Memaknai Pentingnya Peringatan Hari Terumbu Karang Dunia

Tahukah kalian tentang adanya peringatan hari terumbu karang dunia? Sekedar menginformasikan bahwa peringatan Hari Terumbu Karang Dunia jatuh pada tanggal 8 mei.

Peringatan ini sudah berlangsung sejak tahun 2009 dan selalu dijadikan momentum untuk senantiasa menjaga eksistensi terumbu karang yang tersebar di seluruh wilayah laut Indonesia.

Terumbu karang merupakan sebuah ekosistem yang sangat kompleks dimana terdapat berbagai macam organisme mulai dari yang berukuran besar hingga yang tak kasat mata tinggal di dalamnya.

Terumbu karang tersusun atas kumpulan hewan karang yang memiliki beragam jenis, bentuk, dan ukuran. Istilah terumbu di sini maksudnya adalah batuan sedimen yang berasal dari zat kapur atau kalsium karbonat (CaCO3), yang dihasilkan oleh karang.

Sementara karang sendiri merupakan organisme hewan yang termasuk ke dalam filum Coelenterata/Cnidaria dan kelas Anthozoa. Jadi dapat disimpulkan bahwa karang adalah hewan, bukan tumbuhan atau bebatuan yang berbentuk unik.

Karang dikenal memiliki bentuk yang unik dan beraneka ragam, ada yang keras dan lunak, ada yang berbentuk seperti ranting pohon/branching (Acropora formosa), jamur/coral mushroom (Fungia sp.), meja/tabulate (Acropora hyacinthus), jari-jari/digitate (Acropora humilis), bulat seperti otak/massive (Leptoria phyrgia), dan lain sebagainya.

Selain bentuk, karang juga dikenal akan keindahan warnanya yang ternyata bersumber dari hasil simbiosisnya dengan salah satu jenis alga yang diketahui sebagai zooxanthellae.

Tidak hanya memperindah tampilan karang, ternyata zooxanthellae juga membantu karang untuk bisa bertahan hidup dengan menyediakan makanan hasil fotosintesis.

Sebaliknya, polip karang memberikan zooxanthellae lingkungan yang terlindungi dan nutrisi yang mereka butuhkan untuk melakukan fotosintesis. Tentunya hal ini saling menguntungkan bagi kedua organisme tersebut. Makanya banyak karang-karang yang indah berada pada wilayah perairan dangkal sekitar 0-10 meter.

Negara Indonesia, menurut Direktur Eksekutif The Coral Triangle Initiative on Coral Reefs, Fisheries, and Food Security (CTI-CFF) Widi Pratikno, merupakan satu dari enam negara termasuk Timor Leste, Filipina, Malaysia, Papua Nugini, dan Kepulauan Solomon, yang memiliki tingkat keberagaman biodiversitas laut sangat tinggi sebagai pemegang wilayah perairan dengan terumbu karang terluas di dunia.

Hasil penelitian Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) pada tahun 2018 menunjukan bahwa dari total 1.067 situs terumbu karang di perairan Indonesia hanya <30% yang berada pada kondisi baik hingga sangat baik. Sebanyak 36% situs terumbu karang di Indonesia berada pada kondisi jelek/rusak dan 34% berada pada kondisi yang cukup/sedang.

Karang yang mengalami pemutihan (Bleaching)
Sumber: © Lion Yang / Greenpeace

Terumbu karang yang berada pada kondisi jelek atau mengalami kerusakan cenderung disebabkan oleh peristiwa pemutihan (bleaching) massal.

Pemutihan karang (coral bleaching) merupakan suatu kondisi dimana hewan karang kehilangan warnanya akibat alga yang bersimbiosis dengan karang (zooxanthellae) mengalami kematian.

Kejadian ini disebabkan oleh kenaikan suhu air laut akibat fenomena anomali cuaca El-Nino. Selain itu, para ahli juga memperkirakan peristiwa ini akan semakin banyak terjadi di masa yang akan datang akibat kondisi perubahan iklim dan pemanasan global yang terjadi di seluruh belahan dunia.

Karang yang warnanya menjadi putih dan lambat laun akan mati karena kehilangan sumber produksi nutrisinya.

Sebagian lagi, kerusakan pada karang timbul karena kurangnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga biota laut tersebut.

Hal ini terbukti di beberapa lokasi perairan Indonesia masih ditemukan aktivitas yang merusak, seperti penangkapan ikan menggunakan bom, pencemaran laut (sampah), dan peningkatan pengembangan di wilayah Pesisir dan Laut (pariwisata dan pembangunan). Padahal, keberadaannya sangat berharga karena pertumbuhannya sangat lamban setiap tahun.

Menurut penelitian, pertumbuhan beberapa jenis karang hanya mencapai kurang dari 3 cm/tahun. Sehingga perlu dilakukan peningkatan luasan dan efektifitas kawasan konservasi perairan serta upaya rehabilitasi dan pengelolaan terumbu karang di Indonesia.

Indonesia dan Segitiga Karang Dunia

Sumber: https://www.coraltrianglecenter.org/

Sebaran terumbu karang yang ada di Indonesia bisa kalian temukan mulai dari perairan Sabang (Aceh) hingga Merauke di (Papua).

Konsentrasi sebaran tertinggi berada di bagian tengah dan timur perairan Indonesia meliputi perairan Sulawesi, Maluku, Halmahera, Papua Barat, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur merupakan daerah dengan jenis karang terbanyak di Indonesia.

Wilayah yang disebut itu, sekaligus menjadi pusat segitiga keanekaragaman karang dunia atau coral triangle yang merupakan pusat biodiversitas karang tertinggi di dunia.

Segitiga terumbu karang dunia  memiliki sekitar 30% dari seluruh jenis terumbu karang yang ada di dunia, 86% dari spesies penyu laut yang ada di dunia, 2.228 spesies ikan, dan lebih dari 500 spesies terumbu karang.

Tak heran jika wilayah ini mendapatkan julukan sebagai “Lautan Amazon” (The Amazon of the Seas).

Selama berabad abad, masyarakat pesisir di Indonesia telah memanfaatkan ekosistem terumbu karang sebagai sumber makanan dan mata pencaharian utama.

Namun, belakangan beberapa terakhir permintaan produk terumbu karang memicu tindakan eksploitasi, seperti praktik penangkapan ikan yang merusak serta penambangan karang, diluar itu polusi serta fenomena perubahan iklim secara global terus mengancam keberlangsungan terumbu karang di Indonesia.

Padahal, terumbu karang sendiri memiliki peranan dan fungsi yang beragam salah satunya sebagai pondasi untuk kehidupan di laut.

Keberadaan ekosistem terumbu karang mengandung berbagai manfaat yang sangat besar dan beragam bagi kelangsungan hidup manusia, baik secara ekologi maupun ekonomi.

Manfaat terumbu karang secara langsung bagi manusia adalah sebagai tempat hidup ikan yang banyak dibutuhkan manusia sebagai sumber makanan. Selain itu karang juga dapat dimanfaatkan sebagai objek pariwisata yang dapat menguntungkan masyarakat yang tinggal di sekitarnya.

Selain itu secara tidak langsung manfaat dari adanya terumbu karang adalah sebagai penahan abrasi pantai yang disebabkan gelombang dan ombak laut karena mampu meredam kekuatan gelombang laut.

Maka dari itu, dibentuklah suatu gerakan yang diberi nama Coral Triangle Initiative (CTI) yang di dalamnya terdapat 6 negara meliputi Malaysia, Filipina, Timor Leste, Papua Nugini, Kepulauan Solomon, dan Indonesia.

CTI secara resmi dideklarasikan oleh ke 6 negara tersebut pada tanggal 15 Mei 2009. Tujuan dari dibentuknya CTI adalah untuk mengatasi ancaman terhadap ekosistem laut, pesisir, dan pulau-pulau kecil di kawasan Segitiga Karang dengan wilayah kerja sama yang meliputi:

  • Management of Seascape
    Menetapkan dan mengelola prioritas bentang laut/bentang geografi skala besar untuk investasi dan aksi dalam hal pelaksanaan dan perluasan praktik-praktik terbaik.
  • Fisheries Management
    Menerapkan pendekatan ekosistem dalam manajemen perikanan dan sumber daya laut lainnya.
  • Marine Protected Area
    Menetapkan dan mengelola Kawasan Lindung Laut (Marine Protected Areas), termasuk penggunaan dan pengelolaan sumber daya berbasis masyarakat.
  • Climate Change
    Melaksanakan langkah-langkah adaptasi perubahan iklim untuk sumber daya laut dan pesisir.
  • Threatened Species
    Memperbaiki status spesies terancam.

Diharapkan tujuan-tujuan tersebut dapat dijalankan dengan sebaik mungkin guna menjaga kelestarian dan kelangsungan hidup masyarakat yang tinggal di sekitar wilayah segitiga karang dunia.

Salah satu upayanya dengan melalui Program Rehabilitasi dan Pengelolaan Terumbu Karang atau Coral Reef Rehabilitation and Management Program (COREMAP) yang telah dilaksanakan oleh Pemerintah Indonesia sejak tahun 1998.

Ilustrasi Kegiatan Pemulihan Ekosistem Terumbu Karang
Sumber: © Arlene Bax (Media Greenpeace)

Program jangka panjang tersebut cukup berdampak dalam menciptakan lingkungan yang lestari khususnya di perairan untuk mendukung pengelolaan Terumbu Karang yang berkelanjutan.

Tujuan Program Rehabilitasi dan Pengelolaan Terumbu Karang oleh CTI pada tahap selanjutnya adalah untuk melembagakan pendekatan tersebut sebagai suatu kerangka kerja yang berkelanjutan, terdesentralisasi dan terpadu untuk pengelolaan sumber daya terumbu karang, ekologi, dan keanekaragaman hayati terkait untuk kesejahteraan masyarakat sekitar.

Implementasi COREMAP-CTI diharapkan akan memberikan pengaruh positif bagi berbagai lapisan kehidupan di lautan. Sehingga, tidak ada lagi tindakan negatif seperti eksploitasi yang dapat mengancam ekosistem di laut, penangkapan ikan yang merusak, penambangan karang, polusi, serta perubahan iklim.

Adanya program tersebut sebagai salah satu upaya dalam mendukung inovasi pembangunan dalam meningkatkan efektivitas pengelolaan ekosistem pesisir serta sebagai upaya penanganan dampak perubahan iklim disektor kelautan dan perikanan.

Pada 9 Juni atau satu hari setelah Hari Laut Sedunia yang jatuh pada tanggal 8 Juni juga diperingati sebagai Hari Segitiga Terumbu Karang (Coral Triangle Day).

Biasanya dalam rangka memperingati hari-hari tersebut, beberapa organisasi maupun individu yang peduli dengan perlindungan keanekaragaman hayati mengadakan berbagai acara dan kegiatan, seperti pembersihan pesisir dari sampah, penanaman bakau/mangrove, pameran dan bazar makanan laut, kontes, dan lainnya.

Melalui artikel ini, dalam rangka memperingati Hari Laut Sedunia dan Hari Segitiga Karang saya mengajak rekan-rekan pembaca artikel ini untuk dapat menanamkan dan implementasikan 5M dengan niat dan semangat untuk Merawat, Melindungi, MenjagaMelestarikan, serta Mencintai Terumbu Karang khususnya segitiga terumbu karang yang ada pada wilayah perairan Indonesia.

Terumbu karang di Pantai Pasir Putih, Situbondo. / Foto: Fathoni

Jika pohon/hutan yang berada di daratan diibaratkan sebagai paru paru dunia, maka terumbu karang yang berada di lautan dapat kita ibaratkan juga sebagai sebagai paru-paru dunia.

Karena keduanya memiliki banyak kesamaan yang salah satunya adalah jika keduanya mengalami kerusakan maka akan mengancam kelangsungan hidup manusia di seluruh dunia. Mari kita jaga lautan, lestarikan terumbu karang!***

Baca juga: Wow! Transplantasi Terumbu Karang, Dilakukan oleh Siswa SMP Sekolah Alam Indonesia

Editor: J. F. Sofyan

Sumber: https://www.Icctf.or.id/ , https://www.coraltriangleinitiative.org/ , https://www.kemlu.go.id/

Artikel Terkait

Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

Tanggapan