Apa Kabar Ikan Pari yang Kian Digemari?
Ikan pari menjadi salah satu kuliner yang cukup digemari oleh masyarakat. Rasanya yang terkenal unik dan gurih membuat biota laut yang lebih dikenal dengan nama makanan ‘iwak pe’ di Surabaya ini semakin banyak dicari.
Sate Iwak Pe
Sumber : Dokumentasi Retno Suryandari
Di Banyuwangi ikan pari tidak hanya disajikan oleh restoran-restoran. Jika kamu berkunjung ke Banyuwangi, maka akan dengan mudah menemukan warung nasi pecel atau nasi rames yang menawarkan lauk ikan pari. Tidak hanya di warung, di pasar-pasar tradisional dan mlijo (sebutan untuk tukang sayur keliling) pun menjual iwak pe yang sudah diasap sebagai bahan baku masakan yang biasanya akan diolah oleh ibu-ibu menjadi mangut.
Ikan pari apa saja yang dijual di Indonesia?
Jenis ikan pari yang dijual untuk dikonsumsi belum diketahui secara pasti. Namun merujuk pada data dari Laporan Pola Pembiayaan Usaha Kecil (PPUK) Komoditas Pengolahan Ikan Pari Asap Bank Indonesia, berikut ikan pari yang dinilai memiliki nilai ekonomis.
Jenis-jenis Ikan Pari yang Bernilai Ekonomis
Sumber : Laporan PPUK Komoditas Pengolahan Ikan Pari ASAP
Jenis-jenis Ikan Pari tersebut dijual untuk berbagai jenis peruntukkan yaitu dagingnya yang digunakan sebagai bahan makanan hingga kulitnya yang digunakan sebagai bahan untuk pembuatan tas dan dompet terutama jenis ikan pari mutiara. Selain itu merujuk pada tulisan Retno Kusuma di mantawatch.com pada tahun 2018, terkonfirmasi setidaknya di Banyuwangi Jawa Timur ikan pari yang banyak dijual adalah Mobula rays.
Mengenal Ikan Pari
Penampang Ventral Stingray
Sumber : Freepik
Ikan Pari merupakan jenis biota laut yang tergolong ke dalam kelas Elasmobranchii yang juga dikenal dengan nama Ikan Batoid. Ciri utama dari biota-biota yang tergolong ke dalam Elasmobranchii adalah jenis biota yang tubuhnya tersusun atas tulang rawan. Selain itu yang menjadi ciri khas ikan pari adalah terdapat ekor yang berbentuk seperti cambuk, celah insang di bagian ventral serta pada pari jantang terdapat klasper sebagai alat kopulasi.
Menurut Last dkk dalam buku Rays of the World, Ikan pari merupakan evolusi dari nenek moyang mirip hiu yang hidup sekitar 200 juta tahun lalu. Proses pertumbuhannya yang lambat membuat ikan pari memiliki jumlah yang terbatas. Namun meskipun jumlahnya terbatas ikan pari memiliki usia yang cenderung lebih lama dibandingkan dengan jenis ikan lain.
Ancaman terhadap Ikan Pari
Usia ikan pari yang cukup panjang diharapkan dapat lebih produktif untuk melestarikan spesiesnya. Namun pada kenyataannya, ikan pari memiliki banyak sekali ancaman yang membuatnya berpotensi untuk segera punah.
Menurut Magiera & Lebanne pada laman IUCN menyatakan bahwa yang mengancam keberadaan ikan pari adalah overfishing. Tahun 2014 dilaporkan pada laman tersebut menyatakan bahwa penangkapan hiu, pari, dan chimaera mencapai puncak pada tahun 2003 dan didominasi oleh ikan pari selama 40 tahun terakhir.
Penangkapan terhadap ikan pari diduga masih berlangsung terlebih menurut Batungbacal & Mitchell pada Sustainability and Justice on The High Seas edisi 2020, ikan pari menjadi salah satu spesies non-target yang terancam oleh adanya destructive fishing dari industri tuna global. Hal ini tentu saja menjadi ancaman serius bagi kelestarian spesies ikan pari.
Ikan Pari Juga Mengancam Manusia?
Ikan pari yang sering menjadi target tangkapan maupun tidak sengaja tersangkut ke jaring tidak hanya terancam kelestariannya tetapi juga dapat mengancam kesehatan manusia. Hal ini dinyatakan oleh Ooi dkk (2015) dalam penelitiannya di jurnal Marine Pollution Bulletin yang menyatakan bahwa terdapat ancaman logam berat dalam tubuh ikan pari.
Penelitian dilakukan terhadap ikan pari jenis Mobula Japanica yang ada di Republik Sri Lanka. Berdasarkan laporan pada penelitian tersebut ditemukan rata-rata arsen anorganik dalam otot M. japanica setara dengan batas maksimum yang ditentukan oleh Food Standards Australia and New Zealand (FSANZ) dan konsentrasi Kadmiumnya melebihi batas maksimum yang ditentukan European Commission (EC). Sedangkan kandungan timbal pada jaringan otot M. alfredi melebihi batas maksimum yang ditentukan oleh EC dan Codex Alimentarius Commission.
Meskipun penelitian tersebut terjadi di Sri Lanka dan hanya pada spesies tertentu, tidak menutup kemungkinan bahwa pada spesies ikan pari lainnya di wilayah berbeda juga berpotensi mengandung senyawa logam berat. Oleh sebab itu diperlukan pertimbangan ulang untuk membeli dan mengonsumsi ikan yang lucu ini ya.
Editor : Annisa Dian N
Tanggapan