Konser Laut: Dari Jazzy Whales sampai Math Rock ala Terumbu Karang

Lo suka musik jazz yang dreamy dan penuh improvisasi? Atau lo tim math rock yang penuh ketukan nyeleneh, syncopation yang rumit, dan riff gitar yang mind-bending? Gue sih suka keduanya. Tapi pernah nggak sih lo kepikiran kalau laut tuh punya konser dengan genre kayak gitu juga?

Gue nggak ngibul. Di laut, ada suara-suara alami yang kalau lo dengar lewat hydrophone, rasanya kayak ngedenger live session musik eksperimental. Di tulisan ini, gue bakal bahas dua “penampil utama” di panggung festival samudra: nyanyian jazzy dari paus bungkuk, dan pola chaotic nan terstruktur ala math rock dari terumbu karang.

Spongebob Galaxy Wiki Fandom / Beach Band

Nyanyian Paus: Jazz Ambient dari Laut Dalam

Lo udah pernah kenalan belum sama paus bungkuk (humpback whales)? Mamalia laut gede ini bukan cuma jago migrasi ribuan kilometer setiap tahun, tapi juga punya talenta musikal yang luar biasa. Bayangin aja, di kedalaman laut yang tenang, mereka “manggung” dengan suara yang bisa kedengeran puluhan kilometer jauhnya. Nyanyian dari paus bungkuk itu bener-bener soulful. Kayak lo lagi dengerin jazz improvisasi atau ambient song-nya Laufey, tapi versi di lautan. Suaranya lebar, lambat, kadang penuh vibrato, dan terus berubah. Mereka nggak nyanyi asal-asalan loh, ada struktur, tema, pengulangan, dan variasi, tapi juga ada ruang buat ekspresi bebas, just like a good jazz solo.

Unsplash / Oliver Tsappis

Menurut Payne & McVay (ilmuwan bioakustik laut), lagu-lagu paus ini bisa bertahan berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan, dan terus berevolusi. Lucunya, semua paus jantan di satu populasi bisa nyanyi lagu yang sama, kayak satu album yang mereka perform bareng, tapi tiap tahun mereka bisa ganti “setlist”-nya udah kayak rilis album setiap tahun. Gokil, kan? Komposisi alamiah ini bahkan pernah jadi inspirasi buat beberapa komposer kontemporer.

Lo mungkin mikir, “oke, tapi kenapa paus harus nyanyi?” Jawabannya nggak sesimpel itu. Yang jelas, hanya paus jantan yang bernyanyi, dan biasanya mereka mengeluarkan nyanyian-nyanyian selama musim kawin. Ini ngasih clue kalau lagu ini berfungsi sebagai atraksi seksual, udah kayak lo kirim mixtape ke gebetan, tapi versi cetacean.

Ada teori lain juga yang bilang lagu ini bisa berfungsi buat membangun hierarki sosial antar jantan, atau bahkan sekadar ekspresi emosional. Dan lo tau nggak, lagu mereka juga bisa menyebar ke populasi lain, mirip tren musik global. Studi oleh Garland et al. (2011) nemuin kalau lagu paus dari Australia bisa menyebar ke populasi lain di Pasifik dalam waktu beberapa tahun. Bahkan NASA pernah ngegabungin suara paus dengan data Voyager buat dikirim ke luar angkasa. Iya, lagu paus tuh literally jadi perwakilan Bumi ke alien. That’s how beautiful and unique their voices are.

Reef Chorus: Math Rocknya Ekosistem Laut

Kalau tadi kita udah ngobrolin soal konser jazz ambient dari paus bungkuk di laut dalam, sekarang yuk kita naik sedikit ke wilayah yang lebih dangkal yaitu terumbu karang. Tapi jangan bayangin bakal dapet suasana yang tenang dan mellow, ya. Ini bukan lagu lembut, ini genre lagu rock yang penuh ritme. Math rock dikenal dengan time signature yang nyeleneh, ketukan kompleks, dan dinamika yang unpredictable. Musiknya kadang bikin dahi berkerut, tapi sekaligus bikin penasaran. Nah, reef chorus juga kayak gitu. Apalagi pas malam hari, saat sebagian besar hewan laut keluar buat cari makan, suara-suara dari terumbu karang makin rame. Lo kayak lagi dengerin satu konser eksperimental bawah laut yang chaotic tapi somehow tetap harmonis.

Unsplash / Francesco Ungaro

Bayangin aja satu panggung penuh musisi: ada udang pistol yang nyumbang snap kayak snare yang over-compressed, ikan damselfish yang ngeluarin klik-klik tajam kayak hi-hat math rock, dan krustasea kecil yang getarkan tubuhnya jadi bassline ritmis. Semua instrumen alami ini barengan bikin satu pola poliritmik yang nggak bisa lo tebak, tapi pas didengerin bareng-bareng tuh satisfying banget. Controlled chaos at its finest.

Tapi ini bukan sekadar pamer skill sonik dari alam. Menurut penelitian dari Simpson et al. (2004), reef chorus punya fungsi vital buat ekosistem laut. Suara-suara ini dipakai sama larva ikan buat navigasi balik ke rumahnya, alias ke terumbu karang tempat mereka berasal. Jadi buat para ikan bayi yang baru pertama kali “pulang”, suara bising ini justru jadi GPS biologis yang nunjukin arah ke rumah mereka.

Makanya, reef chorus bukan cuma konser keren, tapi juga penanda kehidupan. Dan kalau lo pikir-pikir, ini kayak satu bentuk komunikasi kolektif, semacam jamming session lintas spesies yang juga berfungsi buat nyelamatin generasi selanjutnya.

Support Nature’s Greatest Live Show

Gue yakin, sebagai penikmat musik, lo tahu gimana rasanya kehilangan band kesayangan, atau konser musik favorit yang tiba-tiba nggak ada lagi di tahun depan. Nah, itu juga yang bisa kejadian kalau terumbu karang rusak atau populasi paus menurun. Lautan bisa jadi sunyi. Bukan karena nggak ada suara, tapi karena panggungnya udah nggak ada lagi.

Polusi suara laut (dari kapal, sonar militer, ledakan bom dan lain-lain), bleaching karang karena pemanasan global sampai overfishing, semua itu bikin konser ini perlahan-lahan mati. Padahal ini bukan cuma soal keindahan sonik, tapi juga soal fungsi ekologis penting yang tidak bisa tergantikan.

Jadi lain kali lo denger lagu jazzy atau math rock, inget juga bahwa di tempat yang jauh, di kedalaman laut, ada “musisi lautan” yang perform tiap malam tanpa tiket, tanpa spotlight, tapi dengan jiwa yang sama artistiknya kayak band indie favorit lo.

Let’s keep their stage alive.

Referensi:
Payne, R., & McVay, S. (1971). Songs of humpback whales. Science, 173(3997), 585–597.

Garland, E. C., et al. (2011). Dynamic horizontal cultural transmission of humpback whale song at the ocean basin scale. Current Biology, 21(8), 687–691.

Simpson, S. D. et al. (2004). Attraction of settlement-stage coral reef fishes to reef noise. Marine Ecology Progress Series, 276, 263–268.

Artikel Terkait

Overfishing dan Kekeringan Laut

Peningkatan suhu global menyebabkan peningkatan penguapan air dari permukaan laut, yang pada gilirannya meningkatkan konsentrasi garam dalam air laut. Kekeringan laut terjadi ketika air laut menguap lebih cepat daripada yang dapat digantikan oleh aliran air segar, seperti dari sungai-sungai atau curah hujan. Akibatnya, air laut menjadi lebih asin dan volume air laut berkurang.

Tanggapan