersebut, namun kemudian tidak terlalu memikirkan kelanjutannya. Dan ternyata, sebagian jawaban dari pertanyaanku, digambarkan dalam film dokumenter terbaru dari Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI) bersama Greenpeace yang berjudul “Before You Eat”.

©️BeforeYouEat

Bicara tentang pekerja di laut yang menjadi anak buah kapal, khususnya di kapal ikan, ternyata tak seindah bayangan. Mungkin sebagian besar dari kita berpikir, jika bekerja di pelayaran/di kapal, maka kehidupan akan terjamin dan mendapatkan bayaran yang tinggi.

Before you eat
Nelayan dan kapal trawl di pelabuhan Tegal, Jawa Tengah. / Foto: Jurnas Greenpeace

Bayangan nan indah tersebut, ternyata tidak semuanya dinikmati oleh ABK, khususnya yang berasal dari Indonesia. ILO pun menyatakan bahwa ABK merupakan pekerjaan yang kotor, berat, dan, berbahaya.

©️Greenpeace
Hasil kajian SBMI bersama Greenpeace Indonesia berdasarkan penuturan langsung dari mantan ABK.

Fakta di lapangan, banyak hak ABK yang tidak dipenuhi saat bekerja di Kapal Ikan Asing, terutama Kapal Ikan Tiongkok dan Taiwan. Mayoritas ABK Indonesia ini mendapatkan perlakuan yang tidak manusiawi, bahkan diperlakukan seperti hewan.

Belum lagi ternyata dibalik pelanggaran HAM yang dilakukan, para ABK Perikanan asal Indonesia ini ternyata dipaksa melakukan kejahatan untuk mengambil seluruh isi laut yang tentunya akan mengancam keberlanjutan laut kita!

Before You Eat
Penuturan Mantan ABK Perikanan Indonesia. / Foto: Greenpeace

Mereka pun harus minum air sulingan dari wadah penampungan yang sudah berkarat, bahkan air tetesan AC karena sulitnya mendapatkan air minum. Makanan sehari-hari pun, seringkali hanya ada nasi saja tanpa lauk. Jika pun ada lauk, seringkali bawang bombay dan kacang goreng. Sayuran untuk mereka pun merupakan sayuran yang sudah membusuk dan tak layak konsumsi!

Dokumentasi Pribadi Nobar BYE
Dokumentasi Pribadi Nobar BYE.

Menurutku, film dokumenter ini sangat memberikan gambaran yang membuat mata dan hati kita terbuka melihat kenyataan yang dihadapi saudara-saudara kita yang bekerja di kapal ikan asing tersebut.

Salah satu pernyataan dari ABK yang berada di film dokumenter tersebut yang kuingat adalah, “Jangankan untuk beribadah, untuk tidur pun kami tidak diberikan waktu.”

Belum lagi setelah berusaha pulang ke tanah air, gaji mereka selama berbulan-bulan tidak dibayarkan, bahkan ada yang pulang hanya tinggal nama karena jenazahnya dilarung di laut. Betapa hancurnya hati keluarga mereka yang menunggu di rumah?

Nelayan menurunkan hasil tangkapan dari kapal trawl di pelabuhan Tegal, Jawa Tengah. / Foto: Jurnasyanto Greenpeace

Dari film dokumenter ini, aku juga mendapatkan poin bahwa akar permasalahan dari semua ini adalah carut marutnya tata kelola pekerja ABK di Indonesia yang hingga saat ini sama sekali tidak dilindungi oleh pemerintah melalui lembaga terkait, seperti Kemenaker, Kemenlu, Kemenkomarves, KKP, hingga Kemenhub.

Bahkan disebutkan pula oleh SBMI dalam film dokumenter ini bahwa hingga saat ini belum ada langkah serius pemerintah dalam menangani permasalahan ini.

©️Greenpeace

Tentunya setelah menonton film dokumenter ini, perasaan dibuat menjadi campur aduk! Akar permasalahan dan penyelesaiannya ada di tangan pemerintah. Jika pemerintah mengambil langkah serius untuk menyelesaikan permasalahan ini, seharusnya ABK Indonesia bisa mendapatkan haknya.

before you eat
Nobar Film Dokumenter BYE Stop Perbudakan Modern di Laut. / Foto: Ocean Defender ID

Yang bisa kita lakukan setelah ini bukanlah berhenti makan ikan atau hidangan laut lainnya. Namun, kita perlu sebarkan urgensi isu ini kepada sekitar kita agar dapat memberikan edukasi dan memberikan desakan kepada pemerintah untuk memperbaiki tata kelola pekerja ABK Perikanan Indonesia!***

Jadwal Nonton Bareng Film Dokumenter “Before You Eat” di Jakarta

before you eat
Nobar film “Before You Eat” di Salihara, Jakarta. / Foto: Ocean Defender ID

Buat teman-teman yang ingin tahu lebih banyak terkait hal-hal yang diceritakan dalam film dokumenter ini, sebelumnya tim roadshow nobar film dokumenter “Before You Eat” sudah berkeliling kawasan Pantai Utara Jawa untuk memberikan edukasi langsung di tempat asal sebagian besar mantan ABK yang menjadi korban perbudakan modern ini.

jadwal before you eat

Tapi untuk teman-teman di Jabodetabek yang belum nonton, tenang langsung aja klik daftar nobar “Before You Eat”. 

before you eat
Nobar film “Before You Eat” di Salihara, Jakarta. / Foto: Ocean Defender ID

Kita juga akan berkesempatan untuk mendapatkan limited merchandise Before You Eat dan tentunya bisa berdiskusi langsung dengan SBMI, Greenpeace Indonesia, serta salah satu mantan ABK yang mendapatkan pengalaman pahit sekaligus memberikan dukungan dengan menandatangani Petisi Lindungi ABK Indonesia.

before you eat
Nobar film “Before You Eat” di Salihara, Jakarta. / Foto: Ocean Defender ID

Ayo, bantu suarakan dan sebarkan permasalahan ini kepada orang-orang di sekitar kita dan bantu bersuara serta bergerak bersama SBMI dan Greenpeace Indonesia untuk mendesak pemerintah membenahi tata kelola pekerja ABK di Indonesia agar mantan ABK mendapatkan haknya yang masih belum diberikan dan tidak ada lagi kasus perlakuan tidak manusiawi yang dialami ABK Perikanan Indonesia! 

Baca juga: Pelaut yang Selalu Hidup dalam Hati Mayang

Editor: J. F. Sofyan

Artikel Terkait

Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

Tanggapan