Mikroplastik Sudah ada di Lambung Manusia, Bagaimana Tanggapan yang Seharusnya?

Plastik – masalah yang tak kunjung usai dan malah semakin payah. Tapi, apa boleh dikata, ya? Plastik memang sudah terlanjur mengakar kuat dalam gaya hidup modern sehingga bukanlah perkara yang mungkin untuk menuntaskan problematika ini dalam sekejap.

Sayangnya, sementara solusi masih diusahakan, plastik masih terus mengotori lautan dan bahkan mengancam untuk mencemari perut kita juga!

Plastics in ocean
Laut kita masih belum bebas dari plastik, nih! (Sumber Gambar: Pexels)

Mengenal Mikroplastik, Penyusup dalam Makanan Laut

Banyak yang mungkin tidak sadar bahwa plastik pun pada akhirnya juga akan terurai menjadi material-material yang lebih kecil, meski tentu memakan waktu lama dikarenakan sifatnya yang anorganik. Potongan-potongan kecil plastik yang sekiranya berukuran kurang dari 5 mm kemudian dikenal sebagai mikroplastik [1].

Dengan ukurannya tersebut, tidak akan sulit bagi mikroplastik yang berenang-renang di lautan untuk terhisap masuk dalam mulut biota laut, bukan?

Penelitian dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengungkapkan bahwan seluruh wilayah laut Indonesia sudah tercemar oleh mikroplastik. Estimasi lebih lanjut bahkan menyatakan bahwa lebih dari 89% jenis ikan teri yang sering menjadi komoditas industri perikanan di Indonesia sudah terkontaminasi oleh sampah mini ini [2].

Bayangkan ketika ikan-ikan ini kemudian disajikan di restoran makanan laut, perut siapa yang kemudian akan ikut menumpuk mikroplastik?

Delicious Seafood
Anda yakin makanan laut yang anda konsumsi bebas dari mikroplastik? (Sumber Gambar: Pexels)

Bahaya tidak, sih?

Pencemaran mikroplastik sudah sekian parah, tetapi mengapa isu ini belum menjadi perhatian publik? Rupanya potensi bahaya dari mikroplastik pada tubuh manusia belum terprediksi dengan jelas dan masih membutuhkan banyak riset lebih lanjut [1]. Tetapi, untuk memberi gambaran, dampak dari mikroplastik sudah bisa diamati pada biota-biota laut.

Beberapa penelitian telah menemukan bahwa mikroplastik dapat mempengaruhi ekspresi gen, pertumbuhan, laju reproduksi, dan ketahahan hidup dari biota laut.

Sebagai contoh, kontaminasi mikroplastik dalam tubuh ikan dapat memperlambat pertumbuhan dan mengubah pola kebiasaan seperti ikan yang menjadi abai akan bau predator serta memilih plastik sebagai makanan pengganti zooplankton.

Akan tetapi, sejumlah penelitian lain justru tidak menemukan pengaruh negatif apapun dari mikroplastik terhadap biota laut [3]. Mengapa bisa demikian?

Perbedaan reaksi biota laut terhadap mikroplastik ditengarai sebagai hasil dari berbagai faktor. Sebuah studi menemukan bahwa kelompok krustasea yang terpapar mikroplastik jenis polystyrene mengalami kemunduran tingkat reproduksi, sedangkan efek tersebut tidak ditemui pada kelompkok krustasea yang dipaparkan dengan mikroplastik jenis terephthalate.

Penelitian lain menemukan bahwa mikrofiber dari tali dan pakaian cenderung lebih memiliki potensi bahaya dibandingkan mikroplastik lain yang berbentuk pecahan atau bulatan. Selain jenis dan bentuk, perlu diperhitungkan pula faktor-faktor seperti dosis dan durasi terpaparnya biota laut pada mikroplastik [3]. Kompleks, ya!

Jadi, Harus Bagaimana dong?

Meski belum tergambar dengan jelas, bukan berarti bahaya mikroplastik pada manusia dapat dianggap remeh. Sebagai analogi, anggaplah mikroplastik seperti bakteri atau virus penyebab penyakit.

Tiap individu memiliki ketahanan yang berbeda bergantung pada imunitas individu tersebut, jumlah atau dosis mikroplastik yang terakumulasi dalam tubuh, jenis mikroplastik yang terakumulasi, dan faktor lainnya. Apakah kalian ingin mencoba sakitnya dahulu baru menganggap mikroplastik sebagai ancaman?

Oleh karena itu, mari mulai menanggulangi bersama masalah mikroplastik ini. Apa yang bisa dilakukan? Mulailah perlahan mengadopsi gaya hidup zero waste (bebas sampah).

Ada banyak kebiasaan baik yang bisa dicoba, mulai dari membawa tas belanja sendiri ketika berbelanja, menyediakan botol minum dan kotak makan dari rumah, hingga membeli produk-produk ramah lingkungan yang bisa terurai (biodegradable). Sudah banyak loh inovasi produk biodegradable, mulai dari popok, microbeads dalam kosmetik, hingga casing untuk HP!

Shopping bag for zero waste lifestyle
Ayo biasakan menyediakan tas belanja agar tak bergantung pada plastik! (Sumber Gambar: Pexels)

Yuk, bersama mengubah gaya hidup untuk menjaga laut dan juga diri sendiri!

Editor : Annisa Dian Ndari

Referensi

[1] Geilfus, N. X., 2019, ‘Microplastics may affect how Artic sea ice forms and melts‘, diakses pada 28 Mei 2021, dari https://theconversation.com/microplastics-may-affect-how-arctic-sea-ice-forms-and-melts-120721

[2] Arbi, I. A., 2019, ‘ Microplastics have entered our bodies via food chain: Scientist‘, diakses pada 28 Mei 2021, dari https://www.thejakartapost.com/news/2019/01/17/microplastics-have-entered-our-bodies-via-food-chain-scientist.html

[3] Bucci, K. dan Rochman, C., 2020, ‘Microplastic pollution is everywhere, but scientists are still learning how it harms wildlife’, diakses pada 28 Mei 2021, dari https://theconversation.com/microplastic-pollution-is-everywhere-but-scientists-are-still-learning-how-it-harms-wildlife-129882

Artikel Terkait

Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

Overfishing dan Kekeringan Laut

Peningkatan suhu global menyebabkan peningkatan penguapan air dari permukaan laut, yang pada gilirannya meningkatkan konsentrasi garam dalam air laut. Kekeringan laut terjadi ketika air laut menguap lebih cepat daripada yang dapat digantikan oleh aliran air segar, seperti dari sungai-sungai atau curah hujan. Akibatnya, air laut menjadi lebih asin dan volume air laut berkurang.

Tanggapan