Pengalaman Berhargaku di Pantai Bira dan Kepulauan Selayar
Aku ingin bercerita tentang pengalaman saat melihat keindahan laut dan pantai yang ada di Sulawesi Selatan. Pengalaman ini aku dapatkan ketika melaksanakan program besar di sekolahku yaitu program Young Explorer.
Young Explorer adalah suatu program penjelajah muda untuk mengenal sejarah peradaban dan kebudayaan nusantara serta membangun rasa untuk mencintai Indonesia. Program di mana kami selaku siswa menjadi pelaku utamanya, kami yang menyiapkan sendiri mulai dari pemilihan destinasi untuk dijelajahi, mencari pendanaan, hingga menentukan apa yang akan kami pelajari. Tentunya juga dengan bimbingan guru-guru kami tercinta.
Dalam Program Young Explorer periode kali ini, banyak sekali kegiatan ataupun destinasi tempat kami belajar yang letaknya sangat dekat dengan pantai dan lautan. Sehingga, secara tidak langsung, di sana aku banyak sekali mengunjungi pantai-pantai dan melihat lautan.
Program ini, program yang rutin dilakukan untuk siswa Sekolah Lanjutan Level 7 (setara SMP kelas 1) di Sekolah Alam Indonesia (SAI) tempatku bersekolah. Dimana dalam program ini, kami akan ditempa dengan rasa kemandirian maupun tanggung jawab dan rasa peduli terhadap sesama manusia serta lingkungan.
Di Sulawesi Selatan aku mengunjungi beberapa pantai, di antaranya adalah Pantai Bira, Pantai di Kampung Penyu, Pantai Liang Tarrusu di Kepulauan Selayar, dan juga beberapa pantai di sepanjang perjalanan dari Tanjung Bira menuju Pulau Selayar, serta saat perjalanan menuju ke lokasi snorkeling.
Menikmati Sambil Berkontribusi di Pantai Bira
Pantai pertama yang aku kunjungi adalah Pantai Bira di daerah Tanjung Bira, Makassar, Sulawesi
Selatan. Pantai ini terletak sekitar 40 Km dari Kota Bulukumba atau 200 Km dari Kota Makassar dengan
waktu tempuh sekitar 3-4 jam lamanya.
Pantai ini terletak di ujung selatan Pulau Sulawesi di Kecamatan Bonto Bahari, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan.
Pantai Tanjung Bira berpasir putih lembut. Terkenal akan keindahan dan kenyamanannya. Tak hanya dikenal karena pesona keindahan pantainya saja, Tanjung Bira juga merupakan rumah pembuatan kapal tradisional Khas Sulawesi Selatan yang dikenal dengan nama Kapal Pinisi. Sehingga pengunjung juga dapat melihat proses pembuatan kapal tersebut di pinggiran pantai.
Di sini, kami semua akan melakukan sebuah kegiatan yaitu WBA (Waste Brand Audit). WBA adalah sebuah kegiatan untuk mengumpulkan atau membersihkan sampah yang berserakan di sekitar pantai.
Saat pertama kali aku melihat dari kejauhan, Pantai Bira ini terlihat masih sangat bersih. Kami pun merasa khawatir apakah Pantai Bira ini tepat untuk dijadikan lokasi kegiatan WBA (Waste Brand Audit) yang sudah direncanakan.
Namun, setelah kami sampai di sana dan melihat lebih dekat sampai ke bibir pantai, ternyata segala pesona keindahannya tercoreng dengan masih banyak sampah yang berserakan di beberapa lokasi sekitar pantai tersebut.
Pengunjung pun masih banyak yang terlihat belum memiliki kesadaran untuk membuang sampah pada tempatnya. Banyak wisatawan yang masih seenaknya sendiri membuang sampah secara sembarangan. Baik itu di pesisir pantai maupun di lokasi sekitar pantai.
Kami pun melakukan kegiatan yang sudah dirancang sebelumnya yaitu Program WBA (Waste Brand Audit) serta melakukan kampanye (edukasi) kepada para pengunjung maupun penduduk lokal di sana tentang bahaya sampah untuk laut kita.
Program ini bertujuan untuk memberikan kesadaran bagi kita semua agar selalu menjaga lingkungan alam kita baik itu di darat maupun di lautan.
Melepas Tukik dan Berbagi di Kampung Penyu, Pulau Selayar
Pantai kedua yang kami kunjungi adalah pantai di daerah Kampung Penyu. Sebuah kawasan pesisir pantai sepanjang 700 meter yang terletak di pesisir barat Selayar, tepatnya di Desa Barugaia, Kecamatan
Bonto Manai, Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan.
Kawasan ini berjarak sekitar 10 Km dari ibukota Kabupaten Kepulauan Selayar. Warga sekitar menyebut kawasan ini adalah Kampung Penyu. Kampung Penyu merupakan singkatan dari Perkumpulan Pemuda Pelindung Penyu.
Inisiatif pembuatan kampung penyu ini didasari oleh keprihatinan maraknya aktivitas pengambilan telur penyu di Desa Barugaia, salah satu kawasan pantai habitat penyu di Selayar.
Kami berkunjung kesini untuk belajar cara pembesaran tukik dan melepaskannya ke lautan
bebas, karena di sini terdapat tempat untuk penangkaran penyu (sanctuary).
Di sini juga kami melakukan bakti sosial ke warga masyarakat di sekitar Kampung Penyu. Pertama kali aku melihat pantai ini ketika sedang menurunkan barang untuk keperluan bakti sosial yang akan di berikan kepada warga sekitar yang diwakili oleh Pak Datu, di hari pertama kami berkunjung ke Pulau Selayar.
Pak Datu adalah salah satu kepala dusun di Desa Barugaia yang juga dikenal sebagai pendiri atau penggagas Kampung Penyu.
Di hari pertama kami berkunjung ke Pulau Selayar ini, tampak pantainya terlihat masih sangat
bersih. Namun, ketika di hari kedua aku melihat kembali pantai ini saat kami akan melaksanakan kegiatan Selebrasi Young Explorer, aku lumayan terkejut, karena ternyata pantainya kotor dan masih banyak
sampah yang berserakan.
Padahal, Pulau Selayar jumlah penduduknya hanya sedikit, karena luas pulau yang tidak terlalu besar. Namun mengapa banyak sampah yang masih berserakan di sekitar pantainya?
Mungkin karena masyarakat dan pengunjung di sana masih banyak yang belum mempunyai kesadaran untuk peduli terhadap lingkungan dan belum mengetahui bahwa sampah itu sebenarnya sangat berbahaya bagi lingkungan kita.
Menanam Terumbu Karang di Pantai Liang Tarrusu, Kepulauan Selayar
Pantai ketiga yang kami kunjungi adalah Pantai Liang Tarrusu. Salah satu obyek wisata alam kepulauan Selayar yang terletak di Desa Bontoborusu, Kecamatan Bontoharu, Kabupaten Kepulauan Selayar.
Di lokasi ini kami akan melakukan kegiatan transplantasi terumbu karang atau melakukan konservasi
untuk menyelamatkan terumbu karang yang hampir punah dengan cara menanamnya kembali ke dalam
bawah laut.
Di pantai ini aku merasa sangat senang karena pantai ini terlihat bersih walaupun tetap masih ada sampah yang berserakan di pesisir pantainya. Hal ini mungkin, karena akses untuk menuju ke pantai ini harus menggunakan perahu kecil terlebih dahulu. Sehingga tak banyak orang yang mudah untuk mencapainya. Ternyata, di daerah pantai ini ada sebuah komunitas peduli lingkungan yang ikut serta dalam usaha pemeliharaan lingkungan.
Pantai keempat, adalah pantai yang aku lihat saat berada di lautan ketika sedang melakukan perjalanan dari Tanjung Bira ke Pulau Selayar dan pada saat melakukan perjalanan menuju lokasi snorkeling.
Saat melakukan perjalanan ke Pulau Selayar, aku melihat lautan yang kami lalui masih sedikit kotor karena masih ada sedikit sampah yang terlihat dari permukaan laut.
Namun, pada saat perjalanan ke lokasi snorkeling, aku melihat bahwa lautan di kawasan ini masih bersih, sehingga pantai tetap indah. Mungkin karena wilayah Pulau Selayar ini masih sulit untuk di akses.
Saat kami tiba di lokasi pantai dan melakukan kegiatan snorkeling tak henti-hentinya aku mengucap syukur pada Allah SWT sembari berdecak kagum karena air lautnya sangat bening dan bersih sekali sehingga terlihat jelas keindahan pemandangan bawah lautnya. Masya Allah sangat indah sekali.
Laut dan pantai di Indonesia ternyata tidak semuanya terlihat kotor seperti yang banyak kita lihat. Contohnya, di kawasan Pulau Selayar dan pantai tempat penanaman terumbu karang, lautnya masih terlihat cukup bersih. Walaupun banyak juga pantai yang tidak dijaga kelestariannya, dengan banyaknya sampah yang dibuang sembarangan baik itu oleh masyarakat maupun oleh para pengunjung yang sedang melakukan kunjungan kesana.
Berdasarkan pengamatan yang kami lakukan, sebenarnya masyarakat sekitar pantai telah mengetahui tentang bahaya sampah untuk lingkungan kita, namun mereka tidak tahu bagaimana cara mengelola sampah agar tidak berbahaya bagi lingkungan.
Pengelolaan sampah tersebut bisa dilakukan dengan cara mendaur ulang sampah (recycle), memakai
barang yang masih bisa di pakai (reuse), dan juga mengurangi sampah (reduce) atau lebih dikenal dengan sebutan 3R (Reuse, Reduce, Recycle).
Banyak juga hal lainnya yang bisa kita lakukan agar sampah tidak berbahaya untuk lingkungan kita. Sebuah langkah kecil yang manfaat luasnya akan dirasakan di kemudian hari.
Kalau bukan kita siapa lagi yang akan berperan untuk melestarikan kekayaan alam ciptaan Allah ini. Karena dengan ikut menjaga alam ciptaan-Nya, itulah salah satu cara bersyukur kita terhadap Sang Pencipta.
Dengan menjaga alam, kita juga turut berperan untuk melestarikan kekayaan dan keselamatan bumi yang kita cintai ini.***
Baca juga: Lautan Dan Manusia, Hubungan Yang Kian Renggang
Editor: J. F. Sofyan
Tanggapan