Krisis Iklim Ancam Terumbu Karang, dan Apa yang Bisa Dilakukan ?

Suhu rata-rata global pada permukaan bumi telah meningkat secara cepat dan telah menyebabkan krisis iklim. Sebagian besar peningkatan suhu kemungkinan disebabkan meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia, melalui efek rumah kaca.

Hingga pada saat ini, kenaikan suhu bumi sudah membuat perubahan pada iklim yang dampaknya meluas kemana-mana. Krisis iklim menyebabkan berbagai macam bencana alam dikhawatirkan terjadi jika perubahan persoalan ini tidak diperhatikan secara serius.

Spesies hewan karang di lautan menjadi semakin terancam, bahkan pemanasan global itu sendiri turut disebut sebagai penyebab kematian mereka lewat penyebaran penyakit.

Menurut para saintis, bumi memang tidak akan langsung berakhir karena dampak buruk yang disebabkan langsung oleh pemanasan global, tapi kemungkinan besar bencana ini akan terjadi lagi bahkan jauh lebih serius.

Terus bagaimana dengan kita? Kalau kita melihat sekitar saja masih terlihat banyaknya orang yang masih tidak peduli sama kondisi bumi sekarang. Seperti halnya main tebang pohon di berbagai tempat yang tentunya lebih mementingkan keuntungan pribadi mereka saja.

Intinya pemanasan global itu hampir tidak mungkin dihentikan, tapi kita bisa memperlambat dengan usaha dan kerja sama buat mengurangi emisi ke udara.

Krisi iklim menyebabkan Coral Bleaching
Krisis Iklim menyebabkan Coral Bleaching

Terumbu karang sendiri merupakan sepesies kunci yang mempunyai struktur kompleks yang tinggi, karena demikian sebagian besar hewan karang menghasilkan kerangka-kerangka kapur yang kompleks, dan fungsinya sendiri menjadi habitat atau tempat berkembangnya biota-biota laut. Dengan upaya kita menjaga ekosistem trumbu karang bisa dibilang secara instan menjaga keanekaragaman hayati yg ada di laut kita.

Fahrurrozi dari Yayasan Terangi menjelaskan proses bagaimana berkembang biaknya terumbu karang. Pada dasarnya trumbu karang merupakan hal terpenting dalam mengurangi pemanasan global. Untuk manfaat ekonomi juga sangat berlimpah.

Ia menjelaskan status terumbu karang Indonesia dari total 1.153 titik pengamatan diketahui bahwa 6,42% dalam kondisi sangat baik, 22,38% dalam kondisi baik, 37,38% dalam kondisi cukup sementara 33,82% dalam kondisi buruk.

Kenapa bisa terjadi hal demikian? Yang pertama mungkin the greenhouse effect atau sinar matahari yang masuk ke bumi ternyata tidak semuanya langsung kita serap begitu ada beberapa yang dikeluarkan lagi ke luar bumi. Namun karena tingginya gas-gas rumah kaca ternyata membuat sinar matahari yang harus dipantulkan malah tersebar lagi panasnya ke seluruh bumi. Semakin banyak gasnya semakin meningkatnya panas bumi.

Terdapat langkah – langkah atau aksi untuk menekan climate change, di antaranya:

  1. Riset ilmiah : setiap kegiatan yang akan dilakukan sebaiknya melakukan riset dulu terkait dengan kondisi biofisik yang ada di lokasi
  2. Rehabilitasi terumbu karang yaitu mempercepat upaya perbaikan kondisi trumbu karang yang sudah rusak
  3. Sebagai contoh Belitung Mangrove Park yaitu upaya bersama masyarakat pengelolaan kawasan bekas tambang timah untuk dijadikan penyekapan karbon dengan rehabilitas mangrove.
  4. Peningkatan kapasitas masyarakat. Mengapa ini penting ? karena asyarakat berperan penting untuk mengetahui bagaimana kawasan dan masalah apa yang dihadapi.

Baca juga: Paus Pilot Terdampar: Peringatan Perubahan Iklim

Artikel Terkait

Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

Penerapan Kampung Ikan Berbasis Teknologi Hatchery dalam Optimalisasi Percepatan Kemandirian Pangan Perikanan Nasional

Salah satu kisah sukses teknologi hatchery adalah hatchery skala rumah tangga (HSRT) yang terdapat dibagian utara Bali.

Teknologi ini dikembangkan oleh Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut Gondol Bali dan dengan pesat diterapkan oleh nelayan – nelayan setempat yang awalnya ingin mengadakan diversifikasi usaha dari perikanan budidaya secara tradisional ke perikanan budidaya skala industri seperti tambak dan keramba jaring apung.

Tanggapan