Peran Masyarakat dalam Mengolah Limbah Mangrove Menjadi Pewarna Produk Fashion Pakaian Batik
Menurut Hotden (2014) Tumbuhan Mangrove adalah tumbuhan yang tumbuh di kawasan tanah berlumpur di daerah batas pasang-surut, daerah pantai dan sekitar muara sungai. Mangrove memiliki banyak manfaat untuk ekosistem, biota di sekitarnya dan manusia.
Mangrove memiliki kemampuan sebagai penyerap karbon, perangkap sedimen, mengurangi laju abrasi dan lain sebagainya. Mangrove memiliki ciri – ciri yang khas, yaitu sistem perakarannya, bentuk daunnya, bentuk buahnya dan metode dalam beradaptasi di perairan yang mengandung garam.
Di sisi lain, tanaman mangrove menghasilkan suatu limbah. Limbah tersebut berupa ranting, batang, daun atau tanaman yang tidak tumbuh. Masyarakat biasanya mengubur dan membakar limbah mangrove tersebut. Namun, apabila dibakar, justru memberikan dampak yang negatif terhadap lingkungan. Dampak tersebut yaitu menjadi polusi atau bahan pencemaran di udara yang dapat merusak lingkungan, mengganggu aktivitas dan kesehatan terhadap makhluk hidup di sekitarnya.
Solusi dari permasalahan tersebut yaitu mengolah limbah mangrove menjadi suatu produk yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat, khususnya masyarakat pesisir. Apabila limbah tersebut dapat memberikan nilai ekonomi bagi masyarakat, maka masyarakat akan senang karena mendapatkan penghasilan tambahan dan limbah mangrove tersebut dan tidak merusak lingkungan.
Menurut Adelia dan Mieke (2021) pada tahun 2013 terdapat komunitas yang mampu mengolah limbah mangrove menjadi pewarna fashion pakaian batik. Batik adalah bentuk motif yang merupakan warisan asli budaya ciri khas dari bangsa Indonesia yang tidak dimiliki oleh negara lain (Septiani et al., 2021).
Motif batik yang unik dan bahan pewarna yang alami ini merupakan hal yang menarik untuk kita ketahui. Pewarna yang berbahan dari limbah mangrove ini memiliki kandungan yang bersifat aman, ramah lingkungan dan tidak merusak lingkungan. Pewarna fashion batik ini menggunakan limbah mangrove seperti batang, daun dan akarnya yang diproses melalui beberapa tahapanan sehingga dapat dijadikan bahan pewarna pengganti pewarna sintetis yang kurang ramah terhadap lingkungan.
Fashion Batik dengan pewarna mangrove ini terekam dalam perjalanan volunter Greenpeace “Chasing The Shadow”. Kegiatan ini merupakan kampanye Greenpeace dalam rangka meningkatkan kesadaran masyarakat dalam menjaga lingkungan. Kegiatan ini menampilkan produk batik dengan pewarna berbahan alami dari tumbuhan mangrove melalui proses tertentu.
Pembuatan warna batik mangrove ini dilakukan dengan beberapa proses. Proses tersebut dinamakan mondating, yaitu beberapa zat warna alam akan pudar tanpa melalui proses pengikatan tertentu pada medianya. Cara ini disebut mordant dan biasanya menggunakan garam logam alum/tawas, tanjung/ferro yang akan membantu mengikatkan warna pada medianya/kain. Zat ini juga bisa mengembangkan serat kain akibatnya kain mudah diwarna sehingga warna lebih kuat dan tahan lama. Pewarna alam batik meliputi warna alam dari tanaman mangrove (Pringgenies et al, 2017).
Pemberdayaan masyarakat pesisir dengan mengolah limbah mangrove menjadi pewarna fashion pakaian batik, dapat memiliki manfaat untuk meningkatkan roda perekonomian masyarakat pesisir. Namun produk ini masih perlu pendampingan dari berbagai pihak, agar bisa dapat melakukan produksi dan pemasaran produk secara luas.
Hasil produksi pewarna fashion pakaian batik, memang masih belum optimal apabila dipadukan dengan batik yang menggunakan bahan pewarna alam jenis lainnya. Sesungguhnya pewarna tanaman mangrove ini dapat menghasilkan beberapa warna yang cantik, yaitu warna orange, merah, coklat dan ungu. Untuk dapat menghasilkan warna – warna yang lain masih membutuhkan beberapa inovasi dan kreatifitas dari masyarakat, sehingga dapat menjadi lebih berkembang dan produk bisa tampil lebih unik.
Produk fashion batik dari pewarna mangrove ini memiliki motif dan corak yang unik. Motif dan corak ini sangat khas dan berbeda dengan batik – batik lainnya. Namun, seiring perkembangan zaman, masih diperlukannya Inovasi dan kreativitas masyarakat untuk dapat terus meningkatkan daya tarik konsumen untuk produk ini. Hal ini dikarenakan, produk yang sederhana, apabila dapat dikemas menjadi produk yang unik dan menarik, dapat meningkatkan daya beli masyarakat.
Kita sebagai masyarakat seharusnya juga ikut mendorong pemakaian produk – produk hasil produksi lokal. Apabila produk lokal seperti fashion batik pewarna mangrove ini kita support terus, maka produksi produk dalam negeri akan terus meningkat, sehingga roda perekonomian produk dalam negeri terus berjalan serta mampu mendorong generasi selanjutnya untuk terus berinovasi dalam menciptakan produk – produk lokal yang unik lainnya.
Dengan adanya produk – produk lokal produksi dalam negeri, kita seharusnya bangga memakainya dan secara bertahap, serta harapannya produk – produk lokal seperti fashion batik dengan pewarna mangrove dapat bersaing secara internasional sehingga mampu menarik konsumen dari luar negeri.
Untuk teman – teman yang ingin menjadi penggerak ataupun aktivis lingkungan, bisa bergabung menjadi volunter Greenpeace. Caranya mudah banget, cukup buka melalui website Greenpeace dan ikutin petunjuknya, ya. Proses pendaftarannya gratis dan tidak dipungut biaya sama sekali.
Baca juga: Strategi Implementasi Blue Economy dalam Mengentaskan Kemiskinan Masyarakat Pesisir
Sumber:
Adelia, K. dan Mieke Choandi. 2021. RUMAH WISATA BATIK MANGROVE: KEMBALI KE AWAL (MEMPERKENALKAN BATIK MANGROVE SEBAGAI WARISAN BUDAYA). Jurnal Stupa Vol. 3, No. 2, Oktober 2021. hlm: 2141 – 2150
Greepeace. 2022. https://media.greenpeace.org/Detail/27MDHUFFULWJ
Hotden, Khairijon dan Mayta Novaliza Isda. 2014. ANALISIS VEGETASI MANGROVE DI EKOSISTEM MANGROVE DESA TAPIAN NAULI I KECAMATAN TAPIAN NAULI KABUPATEN TAPANULI TENGAH PROVINSI SUMATERA UTARA. JOM FMIPA Volume 1 No. 2 Oktober 2014
Pringgenies, D., Ervia Yudiati, Endang Sri Susilo dan Ria Azizah Tri Nuraeni. 2017. Pemberdayaan Kelompok Wanita Nelayan Pesisir Pantai dengan Aplikasi Teknologi Pewarna Alam Limbah Mangrove Jadi Batik di Mangkang Kecamatan Tugu Semarang. Jurnal Panrita Abdi, 2017, Volume 1, Issue 2.
Septiani, M., Zaenal Abidin dan Permata. 2021. Pengenalan Pola Batik Lampung Menggunakan Metode Principal Component Analysis. Jurnal Informatika dan Rekayasa Perangkat Lunak, Vol(2) No(4), 552 – 558
Tanggapan