Nelayan Wakat Hadapi Perubahan Iklim di Tengah Maraknya Bom Ikan di Laut Bolmut
Foto Utama: Kelompok Nelayan Wakat Saat Melakukan Diskusi di Sanggar mereka. Pertemuan ini dipimpin langsung oleh Kepala Desa Wakat Taufik Angkareda. (Foto: Fandri Mamonto)
Cuaca pagi itu sedang mendung, Taufik Angkareda memulai diskusi bersama dengan nelayan. Sebagai Kepala Desa Wakat, Kecamatan Bolangitang Barat, Kabupaten Bolaang Mongondow Utara (Bolmut), dirinya memiliki tanggung jawab terhadap warganya, termasuk nelayan. Salah satu program yang ia gagas adalah pertemuan setiap Jumat pagi bersama dengan para nelayan.
Menariknya, sebelum diskusi dimulai para nelayan melakukan kerja bakti, sekaligus berbagi cerita hal-hal yang terjadi saat melaut. Saat itu, Jumat 7 Juni 2024 para nelayan membenahi sanggar mereka. Termasuk pemasangan lampu tenaga surya.
Sambil membenahi sanggar, mereka membagikan cerita tentang masalah yang ditemui saat melaut. Salah satunya bertemu dengan pelaku bom ikan.
“Hampir setiap hari kami para nelayan di sini bertemu dengan para pelaku bom ikan. Tapi kami tidak bisa berbuat apa-apa, ada rasa takut untuk melawan,” ujar salah satu nelayan Wakat.
Menurut mereka, walau hanya sekedar mengambil gambar saja rasa takut itu ada. Para nelayan Wakat sudah beberapa kali menyampaikan ke dinas kelautan dan perikanan Bolmut terkait masalah bom ikan ini, tapi para pelaku bom ikan masih ada.
Sambil bercanda para nelayan menyampaikan, jika dipancing ikan jarang muncul, tapi ketika ada orang yang melakukan aktivitas bom ikan, tampak banyak ikan bermunculan.
Selain aktivitas bom ikan, para nelayan wakat mengaku terkadang harus berhadapan dengan cuaca ekstrem. Cuaca ini tidak bisa ditebak. Saat di darat bagus, tapi tiba-tiba di tengah laut berbeda.
“Jika cuaca buruk pilihannya ada dua pasang jangkar atau bergegas pulang. Kedua duanya ada resiko. Tapi harus memilih salah satunya,” sebut salah satu nelayan Wakat.
Kepala Desa Wakat Taufik Angkareda mengatakan, keluhan utama para nelayan di kampungya adalah maraknya bom ikan. Apalagi nelayan di desanya hanya menangkap ikan dengan memancing.
Dampak dari maraknya bom ikan ini, lokasi melaut mereka untuk mencari ikan semakin jauh.
“Di saat lokasi ikan semakin jauh mereka dihadapkan dengan situasi perubahan iklim,” kata Taufik.
Para nelayan menyampaikan terkadang cuaca sering berbeda. Saat di darat cerah, tiba-tiba di tengah laut menjadi hujan dan angin. Bagi Taufik keluhan para nelayan ini harus diseriusi.
Sebagai sangadi sebutan kepala desa di Bolmut, Sulawesi Utara, Taufik memiliki program dalam mendukung profesi nelayan. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes) salah satu fokus programnya adalah menyelesaikan kebutuhan dasar nelayan.
“Saat dilantik beberapa tahun lalu, saya langsung mengambil langkah mendata berapa nelayan di desa Wakat,” kata Angkareda, Jumat 7 Juni 2024.
Berdasarkan data itu, di desanya ada 30 warga yang berprofesi sebagai nelayan. Dan mereka sudah dibuat Surat Keputusan (SK) dari pemerintah desa sebagai nelayan dalam bentuk kelompok.
“Dari 30 tersebut, dibagi menjadi tiga kelompok nelayan. Setiap kelompok nelayan berjumlah 10 orang,” jelasnya.
Tiga kelompok nelayan tersebut adalah Tanjung Haji, Tanjung Kuning dan Tougu. Setelah dibagi kelompok mempermudah menjalankan program.
“Saat ini pihaknya menjalankan program memberikan bantuan perahu viber dalam mendukung nelayan. Hingga tahun ini sudah akan mencapai 20 perahu viber, dan ditargetkan tahun depan selesai,” jelasnya.
Dirinya selalu mengingatkan kepada nelayan, Laut bukan hanya tempat mencari ikan, melainkan lebih dari itu. Bagaimana menjaganya dari kerusakan hingga kebersihan laut.
Bom Ikan Marak di Laut Bolmut, Siapa Dibalik Layar?
Kepala dinas kelautan dan perikanan Bolmut Irawati Ratusmanga mengaku bom ikan di wilayah Bolmut semakin marak. Hal ini disampaikannya saat ditemui diruang kerjanya.
“Masalah bom ikan di Bolmut sudah beberapa kali disampaikan dalam pertemuan baik di daerah dan Provinsi,” ujarnya Senin 10 Juni 2024.
Pihaknya mengaku rata-rata keluhan nelayan di Bolmut adalah bom ikan. Salah satunya di wilayah pulau Bongkil, karangya sudah rusak hampir mirip dengan lapangan bola.
“Bahkan hampir siang malam aktivitas bom ikan terjadi di laut Bolmut,” ungkapnya.
Menurut Ratusmanga, dalam memberantas pelaku bom ikan tentu butuh kolaborasi dengan provinsi. Pasalnya fungsi pengawasan sudah tidak melekat lagi di dinasnya. Akan tetapi ia terus menyuarakan masalah ini dalam pertemuan dengan pihak-pihak terkait.
“Apalagi Bolmut ini terletak di perbatasan dengan Gorontalo,” ujarnya.
Sebelumnya pada Rabu 15 Maret 2023, kala itu Kapolda Sulawesi Utara (Sulut) masih Irjen Pol Setyo Budiyanto melakukan kunjungan kerja di Polres Bolaang Mongondow Utara (Bolmut).
Dalam wawancara dengan sejumlah media, ia mengatakan masalah bom ikan menjadi atensinya.
“Kalau sampai ada yang tertangkap terkait dengan aktivitas pengeboman ikan ini, bukan hanya bom ikannya saja yang saya sita, termasuk perahunya,” katanya.
Pihaknya juga akan menelusuri jika ada penyandang dana termasuk orang-orang yang ‘bermain di belakang layar’ dan hanya menyuruh orang lain untuk melakukan pengeboman ikan di laut untuk mendapatkan keuntungan.
“Itu pun saya akan kenakan juga sebagai orang yang menyuruh melakukan. Harapan saya tentu semakin berkurang masalah aktivitas pengeboman ikan. Karena itu sangat membahayakan tidak hanya kepada masyarakat sendiri yang melakukan pengeboman ikan, juga merusak ekosistem yang ada di laut. Kalau ada yang punya informasi silahkan disampaikan kepada pihak kepolisian terdekat,” tutur Irjen Pol Setyo Budiyanto.
Pentingnya Kelompok Nelayan dalam Menjaga Laut
Dosen Ilmu Kelautan Fakultas Kelautan dan Teknologi Universitas Negeri Gorontalo (UNG) Sandry Djunaidi mengatakan keberadaan kelompok nelayan sangatlah penting. Karena hal ini sebagai wadah bagi mereka.
“Misalnya bagaimana mereka melihat maraknya bom ikan, sesama mereka saling mengingatkan. Atau bisa melaporkan. Biar apa yang mereka keluhkan bisa terawat,” ungkapnya.
Apalagi yang di laut setiap hari adalah nelayan. Sehingga aktivitas laut mereka ketahui. Bukan hanya itu, dengan adanya kelompok nelayan hasil produksi perikanan bisa diketahui. Sehingga mereka perlu dibina.
Sementara itu, data dinas kelautan dan perikanan Bolmut mencatat ada sekitar 2.149 nelayan. Sangkub ada 370 nelayan, Bintauna 131, Bolangitang Timur 362, Bolangitang Barat 451, Kaidipang 451 dan Pinogaluman 377 nelayan.
Diketahui, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bolaang Mongondow Utara (Bolmut) merupakan salah satu daerah pengembangan minapolitan di Provinsi Sulawesi Utara. Sebagai kawasan minapolitan sepatutnya Bolmut menjadikan sektor perikanan sebagai sumber ekonomi daerah. Dan terus berkontribusi pada sektor pertumbuhan ekonomi.
Delineasi kawasan Minapolitan Tanjung Sidupa adalah wilayah Kecamatan Pinogaluman. Dengan wilayah hinterland seluruh daerah pesisir di Bolmut. Sedangkan untuk pusat kawasan yaitu Tanjung Sidupa. Di mana desa Tanjung Sidupa merupakan salah satu desa pesisir di Kecamatan Pinogaluman yang berada di Teluk Buko.***
Tanggapan