70% Bumi Terlupakan: Kenapa Kesehatan Laut Adalah Kunci Kelangsungan Hidup Kita

Ketika kita berbicara tentang keberlanjutan planet, pandangan publik kerap terfokus pada hutan hujan tropis, udara bersih, atau lahan pertanian. Namun, sering kali terlupakan bahwa laut menutupi lebih dari 70 persen permukaan Bumi dan menjadi fondasi yang menopang kehidupan di planet ini. Ekosistem laut bukan hanya bentang alam biru yang indah, tetapi juga sistem ekologis yang kompleks, berperan sebagai paru-paru kedua dunia, penyerap karbon raksasa, dan sumber keanekaragaman hayati yang tak ternilai. Dalam kerangka Living Planet with Ecosystems and Environmental Change, laut adalah komponen vital yang menghubungkan kesehatan ekosistem global dengan kelangsungan hidup manusia.
Sayangnya, tekanan terhadap laut semakin meningkat. Laporan Living Planet Index menunjukkan bahwa populasi spesies laut mengalami penurunan signifikan akibat eksploitasi berlebihan, polusi plastik, dan dampak perubahan iklim. Naiknya suhu laut memicu pemutihan karang, mengubah pola migrasi ikan, dan mengancam keberlangsungan biota laut. Laut yang sehat berfungsi sebagai penyerap karbon alami, tetapi ketika keseimbangannya terganggu, kapasitas ini menurun, mempercepat laju perubahan iklim global.
Konsep Ecosystems and Environmental Change menegaskan bahwa semua ekosistem saling terhubung. Kerusakan di laut tidak hanya berdampak pada nelayan atau komunitas pesisir, tetapi juga mempengaruhi siklus iklim, ketahanan pangan, dan stabilitas ekonomi dunia. Laut yang kehilangan keanekaragaman hayati akan kehilangan kemampuannya untuk memurnikan air, mengatur iklim, dan menyediakan sumber daya biologis yang esensial.
Kita tidak dapat mengandalkan pendekatan konservasi yang terfragmentasi. Diperlukan strategi integratif yang memadukan konservasi laut, pemanfaatan berkelanjutan, dan pengendalian polusi lintas batas. Pembentukan kawasan konservasi laut (marine protected areas) yang efektif, penerapan teknologi ramah lingkungan di sektor perikanan, serta penegakan hukum terhadap praktik penangkapan destruktif menjadi langkah strategis. Lebih jauh, kerja sama internasional sangat dibutuhkan, sebab laut tidak mengenal batas politik.
Dalam konteks Indonesia, negara dengan wilayah laut yang luas dan garis pantai terpanjang kedua di dunia, tanggung jawab ini menjadi semakin besar. Perlindungan ekosistem laut bukan hanya urusan menjaga sumber daya alam, tetapi juga memastikan kesehatan planet dan masa depan generasi mendatang. Mengintegrasikan riset ekologi laut ke dalam kebijakan nasional, memanfaatkan data satelit untuk pemantauan, serta melibatkan masyarakat lokal dalam konservasi adalah langkah nyata yang dapat diambil.
Kesehatan planet kita akan sangat ditentukan oleh kesehatan laut. Dengan memahami bahwa ekosistem laut adalah penopang utama fungsi ekologis Bumi, setiap kebijakan dan tindakan konservasi seharusnya menempatkan laut sebagai prioritas setara dengan hutan dan ekosistem daratan lainnya. Menyelamatkan laut berarti menyelamatkan planet ini—dan pada akhirnya, menyelamatkan diri kita sendiri.
Tanggapan