Ancaman Degradasi Mangrove di Wilayah Pesisir Gresik, Jawa Timur

mangrove gresik

Luasan hutan mangrove di Indonesia menurut Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tahun 2021 sekitar 3.364.076 Ha. Hutan mangrove menjalankan peran yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Selain bernilai ekonomi, ekosistem mangrove juga menyediakan sistem kebutuhan kehidupan seperti air, tanah dan udara.

Di balik peran mangrove yang besar tingkat degradasi mangrove juga semakin besar. Salah satu faktor penyebab degradasi mangrove diakibatkan oleh ulah tangan manusia mulai dari kegiatan industri, limbah rumah tangga, kegiatan pelayaran dan masih banyak lagi.

Ekosistem mangrove di kabupaten Gresik sangat rentan terhadap pencemaran yang disebabkan oleh minyak. Menurut Hardianto, Burhan, & Wahyudi, (2014), rusaknya ekosistem mangrove di gresik disebabkan oleh di kawasan tersebut dikenal sebagai tempat cadangan beberapa juta metrix ton minyak. Semenjak tahun 2007 lapangan minyak yang berlokasi di kabupaten gresik telah dieksploitasi oleh PT Hess.

Efek buruk tumpahan minyak dapat menyebabkan keracunan dan kematian terhadap tumbuhan, gangguan fotosintesis dan kerusakan pada ekosistem. Dampak jangka Panjang dari minyak dapat berlangsung dalam jangka waktu yang lama.

Pembuangan limbah industri atau limbah rumah tangga di sungai dapat berdampak sangat fatal bagi mangrove. Limbah yang dibuang kesungai akan bermuara ke kawasan mangrove.

Limbah yang masuk kedalam air sungai akan merusak kualitas air sungai dan gangguan kualitas tanah. Air yang tercemar dapat memepengaruhi kualitas tanah disekitar ekosistem mangrove. Pencemaran oleh limbah rumah tangga dapat mengubah Ph tanah, mengurangi nutrisi, dan mempengaruhi ketersediaan air untuk tanaman. Hal ini dapat mempengaruhi produktivitas mangrove.

Hutan mangrove memiliki fungsi yang sangat penting bagi lingkungan sekitar. Mangrove dapat menyiapkan segala kebutuhan untuk kehidupan seperti air, tanah, udara sehingga banyak sekali makhluk hidup yang menjadikan ekosistem mangrove sebagai tempat tinggal. Tidak hanya mempunyai fungsi sebagai penyedia udara, air dan tanah ekosistem mangrove juga berfungsi sebagai penjaga wilayah batas pantai.

Ekosistem mangrove juga dapat menyuburkan perairan sekitarnya dengan cara memberi makanan ke organisme yang hidup di perairan tersebut. Penyebab degradasi mangrove adalah kegiatan antropogenik.

Pembangunan yang semakin maju menuntut manusia untuk memenuhi kebutuhanya yang semakin besar dan kompleks. Manusia melakukan pemanfaatan dari ekosistem mangrove tanpa melakukan rehabilitasi dan perawatan.

Karena inilah Indonesia bisa kehilangan 50% dari jumlah luasan hutan mangrove dalam 2-3 dekade terakhir. Aktifitas antropogenik seperti perikanan, perkebunan, pertanian, tambak garam, pemukiman, industry, penggundulan hutan menjadi faktor utama degradasi dan hilangnya hutan mangrove di Indonesia.

Banyaknya aktivitas masyarakat yang bergantung pada ekosistem mangrove dan minimnya pengetahuan tentang perawatan mangrove membuat ekosistem semakin lama semakin terdegradasi. Aktivitas yang sangat mempengaruhi kerusakan hutan mangrove adalah konversi lahan secara permanen untuk berbagai manfaat lainnya (deforestasi).

Diantaranya pembukaan lahan tambak, pemukiman dan persawahan. Meskipun areal sawah yang dikelola tidak cukup luas sekitar ± 2 Ha, namun secara tidak langsung dapat menyebabkan kerusakan hutan mangrove karena luas hutan yang semakin berkurang. Maka dapat disimpulkan bahwa faktor sosial dan ekonomi masyarakat setempat yang lebih dominan mempengaruhi kerusakan hutan mangrove dibandingkan dengan faktor alam.

Degradasi mangrove memiliki dampak yang signifikan pada ekosistem pesisir dan masyarakat yang bergantung pada keberadaannya. Ekosistem mangrove menyediakan tempat timggal bagi beberapa makhluk hidup asosiasinya hal ini bisa disebut sebagai ekosistem mangrove menjadi habitat bagi beberapa hewan.

Mangrove sebagai rumah beragam spesies fauna. / Foto: Marten van Dijl / Greenpeace

Degradasi mangrove mengakibatkan hilangnya habitat ini, yang dapat mengancam kelangsungan hidup berbagai spesies. Organisme seperti ikan, burung, reptil, dan invertebrata bergantung pada mangrove untuk makanan, tempat berkembang biak, dan perlindungan. Jika habitat mangrove hilang, populasi spesies-spesies tersebut dapat menurun secara signifikan atau bahkan punah.

Selain kerusakan habitat hewan, mangrove juga berperan dalam menjaga keseimbangan ekosistem pesisir. Akar dan akar udara mangrove membantu mencegah erosi pantai dengan menahan tanah dan sedimen. Selain itu, mangrove juga berperan dalam menyaring air, mengendalikan aliran air, dan memperbaiki kualitas air.

Degradasi mangrove mengakibatkan kerusakan pada ekosistem pesisir, termasuk peningkatan erosi pantai, penurunan kualitas air, dan hilangnya fungsi ekologis yang penting.

Mangrove berfungsi sebagai benteng alami yang melindungi daerah pesisir dari bencana alam seperti badai, gelombang pasang, dan banjir. Akar dan vegetasi mangrove dapat meredam kekuatan ombak dan mengurangi dampak gelombang pasang. Ketika mangrove mengalami degradasi, kemampuannya untuk melindungi daerah pesisir dari bencana alam menurun. Ini meningkatkan risiko kerusakan fisik, kerugian ekonomi, dan bahaya bagi masyarakat yang tinggal di sekitar mangrove.***

Baca juga: 5 Fakta Mangrove (Hutan Bakau)

Editor: J. F. Sofyan

Artikel Terkait

Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

Tanggapan