Hiu Menjadi Peran Antagonis dalam Film

hiu

Dalam film seperti The Meg, Jaws, atau bahkan Finding Nemo, hiu jarang sekali digambarkan sebagai sosok yang baik.

Dalam film Jaws misalnya, yang disutradarai oleh Steven Speilberg menggambarkan hiu yang mencabik habis manusia yang sedang berenang dipantai. Atau film The Meg yang bercerita tentang hiu Megalodon yang habis memakan satu pulau dengan keganasannya.

Bahkan di film kartun yang berjudul Finding Nemo, tiga hiu digambarkan sosok yang haus darah dan memakan siapa saja.

Karena penggambaran hiu yang menyeramkan, manusia cenderung menempatkan hiu sebagai hewan yang menyeramkan, haus darah dan tak kenal ampun pada mangsanya.

Sebagai predator no satu di lautan sejak 400 juta tahun lalu, hiu yang ada saat ini telah bertahan hidup melewati 5 kepunahan besar yang terakhir membunuh dinosaurus 65 juta tahun yang lalu.

hiu

Karena hal itu juga hiu dianggap hewan yang menyeramkan. Namun nyatanya hiu tidak semenakutkan seperti yang digambarkan . Dari 500 spesies hiu, mayoritas hiu adalah pemakan ikan dan cumi-cumi, bukan manusia.

Ada berbagai jenis hiu mulai dari yang berukuran kecil seperti hiu pigmi yang hanya berukuran 18 sentimeter sampai hiu paus yang berukuran lebih dari 15 meter.

Hiu putih atau great white shark menjadi salah satu hiu yang memiliki insting predator yang besar. Meski memiliki kesan menakutkan namun tak semua hiu menyerang manusia.

Hanya beberapa spesies yang dikabarkan pernah menyerang manusia. Namun sebagaimana dikutip dari Nasional Ocean Service atau NOAA’s, ikan hiu bisa menyerang manusia karena mereka penasaran dengan apa yang dilakukan manusia.

Sebagai contoh, ketika manusia berenang dan mencipratkan air di laut, ikan hiu memiliki insting untuk menyelidiki apa yang sedang dilakukan manusia. Manusia yang melihat ada hiu maka ia akan bersikap panik dan membuat hiu merasa bahwa itu sebagai ancaman. Terkadang hal ini mengarah pada serangan hiu secara tiba-tiba dan tidak sengaja.

Seharusnya kita tak perlu melebih-lebihkan rasa takut, justru hiu lah yang harus takut pada manusia yang selalu memburunya.

Rasa takut yang dibangun dari penggambaran hiu di film-film adalah alasan mengapa hiu menjadi predator yang menyeramkan. Menurut David Ropeik dalam bukunya “how Risky Is It, reallly? Why Our fears Don’t Always Match The Fact” menjelaskan bahwa salah satu alasan manusia takut hiu adalah membayangkan betapa sakitnya ketika hiu memakan manusia hidup-hidup.

hiu

Meskipun rasa takut pada hiu dianggap hal yang wajar, pada kenyataannya kemungkinan seseorang meninggal karena hiu sangat kecil dibandingan penyebab meninggal karena hal lain.

Karena rasa takut ini manusia menjadi tidak peduli pada satu hewan laut ini. Padahal hiu terancam punah karena penangkapan yang tak terkendali. Manusia yang berburu hiu untuk diambil daging, kulit, sirip, organ untuk diolah menjadi makanan.

Di bumi hanya ada beberapa hiu yang berada di puncak rantai makanan, mereka adalah hiu macan, hiu putih, dan hiu paus. Kebanyakan hiu kecil akan menjadi santapan buaya air asin atau hiu lainnya. Namun musuh terbesar hiu adalah manusia.

Akibat permintaan sirip hiu yang tinggi, lebih dari 100 juta hiu dibunuh setiap tahunnya. Pada kenyataannya, manusia lah predator terbuas di bumi, dengan serakah memburu dan menangkap apa saja yang ada di bumi.

Kiranya paradigma “hiu menyeramkan” harus mulai kita benahi, bersahabat dengan mereka dengan cara mempelajari dan memahami mereka, adalah upaya untuk melestarikan hewan yang terancam punah.

Baca juga: Menyelam di Rumah Hiu Morotai (Matita Shark Point) Morotai Maluku Utara

Sumber: merdeka.com, kompas.com, kumparan sains

Artikel Terkait

Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

Overfishing dan Kekeringan Laut

Peningkatan suhu global menyebabkan peningkatan penguapan air dari permukaan laut, yang pada gilirannya meningkatkan konsentrasi garam dalam air laut. Kekeringan laut terjadi ketika air laut menguap lebih cepat daripada yang dapat digantikan oleh aliran air segar, seperti dari sungai-sungai atau curah hujan. Akibatnya, air laut menjadi lebih asin dan volume air laut berkurang.

Tanggapan