Hadang Krisis Iklim, Untuk Kehidupan Lebih Baik

Krisis iklim hal yang marak dibahas belakangan ini. Perubahan iklim yang menyebabkan anomali iklim yang sebelumnya sudah tersiklus, Indonesia yang merupakan daerah beriklim tropis memiliki dua musim yang tiap tahunnya berjalan teratur, yaitu bulan oktober hingga bulan april kita dihadapkan pada musim hujan sedangkan dari akhir bulan april hingga awal oktober merupakan rentang waktu untuk musim panas.

Namun  hal tersebut seolah sudah tidak berlaku lagi, datang dan pergi tak kenal waktu. Perubahan iklim terjadi karena banyaknya kerusakan yang terjadi di bumi, lingkungan yang merupakan tempat makhluk hidup tinggal sudah tak mampu lagi melakukan suksesi disebabkan kerusakan lingkungan yang semakin parah dari hari ke hari.

Hutan semakin gundul, polusi udara semakin meningkat karena kendaraan dan pembakaran bahan bakar fosil, polusi pabrik juga dari sampah yang ditumpuk tanpa adanya pengelolaan lebih lanjut yang setiap harinya menghasilkan gas metan yang berbahaya bagi lingkungan.

Gaya hidup konsumtif masyarakat saat ini juga sangat mempengaruhi  kelestarian lingkungan. Penggunaan plastik sekali pakai, kendaraan pribadi yang marak juga kurangnya kesadaran masyarakat untuk hidup bersih dan sehat serta lebih peduli terhadap lingkungan menyebabkan keadaan lingkungan semakin parah.

Dampak yang terjadi sekarang bukan main-main, seperti halnya: es kutub mencair disebabkan oleh panasnya bumi akibat efek gas rumah kaca yang terjebak dibumi. Bukan tak berdampak, namun belum terpikirkan bahwa  hal tersebut akan menyebabkan permukaan air laut semakin naik ke darat sehingga banyak terjadi banjir.

Belum lagi masalah kronik sampah yang banyak terbuang di kedalam laut baik sengaja maupun tidak dapat memperparah keadaan. Permukaan air laut dan suhu makin cepat meningkat,  biota laut semakin terancam dan pada akhirnya berdampak pada kestabilan pangan kita.

Akhir-akhir ini sudah banyak beredar kabar, banyak biota laut seperti paus, burung, serta biota lainnya  yang ditubuhnya banyak didapati plastik. Bahkan tak sedikit dari  mereka mati akibat terjebak plastik yang sudah dibuang manusia ke laut.

Bayangkan saja jika setiap harinya terdapat paling sedikit sepuluh orang yang membuang sampah sebanyak 1kg ke laut,maka akan didapati 3,650 ton sampah dilaut dalam setahun, apa yang terjadi dengan laut yang sudah banyak memberikan kami berkah oksigen dan protein ini ?

Banyak dari biota laut mengira sampah yang kita buang adalah makanan sehingga tak heran apabila biota laut banyak yang mati karena mikroplastik yang telah dikonsumsi atau biota laut yang terjebak dalam timbunan sampah yang dihasilkan masyarakat.

Penyebab lain dari perubahan iklim yang masih belum banyak kita sadari salah satunya disebabkan oleh banyaknya lahan gambut yang secara tidak kasat mata dapat menghasilkan gas metan yang mudah terbakar dengan terik matahari di Indonesia yang beriklim tropis ini.

Lahan gambut yang banyak disebabkan oleh penebangan pohon juga kelapa sawit serta tumbuhan lainnya, penebangan yang tidak dilakukan dengan prosedur yang salah mengakibatkan bencana yang lebih besar. Hasil penebangan yang tidak diolah secara semestinya dan hanya ditimbun dalam waktu yang lama mengakibatkan pembusukan yang berakhir dengan dihasilkannya gas metan.

Gas tersebut akan menghasilkan api jika terpapar oleh matahari menyebabkan kebakaran hutan yang juga berdampak akan kelangsungan makhluk hidup yang mendiaami hutan. Sehingga wajar saja apabila kebakaran hutan semakin menjadi sepuluh tahun terakhir  ini.

Hutan yang semestinya menjadi tempat tinggal hewan dan tumbuhan juga sebagai sumber pangan dan penghasilan bagi sebagian  orang, sudah tak bisa dimaanfaatkan sebagimana mestinya.

Banyak  hal yang merugikan manusia akibat perubahan iklim ini, seperti halnya banyak bencana terjadi, banyaknya petani gagal panen, nelayan yang tangkapannya menurun dengan kualitas tangkapan yang beresiko membawa penyakit, hutan yang merupakan paru-paru dunia pun sudah tak bisa bekerja secara maksimal.

Banyak timbul penyakit baru akibat alam yang sudah tak wajar, suhu bumi semakin panas dan banyak hal buruk lain yang menanti apabila kita hanya berdiam diri dan tak melakukan perubahan. Masyarakat sudah tau mengenai hal tersebut dan tak bisa hanya menganggap hal tersebut sebagai isapan jempol belaka, dampaknya sudah banyak kita dapati.

Untuk itu perlu dilakukan perubahan untuk alam yang lebih baik lagi. Pola hidup harus diubah menjaadi wasteless atau minim sampah, juga harus lebih aware akan lingkungan dan juga lebih berhemat energi. Mulai perubahan dari diri kita sendiri, hal kecil yang kita lakukan akan menimbulkan dampak baik untuk lingkungan.

Seperti halya membuang sampah pada tempatnya, membiasakan diri mengelolah sampah dan menerapkan 3R (Reduce, Reuse, Recycle), menghemat penggunaan listrik, merawat tumbuhan dan masih banyak hal kecil yang memiliki dampak besar untuk lingkungan apabila dilakukan dengan terus-menerus.

Berpikir lebih panjang untuk keberlangsungan lingkungan harus selalu dilakukan dan perlu di ingat bahwa perubahan untuk menjadi lebih baik tidak bisa dilakukan sendiri maka seharusnya kita sebagai penghuni bumi harus lebih sadar dan bisa lebih menjaga lingkungan agar lebih asri dan bisa bertahan sehingga dapat dinikmati penerus kita selanjutnya.

Mari kita berubah dimulai dari diri sendiri !

Editor : Annisa Dian N

Artikel Terkait

Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

Tanggapan