Bahan Aktif yang Mencemari dan Mengancam Eksotisme Terumbu Karang

Dunia lautan tidak terlepas dari perananan terumbu karang karena terumbu karanglah penghias lautan dan juga sebagai sumber kehidupan biota dan abiotik. Terumbu karang merupakan ekosistem utama perairan pesisir dan laut tropis, kehadirannya sangat mendominasi di perairan pesisir dan pulau-pulau kecil.

Terumbu karang memiliki fungsi sebagai tempat tinggal sementara maupun permanen, mencari makan, memijah dan tempat berlindung berbagai spesies biota laut, serta tempat berlangsung siklus biologi, kimiawi dan fisik global. Terumbu karang memiliki produktivitas hayati yang tinggi, sebagai sumber bahan makanan. Saat ini ikan hias menjadi salah satu hewan peliharaan favorit masyarakat pada masa kini, Popularitas ikan hias semakin meningkat dengan diselenggarakan kegiatan pameran dan kontes ikan hias mulai dari tingkat lokal, nasional dan internasional. Berdasarkan data badan perdagangan dunia tahun 2013, khusus nilai perdagangan ekspor ikan hias pada beberapa tahun mengalami tren positif dan menjadikan Indonesia sebagai negara pengekspor ikan hias terbesar urutan nomor 5 dunia.

Ikan hias air laut merupakan salah satu peluang usaha budidaya yang memiliki banyak peminat dari penjuru belahan dunia. Eksotisme ikan hias air laut yang beragam corak serta keindahan warna memudahkan orang-orang untuk memikat dan mengagumi akan keindahan ikan tersebut. Menurut Suaib et al. (2017) Potensi bisnis ikan hias di Indonesia didukung oleh banyaknya spesies ikan hias asli Negara ini. Untuk ikan hias air laut, Indonesia memiliki lebih dari 700 jenis spesies. Keragaman jenis ikan hias laut yang tinggi ini dapat menjadikan sumber devisa dari segi pariwisata dan estetikanya yang dapat diperjual belikan. Ikan hias dari perairan karang Indonesia mempunyai nilai jual yang cukup tinggi salah satunya yaitu ikan kepe-kepe. Ikan hias air laut yang dikenal gesit dan lincah merupakan salah satu tantangan bagi para stakeholder maupun nelayan ikan hias air laut.

Penangkapan ikan hias yang dilakukan oleh nelayan pada umumnya dilakukan di daerah terumbu karang atau dekat terumbu karang. Maka dari itu, tidak jarang nelayan yang masih memakai bahan beracun untuk memudahkan menangkap ikan hias eksotis tersebut agar lebih praktis dan cepat. Salah satunya yaitu menggunakan portas, potassium cyanide atau yang biasa dikenal dengan portas merupakan salah satu jenis racun yang bereaksi paling cepat. Bahan ini akan melumpuhkan system transportasi oksigen dan bahkan dalam dosis yang lebih tinggi dapat melemahkan detak jantung serta menghentikan aktivitas listrik didalam otak. Tidak hanya membuat ikan-ikan mabuk dan kemudian mati lemas, tetapi mempunyai pengaruh menghambat pertumbuhan, perkembangan serta metabolisme dan membuat sel-sel biota laut menjadi kering dan akhirnya mati (Permana et al. 2021). Portas tersebut dapat mengakibatkan kerusakan ekosistem terumbu karang dan dapat mencemari lingkungan perairan, biota laut seperti tripang maupun kerang-kerangan dapat terkena dampaknya dan lebih bahaya lagi jika sampai dikonsumsi oleh masyarakat.

Terumbu karang yang terpapar dan terakumulasi potassium cyanide akan mengalami kematian pada biota karang tersebut. Kadar kandungan potassium cyanide yang tinggi dapat menyebabkan dampak yang berkepanjangan salah satunya adalah semakin lama proses rehabilitasi habitat karang dan berkurangnya makanan bagi ikan koralivora. Jika portas digunakan dengan dosis yang tinggi maka marikultur di sekitar daerah tersebut pun akan terkena dampaknya. Selain dari menangkap ikan dengan pengeboman seharusnya penggunaan bahan portas juga diperhatikan, untuk saat ini memang masih belum banyak yang mengetahui atau memakai bahan beracun tersebut tetapi jika terus menerus digunakan juga tidak baik bagi ekosistem tersebut dan juga bagi kesehatan manusia. Dalam bidang perikanan dan kelautan potensi hasil laut Indonesia dapat menjadi pendukung disektor ketahanan pangan, karena jika dilihat dari wilayahnya negara Indonesia dikelilingi oleh lautan serta kontribusi ikan dan makanan laut sebagai sumber protein dan nutrisi menyumbang sebanyak 50%. Tidak hanya itu, kontribusi mata pencaharian penangkapan ikan meraih sekitar 90% nelayan Indonesia adalah nelayan skala kecil dan sekitar 80% hasil tangkapan ikan di Indonesia berasal dari perikanan skala kecil, pada bidang budidaya marikultur juga merupakan salah satu kegiatan yang paling produktif. Jika keindahan bawah laut ingin terus terjaga dan sehat, masyarakat pesisir khususnya lebih peduli serta memiliki empati yang tinggi agar bisa saling menjaga antara alam dan makhluk hidup.

Peran anak muda dan pemerintah khususnya yang memiliki pengalaman serta masih mendapatkan pendidikan tinggi harus bisa lebih membuka mata akan krisis ekosistem tersebut tanpa adanya keseimbangan alam, makhluk hidup tidak akan bisa menghirup udara segar. Saat ini banyak isu kondisi laut yang memprihatinkan salah satunya dari penggunaan bahan aktif portas tersebut dapat berpengaruh besar jika dinormalisasikan. Kesejahteraan masyarakat juga ditentukan oleh lingkungan, jika masyarakat tersebut dapat menjaga dan peduli serta mampu melestarikan. Maka, lingkungannya juga terkena dampaknya yaitu menjadi sehat dan juga terawat. Kebiasaan buruk yang masih dilakukan jika dapat dikurangi maka secara perlahan akan memulihkan suatu ekosistem.***

Sumber foto: greeners.co

Artikel Terkait

Overfishing dan Kekeringan Laut

Peningkatan suhu global menyebabkan peningkatan penguapan air dari permukaan laut, yang pada gilirannya meningkatkan konsentrasi garam dalam air laut. Kekeringan laut terjadi ketika air laut menguap lebih cepat daripada yang dapat digantikan oleh aliran air segar, seperti dari sungai-sungai atau curah hujan. Akibatnya, air laut menjadi lebih asin dan volume air laut berkurang.

Tanggapan