Turunnya Potensi Kekayaan Laut Akibat Krisis Sampah Plastik

Lautan mengalami kemunduran kualitas perairan dikarenakan banyak polutan yang masuk ke lautan. Polutan ini dapat berasal dari kejadian alam maupun kegiatan antropogenik. Tercemarnya lautan menyebabkan banyak masalah dalam kehidupan.

Berbagai aspek kehidupan akan dirugikan karena adanya polusi laut seperti pada bidang ekologi, ekonomi, sosial dan kesehatan. Bentuk polutan di laut dapat berupa sampah plastik ataupun limbah rumah tangga, tumpahan minyak, polutan kimia dan limpasan nutrisi. 

Faktor-faktor yang berperan dalam menyumbangkan polusi laut ada banyak, namun yang berperan paling besar adalah aktivitas manusia. Berbagai kegiatan manusia seperti aktivitas industri, kegiatan pertanian dan peternakan, pembuangan limbah yang belum diolah ke sungai yang akan bermuara ke laut.

Zat berbahaya yang terkandung dalam limbah akan menurunkan kualitas air laut dan mengurangi fungsinya juga mengganggu kehidupan manusia juga biota laut yang hidup dalam ekosistem laut. Polusi yang banyak di laut adalah sampah plastik, baik di permukaan laut maupun di dasar laut.

Penggunaan plastik dalam masyarakat sangat luas, karena plastik memiliki sifat yang praktis. Pada dasarnya, plastik digunakan sebagai barang sekali pakai, sehingga memberikan kebersihan yang tinggi. Selain itu, produksi plastik juga membutuhkan biaya yang relatif murah.

Ketergantungan masyarakat pada penggunaan plastik yang tinggi dapat memiliki konsekuensi negatif. Plastik memiliki potensi merugikan bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Salah satu contohnya adalah pencemaran sampah plastik di laut, yang memiliki dampak berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan. 

Mengingat bahwa laut merupakan sumber kehidupan, mata pencaharian, perdagangan, dan transportasi bagi manusia, interaksi manusia dengan laut tidak dapat dihindari. Namun, interaksi ini juga dapat memberikan dampak negatif pada lingkungan laut.

Plastik yang terpecah menjadi partikel-partikel kecil di laut sangat berbahaya karena biota laut dapat menganggapnya sebagai makanan. Selain itu, partikel-partikel sampah plastik yang kecil sulit dibersihkan dari laut, yang berdampak pada kesehatan biota laut dan manusia. 

Dampak negatif dari pencemaran plastik di lautan juga dapat mempengaruhi perekonomian negara. Pencemaran plastik di laut dapat menyebabkan penurunan dalam sektor perikanan, pariwisata, dan sektor lainnya.

Jika diperinci lebih lanjut, sekitar 80% dari sampah laut berasal dari daratan, namun angka ini sulit dibuktikan dengan baik karena tidak adanya data yang mencatat secara tepat jumlah massa sampah plastik yang dibuang dari daratan ke laut. 

Ekosistem mangrove, lamun, dan terumbu karang telah mengalami pencemaran akibat polusi yang berasal dari daratan. Dampak dari kontaminasi tersebut terjadi secara global maupun lokal dan disebabkan oleh aktivitas manusia di ekosistem mangrove, pantai, dan lautan terbuka.

Pencemaran tersebut dapat berupa limbah cair maupun limbah padat. Contoh limbah padat termasuk sampah plastik, logam, kertas, kaca, dan karet yang mencemari pantai, perairan dangkal, hingga lautan terbuka. Jumlah limbah tersebut diperkirakan antara 7.000 hingga 35.000 ton dalam bentuk potongan makro maupun mikro plastik. 

Permasalahan global terkait sampah plastik merupakan masalah yang melintasi batas-batas wilayah di mana sampah akan terbawa arus laut menuju pulau-pulau terpencil.

Sebagai contoh adalah letak Indonesia di jalur arus lalu lintas domestik (ARLINDO) dan internasional atau Ocean Conveyor Belt, akan membawa dampak yaitu memperoleh kiriman sampah yang berasal dari negara lain maupun membawa sampah melalui arus laut ke negara lain.

Pengaruh ekonomi yang signifikan ditimbulkan oleh keberadaan sampah plastik di laut bagi masyarakat pesisir dan pemerintah. Peningkatan polusi yang berasal dari kota-kota pesisir menciptakan ancaman terhadap pembangunan berkelanjutan kota tersebut.

Sampah plastik ini tidak hanya menimbulkan masalah estetika, tetapi juga memberikan dampak berbahaya pada sektor kelautan, termasuk perikanan dan pariwisata. Dalam konteks ekonomi, dampak terkait dengan sampah laut mencakup pengeluaran untuk membersihkan pantai dan pelabuhan dari sampah, serta kerugian waktu dan kerusakan peralatan tangkap dalam industri perikanan tangkap. 

Dampak dari sampah plastik di laut telah diketahui dapat menyebabkan kematian pada spesies laut, baik vertebrata maupun avertebrata, karena terjerat, terikat, terjepit, atau terkonsumsi. Keberadaan sampah di laut juga mempercepat penyebaran spesies asing yang terkait dengan sampah tersebut, sehingga dapat mencapai ekosistem lain.

Sampah plastik dapat melapisi tanah, mengganggu pertumbuhan dan merusak ekosistem mangrove dan padang lamun. Penumpukan sampah plastik di laut juga berdampak pada kerugian ekonomi bagi masyarakat pesisir, termasuk sektor perikanan, pariwisata, dan industri maritim lainnya. 

Keberadaan sampah di lingkungan laut menjadi masalah yang signifikan karena memiliki potensi dampak yang membahayakan manusia, baik melalui interaksi langsung antara manusia dan laut maupun melalui mekanisme transfer melalui sumber makanan seperti ikan dan moluska.

Jumlah sampah ini telah meningkat antara tahun 1985 hingga 1995. Sampah laut, termasuk plastik, juga mempengaruhi populasi biota laut yang dapat masuk dalam kategori IUCN red list atau tidak. Selain itu, ada dugaan bahwa sampah laut dapat berperan sebagai agen penyebab penyakit terumbu karang.

Penimbunan sampah di dasar laut akan menghalangi penyerapan air dan juga sirkulasi udara di dalam tanah. Penimbunan sampah plastik juga dapat membunuh terumbu karang karena terumbu karang tidak dapat berkembang dengan optimal, bahkan dapat mengalami kematian karena terhalang pertumbuhannya dan kesulitan berkembang biak.

Kerusakan pada terumbu karang akan menyebabkan pantai rentan terkena abrasi, biota asosiasi akan menghilang karena terumbu karang ditutupi oleh sampah.

Terumbu karang berfungsi sebagai tempat perlindungan berbagai biota, jika terumbu karang rusak, maka biota laut akan kehilangan tempat perlindungan sehingga membuatnya rentan terhadap kematian.

Kematian biota laut ini akan membuat kelestarian ekosistem dan biota laut terganggu. Ancaman terhadap kelestarian ini contohnya adalah populasi hewan laut akan mengalami penurunan dan bahkan dapat punah, yang pada gilirannya akan berdampak pada hewan-hewan lain sebagai pengurai sampah dan dalam rantai makanan. 

Pencemaran laut akibat sampah akan sangat berdampak pada potensi kekayaan laut. Tercemarnya laut akan menurunkan estetika laut yang akan berdampak pada sektor pariwisata. Penumpukan sampah dapat merusak ekologi laut seperti ekosistem mangrove, terumbu karang ataupun kawasan bentos.

Keberadaan sampah di laut akan membahayakan kehidupan biota laut. Biota laut akan terkena infeksi sampah, terjerat ataupun mati karena menelan sampah.

Pencemaran sampah juga dapat merugikan perekonomian masyarakat yang bermata pencaharian di laut. Dikarenakan adanya tumpukan sampah, maka biota laut juga akan hilang dari kawasan tersebut sehingga menurunkan hasil tangkapan masyarakat.

Besarnya kerusakan karena sampah di laut juga merugikan negara karena biaya penanggulangan sampah dalam jumlah besar. Selain itu, rusaknya laut karena timbunan sampah akan menjadi penghalang untuk mencapai pembangunan berkelanjutan dan memecahkan masalah-masalah yang ada untuk saat ini dan untuk keberlangsungan kehidupan di masa depan.***

Baca juga: Permasalahan Laut Indonesia Dari Ilegal Fishing Hingga Sampah Plastik Yang Mencemari

Editor: J. F. Sofyan

Artikel Terkait

Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

Tanggapan