Sudah Sehatkah Laut Indonesia?

Menurut data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), pada tahun 2020 wilayah lautan Indonesia sudah tercemar oleh sekitar 1.772,7 gram sampah per meter persegi (g/m2). Negri yang kaya akan sumber daya laut, itulah salah satu keindahan yang dimiliki negara Indonesia, namun banyak hal yang membuat keindahan laut Indonesia menjadi rusak, menurut Universitas Hasanudin dan University of California, Davis School of Veterinary Medicine, menemukan bahwa 25 % ikan yang dijual di pasar kota Makasar telah mengandung plastik (Scientific Reports, 2015), hal ini tentu saja akan mempengaruhi kesehatan masyarakat yang mengonsumsinya.

Ikan yang memakan microplastic dapat mengalami penyumbatan saluran pencernaan karena microplastic tidak dapat dicerna oleh tubuh ikan. Penyumbatan ini dapat menyebabkan kematian ikan dan juga berbahaya bagi kesehatan manusia jika dikonsumsi, keberadaan sampah plastik di laut juga dapat menyebabkan kerusakan ikan, terumbu karang dan spesies laut lainnya. Microplastic dapat masuk ke tubuh manusia dan dapat menyebabkan berbagai penyakit seperti ganggun sistem kekebalan, kanker dan diabetes dan dapat mengganggu fungsi organ hati dan ginjal.

Ilustrasi. Aktivis Greenpeace memegang spanduk bertuliskan “Is This Yours?”. / Foto : Ahmad Saparhadi / Greenpeace.

Untuk upaya mengatasi masalah ini Joko Widodo, selaku presiden Indonesia mengeluarkan Peraturan Presiden No 83 Tahun 2018 Tentang Penanganan Sampah Laut, di dalam peraturan tersebut berisi target yaitu pengurangan sampah plastik di Laut sebanyak 70 persen pada tahun 2025. Salah satu upayanya adalah dengan mengaktifkan Kemitraan Aksi Plastik Nasional (National Plastic Action Partnership/NPAP). Kemitraan tersebut menjadi yang pertama di dunia dan menegaskan bahwa Indonesia berkomitmen untuk mengurangi produksi sampah plastik (Indonesia.go.id – Selamatkan Laut dari Sampah Plastik ).

Berdasarkan data dari Tim Koordinasi Nasional Penanganan Sampah Laut, pengurangan sampah mencapai 14,24%  dan terdapat sampah yang tidak terkelola sebanyak 36,49% (Tim Koordinasi Nasional Penanganan Sampah Laut | TKN PSL). Telah banyak upaya yang dilakukan oleh negara dalam usaha menjaga Laut Indonesia dari polusi sampah, oleh karena itu sudah tugas kita sebagai warga negara Indonesia dalam menjaga kelestarian Laut Indonesia, masih banyak masyarakat yang menggantungkan diri dari laut, upaya ini juga dilakukan agar pemanfaatan Laut Indonesia menjadi maksimal terutama di sektor pangan dan pariwisata.

Ilustrasi. Salah satu dari sekian banyak terumbu karang di Raja Ampat, Papua, Indoneisa, 22 Mei 2013. Foto: Paul Hilton / Greenpeace.

Ekspansi proyek pertambangan juga salah satu penyebab pencemaran Laut di Indonesia, limbah pertambangan yang di hasilkan menyebabkan pencemaran pada air laut, hal ini membahayakan ekosistem Laut, Aktivitas pertambangan seringkali menimbulkan konflik dengan masyarakat lokal yang bergantung pada laut untuk mata pencaharian mereka, seperti nelayan dan pembudidaya ikan. Kerusakan laut akibat pertambangan dapat mengurangi hasil tangkapan ikan dan mengganggu aktivitas budidaya, sehingga berdampak pada pendapatan dan ketahanan pangan masyarakat. Kegiatan pertambangan yang menghasilkan zat kimia dapat merusak ekosistemnya, bukan hanya itu efek suara dari kegiatan pertambangan juga mengganggu aktivitas sejumlah biota laut, hingga menyebabkan kematian bagi beberapa spesies.

Dampak penambangan terhadap laut terus menjadi isu utama selama lima tahun terakhir. Banyak kerusakan yang terjadi seperti yang terjadi pada tahun 2019 di Teluk Bone, Sulawesi Selatan telah menyebabkan kerusakan yang  signifikan terhadap terumbu karang, kemudian pada 2022 yaitu kegiatan penambangan pasir laut di Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur menyebabkan pencemaran laut yang berdampak pada kegiatan perikanan dan pariwisata. Sudah terdapat aturan mengenai kegiatan pertambangan seperti Peraturan Pemerintah Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Mineral dan Batubara, masih banyak aturan lain yang mengatur kegiatan pertambangan, namun pencemaran akibat kegiatan merupakan suatu hal yang tak dapat di hindari. Dibutuhkan regulasi yang efisien dalam proses kegiatan pertambangan agar dapat mencegah pencemaran secara berlebihan dan tidak merusak ekosistem. Pihak pengelola tambang juga wajib melakukan rehabilitasi terhadap wilayah yang telah tercemari agar masyarakat setempat dapat mengelola wilayah tersebut, dan dilakukannya penanaman karang dan transplantasi karang untuk memulihkan terumbu karang yang rusak akibat pencemaran . Dibutuhkan juga teknologi pertambangan yang efisien dan bersih agar polusi yang dihasilkan mencemari laut.

World Health Organizations ( WHO ) menyarankan agar ikan yang terkontaminasi sampah tidak dikonsumi berlebihan terutama bagi anak-anak dan wanita hamil karena memiliki resiko kesehatan yang tinggi, WHO menyarankankan agar kita memperhatikan kondisi lingkungan dan mengurangi penggunaan sampah plastik. Sampah plastik yang dibuang ke laut dapat membahayakan biota laut dan memiliki dampak negatif pada lingkungan dan ekonomi. Setiap manusia mempunyai tanggung jawab yang sama dalam menghentikan dan mencegahnya. WHO menyerukan kepada semua pihak, termasuk pemerintah, industri, dan masyarakat, untuk mengambil tindakan nyata dalam mengatasi pencemaran laut.

Masih banyak hal lainnya yang dapat mencemari Laut Indonesia, untuk itu mari kita menjaga laut, karena kita masih sangat membutuhkan laut, baik itu sebagai sumber pangan maupun tempat untuk berekreasi, maka mari sama-sama menjaga agar Laut Indonesia menjadi sehat.***

Artikel Terkait

Overfishing dan Kekeringan Laut

Peningkatan suhu global menyebabkan peningkatan penguapan air dari permukaan laut, yang pada gilirannya meningkatkan konsentrasi garam dalam air laut. Kekeringan laut terjadi ketika air laut menguap lebih cepat daripada yang dapat digantikan oleh aliran air segar, seperti dari sungai-sungai atau curah hujan. Akibatnya, air laut menjadi lebih asin dan volume air laut berkurang.

Penerapan Kampung Ikan Berbasis Teknologi Hatchery dalam Optimalisasi Percepatan Kemandirian Pangan Perikanan Nasional

Salah satu kisah sukses teknologi hatchery adalah hatchery skala rumah tangga (HSRT) yang terdapat dibagian utara Bali.

Teknologi ini dikembangkan oleh Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut Gondol Bali dan dengan pesat diterapkan oleh nelayan – nelayan setempat yang awalnya ingin mengadakan diversifikasi usaha dari perikanan budidaya secara tradisional ke perikanan budidaya skala industri seperti tambak dan keramba jaring apung.

Tanggapan