Bom Ikan, Keserakahan Manusia Mengancam Ekosistem Laut
Bom ikan adalah salah satu metode tidak baik dalam menangkap ikan. Selain jaring harimau yang membentang luas untuk menangkap ikan, bom ikan juga sangat berdampak buruk pada ekosisitem laut.
Pemanfaatan sumber daya alam oleh manusia kian meningkat sejalan dengan pemenuhan kebutuhan hidup yang semakin besar. Perairan merupakan lingkungan hidup bagi manusia dan tempat untuk mencari nafkah. Sayangnya, manusia hanya fokus pada apa yang dia dapatkan tanpa peduli dampak buruk apa yang akan terjadi.
Indonesia sebagai negara kepulauan menjadikan sebagian warganya mencari nafkah dengan menangkap ikan, namun dewasa ini kegiatan manusia menangkap ikan menimbulkan masalah gangguan pada lingkungan perairan yang menyebabkan ekosisitem laut rusak.
Penangkapan ikan dengan bahan kimia, seperti kalium oksida yang dapat membuat ikan mabuk, kemudian mati akan merusak metabolisme berbagai biota laut. Begitu juga dengan bom ikan, menggunakan bom untuk menangkap ikan agar lebih mudah dan praktis. Namun hal ini berakibat buruk bagi ekosistem laut terutama terumbu karang.
Menurut Ahdan dalam jurnal Fish Bomb; for Bussines Motives or Basic Needs (2018) ledakan bom ikan tidak hanya membunuh ikan tetapi juga membunuh benih biota laut, berbagai organisme laut, juga merusak terumbu karang.
Rusaknya terumbu karang yang penting bagi ekosisitem laut akan menimbulkan kematian bagi makhluk yang tinggal di dalamnya.
Dikutip dari rri.co.id, Sardi,S. Pi mengatakan “Dampak dari pengeboman ikan tentu merusak terumbu karang yang ada, merusak habitat dan ekosistem laut, mematikan ikan-ikan kecil sehingga mengurangi populasi ikan”.
Sardin menjelaskan bahwa penangkapan ikan dengan bom ikan tak hanya berdampak pada biota laut saja tetapi juga pada nelayan lokal, seperti nelayan pemancing, kelompok budidaya ikan keramba, serta nelayan tradisional lainnya.
“Selain lingkungan menjadi rusak, ekosistem laut terganggu, dampaknya beresiko bagi keselamatan orang, akibat dari bom ikan seperti cacat maupun bisa menyebabkan kematian” jelasnya.
Aktivitas pengeboman ikan dengan berat 250 gram dapat menghancurkan minimal 50 meter persegi terumbu karang dan perlu waktu yang lama untuk memulihkan terumbu karang tersebut.
Selain berdampak buruk bagi terumbu karang, bom ikan juga berdampak pada biota lainnya. Banyak ikan yang mati sia-sia, akibat dari ledakan bom tersebut banyak ikan dengan insang yang rusak atau pecah. Sebagian pingsan sebagian mati hancur. Sebagian ikan mengapung di permukaan sebagian ikan tenggelam ke dasar laut. Nelayan akan menangkap sebagian ikan dan membiarkan sebagian lainnya membusuk. Pada akhirnya banyak bangkai yang membusuk di pantai sekitarnya.
Bom ikan merupakan penangkapan ikan berskala besar, penggunaan bom ikan juga telah dilarang di berbagai negara karena cara mencari ikan yang tidak berkelanjutan. Terumbu karang yang hancur karena ledakan maka ikan tak lagi kembali ke daerah itu. jika hal ini terus berlanjut maka generasi selanjutnya akan menuai kemiskinan.
Laut Indonesia sebagai syurga bagi para diver pun akan terancam dikarenakan terumbu karang yang hancur maka tak ada lagi tempat yang indah untuk dikunjugi. Hal ini akan berpengaruh pada penghasilan masyarakat karena wisatawan sudah tidak datang ke tempat itu.
Meski pemerintah sudah melarang bom ikan dengan mengeluarkan UU No. 4 tahun 1985 tentang pengelolaan ikan yang melarang melakukan kegiatan penangkapan dengan alat/cara yang dapat membahayakan kelestarian sumberdaya ikan dan lingkungan, tetapi tetap saja masih banyak nelayan nakal yang masih menggunakan bom ikan.
Seperti hal nya yang terjadi di Maluku Utara, polisi menangkap 9 orang pelaku bom ikan di perairan Pulau Taliabu, Provinsi Maluku Utara.
Pendidikan dan penyadaran tentang lingkungan dapat lebih ditingkatkan, sehingga masyarakat menyadari pentingnya ekosisitem lingkungan bagi kesejerahteraan manusia.
Baca juga: Tegas Kendalikan Pelaku Bom Ikan!
Sumber: Profauna, m.rri.co.id, Kompas.com, Malut Post
Tanggapan